Happy Reading!
.
.
.*-*-*-*
"Alhamdulillah. A! Bantuin!"
Yudi langsung mematikan rokok yang masih sisa banyak itu ketika Mahes teriak, memanggilnya.
"Berapa ekor?" Yudi bertanya sambil membantu Mahen menurunkan kandang bebek yang diikat di jok belakang motor.
"70 dulu. Mau beli 100 tapi duitnya kurang."
"Ndableg sih! Gue bilang juga bawa lebih, malah di pas." Yudi ngomel-ngomel karena adiknya tidak mau mendengarkan saran darinya tadi pagi.
"Bukan gitu! Maksud gue tuh, gak pa-pa dikit-dikit dulu. Nanti kalo ada modal lagi, baru beli bibit tambahan."
"Serahlah."
Keduanya tampak sibuk memindahkan bebek-bebek baru ke kandang yang lebih luas. Mahes sudah memindahkan bebek yang tersisa kemarin ke kandang satunya agar bebek-bebek barunya bisa leluasa dan nyaman dengan suasana baru.
"Assalamu'alaikum."
Mahes dan Yudi yang masih fokus memindahkan bebek, menyahut ketika salam bapak terdengar, "wa'alaikumsallam."
"Dari mana, pak?" Mahes bertanya.
Bapak meletakkan ember yang tadi ia bawa. "Nih, nyari keong."
"Loba euy!" Pekik Yudi.
"Aman kan ini pak?" Bukan tanpa sebab Mahes bertanya demikian. Ia hanya takut jika kejadian beberapa hari yang lalu, yang membuat hampir semua bebeknya mati keulang lagi.
"Aman insyaallah." Bapak menjawab. Lalu memberikan bebek-bebek yang baru saja masuk kandang dengan keong yang sebelumnya sudah bapak keluarkan dari cangkangnya.
Mahes begitu terpaku dengan bebek-bebek barunya. Ada perasaan hangat ketika sumber pekerjaannya bisa didapatkan dengan mudah. Setelah beberapa hari galau karena memikirkan kematian puluhan bebeknya, kini Mahes dapat bangkit kembali berkat dorongan dari orang tua dan Yudi.
Beruntung, Yudi punya tabungan yang cukup untuk membantu adiknya. Lagipula, tabungan Yudi adalah tabungan Mahes juga. Karena mereka melakukan pekerjaan ini bersama-sama. Hanya saja, saat ini Yudi tengah berfokus untuk acara pernikahannya yang tinggal menghitung bulan. Jadi, uang tabungan bersama itu terpaksa Yudi pakai dulu, dan akan diganti nanti.
"Udah, jangan kaya kemaren lagi. Ngapain coba sampe gak makan sama mandi." Yudi menepuk bahu Mahes yang membuat si empunya berjengkit kaget.
"..galau kok sama bebek. Hahaha.." lanjutnya. Setelah itu melenggang pergi masuk ke rumah untuk membersihkan badan.
Mahes mendengus sebal. Punya kakak kok suka ngatain. Untung kakak, untung sayang.
"Besok mulai ngangon?" Tanya Bapak.
"Paling lusa. Soalnya aku takut bebeknya masih kaget kalo langsung dibawa ngangon."
Bapak ngangguk-ngangguk paham. "Kalo mau ngangon, di sawah wa Alit aja. Tadi bapak liat sawahnya baru beres panen."
"Iya lusa Mahes coba kesana."
"Sana mandi dulu. Tuh, bajumu ada tai kotok nya."
Mahes langsung bergidik geli karena di kaos bagian belakangnya terdapat kotoran bebek.
"Hiihh.. Geleh." Ledek bapak yang sukses membuat Mahes langsung lari ke rumah untuk segera mandi.
*-*-*-*
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita kami, 7 bujang Desa || Nct Dream
Novela JuvenilHanya cerita sederhana dari sekumpulan bujang-bujang desa yang penuh dengan lika-liku kehidupan. Berusaha menyeimbangkan diri di tengah terpaan jaman yang semakin menggila, membuat mereka semakin mengeratkan genggaman tangan satu sama lain. *-*-*