Kau sangat paham diriku

0 0 0
                                    

Setelah hampir 10 menit aku terduduk di tengah jalan bersama dia yang terus mengusap tanganku, air mata yang sedari tadi mengalir inipun berhenti. Aku menjadi lebih tenang sekarang

"Aduh.. kakiku pegal"
"Kamu menangis lama sekali Bi, untung tidak ada orang yang lewat, bisa bisa mereka pikir aku orang yang mau macam macam denganmu, hehe" Menjengkelkan, dengan mudahnya dia bilang seperti itu, ah.. kalau aku bisa balas perkataan dia sekarang, pasti sudah ku maki maki dia. Alih alih ku maki dia, ku cubit saja kakinya yang berada dekat dengan jangkauan tanganku "Aw..." "Aku mau bantu kamu berdiri malah kena cubit"
Tangannya yang mengulur padaku tadi untuk membantuku berdiri ia pindahkan untuk mengusap usap kaki nya yang ku cubit. Rasakan. Walau aku tak bisa balas dengan perkataan, setidaknya tanganku masih kuat untuk mencubit mu.
Akhirnya aku bangkit sendiri tanpa uluran tangannya, namun dengan sigap nya dia menarik ku berdiri tegak dan menstabilkan ku yang setengah terhuyung, benar.. pegal juga ternyata.

"Kita duduk dulu di minimarket depan sana ya" Dia menunjuk jauh kedepan tanpa melepaskan tangannya yang menopang tubuhku. Aku pindahkan gulungan perkamen yang ku peluk selama 10 menit tadi ke tangannya yang menunjuk ke arah minimarket 24jam, tanpa bicara sedikitpun

"Tidak mau, aku mau tteokbeokki saja" dia kembalikan perkamen itu dan mengambil bungkusan tteokbeokki yang ku pegang.
Ku berikan tatapan laser mata kepadanya "Tidak mauu.. itu pekerjaan.. aku tidak mau lihaaat" Dia mendorong ku untuk segera berjalan dengan mulutnya yang masih mengoceh tentang perkamen yang akhirnya kubawa ini.

Aku duduk menunggu di depan minimarket selagi ia masuk kedalam dan membeli sesuatu. Malam dingin seperti ini, ku yakin pasti dia keluar membawa sebotol alkohol. Sudah berkali kali aku peringatkan dia untuk menghentikan kebiasaan minumnya ini, ah sudahlah agak susah memang mengurus bayi besar seperti dia.
Selagi menunggunya, ku senderkan kepalaku pada meja didepanku, kepalaku terasa sedikit pusing, mungkin efek shock dan tangisan tadi baru datang sekarang.

"Tteokbeokki dan ramyeon memang cemilan tengah malam yang terbaik.. awas.. singkirkan kepalamu Bi"
Aku terbangun dan melihat di meja sudah ada satu mangkuk besar ramyeon dengan tteokbeokki diatasnya. Tentu dengan sebotol... Eh? Bukan alkohol? Susu?
"Pfftt.." tak sadar aku menertawakan minuman yang dia bawa untuk menemani tteokbeokki dan ramyeon itu
"Susu ini punya mu" seakan tau aku menertawakan apa, dia sodorkan susu pisang itu untukku
Aku menggelengkan kepala tanda tidak mau dan mengambil sekaleng soda yang dia taruh didepannya, menggantinya dengan susu pisang yang dia berikan untukku.
"Ya masa aku makan ramyeon dengan susu?" Ujarnya dengan nada jengkel
"Lalu aku? Kau beri susu?" Balas ku ikut jengkel mendengarnya
"Aku belum selesai. Ini susu mu, minum sekarang supaya pusing mu hilang. Lalu ini soda mu, kita makan rabokki ini dulu baru pulang"
Mata ku terbelalak, benar, sikap dia yang seperti ini  yang selalu saja melelehkan amarahku padanya. Dia memang tau diriku tanpa aku harus beri tau. Bahkan, aku saja tidak tau. Tapi harus ku akui memang dia menyebalkan.
Ku ambil susu pisang yang tadi ku dekatkan padanya dan ku minum sambil terus menatap dirinya, tersenyum sendiri.
"Ada apa, kau semakin cinta ya padaku"
ck.
"Kamu tau Bi, tadinya aku hanya mau menghangatkan tteokbeokki nya didalam, tapi tiba tiba penjaganya ada di belakangku, ketahuan deh. Akhirnya ku beli ramyeon juga" aku tertawa spontan, dia melihatku sambil tersenyum, mungkin dia pikir akhirnya aku tertawa lepas.
"Lalu mana alkoholmu?" Aku tak melihat matanya melainkan fokus mencari tteokbeokki yang ada didalam ramyeon
"Heyy.. mana mungkin aku minum didepan mu, pasti aku lakukan kalau di belakangmu" Seringainya membuatku ingin memukul sekali muka nya itu. Aku pukul pelan kepalanya "Kwon Jiyong sadarlah!"

"Habiskan,Ji. Ayo kita pulang" ucapku supaya dia berhenti dengan handphone nya dan menghabiskan rabokki
"Ah dasar wanita, selalu saja lelaki yang harus habiskan, kenapa sih mereka selalu menyiksa diri mereka dengan alasan menjaga berat badan"
"Kalau aku jadi wanita, pasti akan ku makan semua makanan2 yang enak, tanpa takut gemuk"
Aku tersenyum mengambil tasku dan memakainya
"Aku kenyang, kau beri aku susu sebelum makan rabokki,Ji"
"Jangan lupa perkamen mu Ji!" Lalu aku pergi tinggalkan dia yang sedang melahap habis rabokki nya.
"Choi Yubi!" Dia teriak sambil membawa perkamen menyusulku
"Kena kau" Dia mengalungkan lengannya di leherku
"Cepat sekali makannya, sudah habis kan?"
"Aku kenyang sekali, perutku penuh, aku mu..al"
Kami berhenti di depan gedung apartemen, aku melihat kearahnya memastikan dia baik baik saja
"Kau masuk duluan, aku mau merokok du..."
"Tidak boleh, ayo kamu masuk" ku seret dia sepenuh tenaga untuk masuk kedalam apartemen
"Tapi aku mual Bi, satu batang ya"
"Tidak"
"Yubi"
"No" semakin kencang ku pegang tangannya memasuki elevator supaya tidak bisa kabur lagi.
Lantai 10 terasa panjang dan berat karena pria disamping ku ini merengek meminta tangannya dibebaskan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAPPY ENDING IS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang