Ngidam

2.2K 110 7
                                    

Mencintai itu harus menerima semua kekurangannya, menutupi dengan cinta yang tulus bukan lagi menuntut.

-Hariz Fadlan Aziz-

🕊️🕊️🕊️

HARI Ini Salwa tidak diijinkan untuk pergi kemanapun oleh Hariz, beralasan karena Salwa sedang hamil. Salwa sebenarnya ingin menolak tapi ia sadar bahwa perkataan suami harus didengar, tidak boleh ada penolakan terhadap aturan dan perkataan suami kecuali ucapan itu tidak baik.

Hariz berdiri didepan cermin, merapihkan jas dokternya setelah selesai ia menghampiri Salwa yang sedang menonton televisi. Duduk disamping Salwa, menatap Salwa dengan tulus.

Salwa yang sadar akan kehadiran suaminya langsung menoleh ke samping. "Kenapa mas, butuh sesuatu?" Hariz mengangguk.

"Apa?"

Bukannya menjawab Hariz malah menunjuk pipinya dengan senyuman manisnya, salwa yang melihat hal itu hanya tertawa. "Bilang kalo pengen dicium, gak usah ngode segala.." cibir salwa.

"Gak boleh?"

Cup!

Salwa mencium pipi Hariz dengan tersenyum. " Udah kan, gak usah ngambek. Kaya cewek aja" kata Salwa, ia langsung melihat ke arah televisi.

Hariz tersenyum dengan memegang pipinya yang baru saja di cium oleh istri tercintanya, melihat Salwa dan berdoa agar Salwa selalu dijaga oleh Allah dan calon anaknya.

Hariz mendekatkan kepalanya ke arah perut Salwa dan itu membuat Salwa tersentak kaget, mencium perut Salwa dan mengatakan sesuatu yang membuat Salwa tersenyum.

"Papah gak sabar mau ketemu sama kamu, kamu harus sehat-sehat ya, harus kuat biar nanti kita jalan-jalan bareng ke pantai." Salwa mengelus rambut Hariz, sesekali Hariz mengelus perut Salwa dan mencium.

"Iyaa papah, semangat kerjanya!!" Ucap Salwa yang menirukan seperti anak kecil.

Hariz melihat ke arah Salwa, dipandang wajah yang selama ini telah menjadi semestanya, dunianya dan panther ke surganya Allah. Wanita yang mau menerima dan menemani dirinya, yang selalu menjadi support sistem terbaik untuknya dan yang paling penting adalah seseorang yang tepat karena telah dipilih oleh Allah untuk bersamanya.

"Sabar ya sayang, saya tau sembilan bulan itu bukan waktu yang singkat tapi waktu yang lama, tapi saya yakin kamu bisa melewati semuanya. Terimakasih sudah mau berkorban untuk saya dan anak kita. I love you"Hariz mencium wajah Salwa, hampir tidak ada yang terlewatkan.

"Kalo kamu mau apa-apa bilang sama saya, jangan disembunyikan gak baik. Paham?"

Bukan Salwa jika dia tidak jail kepada suaminya, senyuman yang memiliki rencana telah tercipta diwajah cantiknya. "Aku mau__"

"Mau apa sayang, bilang aja."

"Gpp mas?"

"Apapun yang kamu mau saya pasti kasih, jadi kamu lagi pengen apa? Atau mau Sesuatu?"

Salwa berpura-pura berpikir." Aku mau punya dua suami boleh?"

Duar!

My Husband Tetanggaku                                  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang