biru,

17 2 0
                                    

Kata orang, orang yang tepat itu datangnya dadakan.

Tanpa kau nanti dan kau duga.

Entah itu artinya jadi berita baik atau buruk.

Tapi itu suatu hal yang menakutkan bagiku.

"Selamat atas pernikahanmu. Turut bahagia"
     -  Biru

Begitulah yang tertulis pada secarik kertas di dalam amplop berwarna kekuningan. Lelaki itu tersenyum kecil usai membacanya.

"Jika kau memang bahagia, mengapa tak datang?"ujarnya sembari memegang ponsel dengan tangan kanan yang bebas. Tampak ia tengah berbicara dengan sosok pengirim melalui telfon.

Terdengar suara napas diseberang sana, "bukannya aku tak bahagia, aku memang tak bisa datang."balasnya.

"Ada urusan."lanjut sosok itu.

Lantas lelaki itu tergelak, ia mengangguk lalu kembali membuka mulutnya.

"Istriku cantik bukan, Biru?"

Biru itulah sebutan sosok di seberang telfon tersebut, sekaligus pengirim surat dan juga buket bunga berwarna biru perpadu putih. Dan lelaki penerima itu ialah teman masa kecilnya. Mereka telah berteman sejak di bangku SMP.

Biru tersenyum, ia pun tidak menyangka hari ini akan datang. Melihat sahabat masa kecilnya, memulai hidup baru bersama dengan seseorang yang bukanlah dirinya.

"Iya, sangat cantik.."Suaranya terdengar lirih lalu Biru kembali melanjutkan.

"Bagus deh setidaknya ada yang akan mendengarkan jokes tidak lucumu itu."Biru berkata sambil berpura-pura mendengus.

"Kau tidak akan merindukan sosok Ryan ini? aww sedihnya lagi."Nada Ryan dibuat-buat sok sedih padahal ia tengah menahan tawa mendengar reaksi sahabat masa kecilnya itu.

Biru hanya tertawa kecil, walau rasa sesak menjalar di dalam dadanya saat ini. Sesungguhnya hati kecilnya merasa sakit. Karena selain sahabat masa kecil, Biru menganggap mereka lebih dari itu. Namun ia lebih mengutamakan kebahagiaan Ryan.

Saat Biru ingin membalas ucapan Ryan, sayup-sayup ia mendengar suara nan lembut memanggil nama Ryan dari seberang telfon. Lantas ia membatalkan niatnya.

"Oh ya nanti kita lanjut ngobrol oke? Istriku memanggilku."

"Tunggu sebentar ya sayangku! Dah ya Biru jaga dirimu oke! Dan ayo buruan nyusul! Memang kau mau jadi perawan tua hm?"Ryan tertawa lalu menutup telfon setelahnya.

Biru masih tidak bergeming, walaupun Ryan telah memutuskan sambungan telfonnya.

"Bagus untuknya."Benaknya.

Ia memang pandai menutupi perasaannya selama 11 tahun ini. Bahkan Ryan tidak menyadari hal itu. Biru memendam perasaaan terhadap Ryan sedalam laut. Tidak perlu ada yang tahu, cukup dirinya dan tuhan.

Ia tidak pernah juga berpikir untuk mengutarakan, takut jika hal itu bisa menghancurkan pertemanan mereka selama ini. Namun sungguh, perasaan itu cukup merepotkan dan menyiksakan. Biru juga tidak tahu kenapa ia tidak bisa berhenti untuk menyukai Ryan.

Ya karena, selama ini Ryan yang menemani Biru melewati asam garam kehidupan. Saat orang tua Biru memutuskan berpisah, Ryan pula satu-satunya yang merangkul Biru. Alhasil Biru berpikir, jika itu kebahagiaan Ryan maka ia akan mengorbankan perasaannya.

Bahkan Biru yang menjodohkan Ryan dengan istrinya sekarang. Memang masokis sekali dirinya. Demi sahabatnya itu, akan ia korbankan segalanya.

Walaupun Ryan tidak akan pernah tahu bahwa Biru memiliki rasa melebihi seorang sahabat masa kecil selama ini padanya. Tidak ada seorangpun tahu kecuali satu orang ini,

biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang