Usia kandungan erlina sudah memasuki usia sembilan bulan, tapi mereka belum berangkat ke Korea, atas kemauan erlina ia mohon-mohon pada suaminya supaya membatalkan ke berangkatnya. Ia tidak mau melahirkan di negara orang lain.
Erlina menatap suaminya yang sedang asyik mengelus perut besarnya, perlahan-lahan erlangga menerima semuanya demi erlina. sungguh erlina sangat senang melihat suaminya menerima calon anaknya yang sebentar lagi akan datang.
Saat ini mereka berdua menginap di rumah mamah sara, atas kemauan erlina. erlangga beranjak dari duduknya menghampiri abang iparnya yang asyik main PS.
Erlina diam-diam beranjak dari duduknya berjalan ke dapur menghampiri mamahnya yang sedang masak, senyumnya mengembang melihat banyak sayuran yang akan mamahnya masak, dibantu mbok yang sedang memotong bawang.
"Mah, lina ban---"
"Jangan, astaga! Kenapa kamu ada di sini nanti suami kamu marah ada di dapur gini, kamu duduk di sofa sana nanti mamah masak lebih cepat kalau kamu lapar" kata sara.
Erlina cemberut ia mengelus perutnya. "Ini atas kemauan an---"
"ERLINA" marah erlangga menatap erlina yang sedang di dapur.
Mamah sara dan mbok menepuk jidatnya, sebentar lagi ada keributan besar di rumah ini, astaga! Ini masih terlalu pagi untuk ribut hanya karena masalah kecil. "Mamah udah ingetin kamu, tapi kamu ngeyel, dan sekarang kamu bakal kena marah" kata sara melanjutkan aktivitas memasaknya.
"Ngapain di sini?" Tanya erlangga dingin.
"Aku mau bantu ma....awhhh" ringis erlina merasakan perutnya sakit dan mulas.
Sontak erlangga langsung menatap erlangga dengan tatapan khawatir. "Kenapa sayang?, Perut kamu sakit?" Tanya erlangga dengan raut wajah yang sangat khawatir.
Mamah sara menatap ke kaki erlina yang mengeluarkan air. "Astaga! erlina mau melahirkan, cepat bawa ke rumah sakit" panik mamah sara melihat air ketuban yang sudah pecah.
Erlina dan erlangga langsung menatap ke bawah, mata erlangga membelalak melihat air ketuban yang pecah. "S-sayang, kam----"
Erlina menggenggam tangan erlangga. "A-aku mau melahirkan cepat bawa aku ke rumah sakit" lirih erlina menahan sakit dan mulas.
Erlangga langsung membopong tubuh istrinya keluar dari rumah, sedangkan sara ia langsung memanggil suami dan anak-anaknya yang sedang mengobrol di taman rumah, mereka langsung menyusul erlangga dan erlina yang lebih dulu berangkat ke rumah sakit.
Erlangga mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, mengabaikan pengendara yang hampir ia tabrak. "Sayang kamu harus kuat, sebentar lagi kita sampai rumah sakit" kata erlangga terus fokus menyetir.
Sesampainya di rumah sakit erlangga langsung turun membopong tubuh erlina yang lemas, ia langsung membawa erlina ke ruang persalinan setelah dokter memberi instruksi dokter.
"Bapak suaminya, mbak erlina?, Temenin istrinya di dalam" kata dokter menarik erlangga yang diam menatap erlina yang kesakitan, sungguh ia tidak tega melihat istrinya kesakitan.
Erlina menarik nafas mengeluarkan secarik perlahan, mengikuti instruksi dokter. erlina mencengkeram rambut erlangga menyalurkan rasa sakit di perutnya. "Mas, s-sakit banget, perut aku sakit" lirih erlina.
"Kamu pasti bisa" bisik erlangga. Bahkan rasa sakit di kepalanya tidak terasa oleh rasa khawatir dan cemasnya.
"Sebentar lagi mbak, ayo pasti bisa" kata dokter.
"Kamu pasti bisa, jangan nyerah ini yang kamu tunggu-tunggu sejak lama" batin erlina.
"OEKK...OEKK.... OEK"
Erlangga dan erlina melihat bayi mereka yang sedang di gendong suster. "Alhamdulillah" syukur mereka berdua.
Dokter langsung menyuntikkan cairan ke tangan erlina. "Ibu lina hebat banget, anaknya perempuan cantik seperti mamahnya" puji dokter melihat bayi yang sedang di bedong.
Erlina tersenyum tipis, ia melirik erlangga yang menangis di lehernya, erlina bisa merasakan kekhawatiran besar erlangga, bahkan suara tangisan erlangga tidak seperti biasanya. erlina mengelus rambut erlangga. "J-jangan nangis, mas, aku enggak papa" kata erlina tersenyum tipis.
Erlangga mendongak air matanya mengalir, dokter yang melihat erlangga menangis seperti itu kaget. "K-kamu hampir buat saya mati berdiri, saya tidak pernah melihat kamu kesakitan seperti tadi, jadi wajar saja saya menangis seperti ini"
Erlina mencium punggung tangan erlangga. "Sekarang aku tidak kenapa-kenapa, kamu jangan khawatir" kata erlina terkekeh geli melihat wajah suaminya yang jauh beda dari biasanya.
"Ini anak kalian" kata dokter memberikan bayi mungil yang tidur.
Erlina menatap anak perempuannya di sampingnya, mengelus pipi lembut anaknya. "Cantik, selamat datang di dunia, sayang" bisik erlina.
Erlangga bernafas lega saat mengetahui anaknya perempuan, sungguh ia tidak ikhlas kalau anaknya laki-laki, ia tidak mau istrinya memuji pria lain walaupun itu anaknya sendiri. erlangga menatap anak perempuannya.
"Lebih cantik kamu" kata erlangga tersenyum tipis.
Erlina menatap dokter. "Boleh gendong?" Tanya erlina.
Dokter mengangguk, mengangkat bayi mungil ke gendongan erlina. "Kalau perlu apa-apa panggil saya, oh, ya, jangan kecapekan dulu ibu erlina harus banyak istirahat" setelah mengatakan itu ia langsung keluar meninggalkan mereka.
"Saingan baru" cicit erlangga.
****
Setelah satu Minggu di rawat di rumah sakit akhirnya erlina diperbolehkan pulang, sebenarnya ia sudah boleh pulang dua hari yang lalu tapi suaminya ngotot ingin erlina dirawat jadi satu minggu.
Erlina menatap suaminya yang sedang beres-beres di bantu mamah dan mertuanya, sedangkan ia menggendong bayi mungil yang belum mereka beri nama. "Oh, ya, mamah sama papah nginep di rumah kami, ya?"
Sara dan suti menoleh menatap erlina. "Ya dong, kami nginep untuk beberapa hari" kata sara dan suti.
Erlangga menatap istri dan anaknya. "Mau di kasih nama apa tuh si rese?" Tanya erlangga melirik sinis anaknya yang sedang ngemut jari-jari kecilnya.
"Ish, anak sendiri dibilang rese" kesal erlina.
"Lah emang. gara-gara si rese kamu lebih perhatian sama dia, ketimbang suaminya sendiri" kesal erlangga.
Erlina memberikan bayinya ke mamahnya, menatap erlangga yang kesal. "Sayang, anak kita masih bayi butuh perhatian yang ekstra---"
"Nyebelin, udah ayo pulang" ajak erlangga membantu istrinya turun dari ranjang rumah sakit.
Diperjalanan pulang erlangga hanya diam enggan membuka bicara, erlina menggeleng melihat tingkah suaminya yang cemburu dengan anaknya sendiri.
"Mas. Jangan cemburu gitu sama anak sendiri, dia masih bayi masa kamu udah musuhan sama anak kamu sendiri, aku tetap sayang ko sama kamu dan anak kita juga, hehe" kekeh erlina.
Erlangga melirik kesal istrinya. "Tuh, kan, sayang kamu terbagi menjadi dua, kamu sayang si rese itu, sebelum si rese ada kamu cuma sayang aku doang" kesal erlangga.
Sara dan suti yang berada di kursi belakang menggeleng. "Heran sama kalian berdua, terutama erlan, udah tua masih cemburu sama anaknya sendiri" kata suti.
Erlangga melirik mamahnya. "Terserah dong, kenapa mamah yang sibuk kalau iri bilang" sinis erlangga fokus menyetir mobil.
"Aneh, cemburu sama anak sendiri" gumam erlina.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective CEO [TAMAT]
Teen Fiction"saya menjadikan kamu istri saya untuk menemani saya disetiap detik napas saya, bukan untuk jadi pelayan saya" -Erlangga Alfian- Terkadang sikap yang dimiliki ceo muda bernama Erlangga Alfian, membuat Erlina Adiba kesal, ruang gerak dan pertemananny...