| TIGA PULUH |

1.6K 337 59
                                    

jangan lupa vote sebelum membaca yah gaiss ❤️🤍😍

siapin kresek banyak-banyak siapa tau mau muntah dengan semua kepanjangan halaman ini😁✨⭐

happy reading~🤍





Serein mendarat di tanah dengan posisi yang cukup baik, padahal Jakah melepasnya lima meter dari atas, ia pikir akan kehilangan keseimbangan dengan jatuh entah itu tengkurap atau melungsur ke tanah, nyatanya ia berdiri dengan tegap dan merasa cukup ahli dalam hal terbang, jika ia bisa belajar menjadi nimfa udara, ia pasti akan sekuat Jaan. Serein menggeleng berusaha fokus dengan tujuan utamanya datang ke tempat tersebut.

Perhatiannya teralih pada sebuah lembah yang diapit oleh dua permukaan tinggi, Serein menyaksikan sendiri bagaimana Jakah terbang masuk ke dalam. Gadis itu menggerutu, alih-alih membawanya ikut masuk, Jakah malah membiarkannya berada di sana.

Dengan cepat Serein berlari mendekati lembah tersebut. "Jakah!" teriaknya yang tak melihat apa pun, sangat gelap. Serein terperangah kala suaranya menggema dengan nyaring.

"HELI!" Ia semakin mengencangkan volume suaranya yang kali ini menyebut nama Heli.

Hanya ada suara gema-nya sendiri, sampai Serein mendengar suara lolongan yang sepertinya milik Shion, disusul suara raungan seekor monster yang mungkin adalah milik Solon. Tanpa ragu Serein pun melangkahkan kakinya memasuki lembah itu, berusaha mengikuti sumber suara yang ia tangkap.

"Kalian semua ada di mana?!"

"Aku serius sekarang, jika kalian menyakiti Solon sampai terluka parah, aku tidak akan memaafkan kalian!"

"Jaan! Heli! Jino! Aku memanggil kalian seharusnya kalian segera datang!"

Serein tersentak kaget kala begitu banyak sekawanan burung beterbangan di atas lembah, dengan cepat gadis itu bersembunyi di balik batu besar.

Serein bahkan lupa menanyakan pada Jakah, apakah posisi mereka sekarang masih berada di kawasan Borogove atau sudah berada di luarnya. Lupakan. Entah itu di dalam Borogove atau pun tidak, makhluk-makhluk di sana pasti akan selalu mengincarnya. Serein perlahan mundur saat beberapa burung—yang bentuknya seperti zaman purbakala yang sudah lama punah—menginjakkan dua kakinya ke lembah dan mencari-cari makanan.

Dia memperhatikan burung-burung itu. Jika dilihat-lihat, mereka tidak seindah Heli dan Jaan, tentu saja tidak bisa dibandingkan, mereka yang ada di hadapan Serein hanya sekawanan burung kecil pemakan daging yang ganas dan awut-awutan, berbeda jauh dengan sosok asli milik kedua Amartya-nya yang amat rupawan.

Gadis itu masih melangkah mundur tatkala mereka semakin mendekat, sampai tak sadar kakinya yang hanya mengenakan alas kaki tipis menginjak sebuah lumpur yang entah terbuat dari apa namun kaki Serein seperti tertarik ke dalam.

Hampir saja dia memekik hingga suaranya nyaring jika ia tak gesit membekap bibirnya sendiri. Lolongan dari Shion mengalihkan perhatian sekawanan burung tersebut, mereka pun kembali terbang menjauhi lembah, menyisakan Serein yang langsung melompat menjauh sebelum ditelan abis oleh lumpur itu.

"Masih bertengkar juga padahal aku hampir saja mati?!" jerit Serein ke arah sumber suara yang cukup jauh di ujung sana.

Tanpa ba-bi-bu gadis itu melanjutkan langkah kakinya. Lagi-lagi Serein dikejutkan oleh sesuatu yang melaju cepat di udara, mulanya jantungnya kembali berdetak kencang. Setelah mengetahui siapa gerangan, Serein mengacuhkannya dan lanjut berjalan dengan bibir menceracau.

Dia terbang dan mendarat di hadapan Serein. "Serei, kau tidak boleh ke sana."

"Jakah, minggir lah sebelum aku memberikan pukulan di wajahmu." Gadis itu emosi mengingat telah ditinggalkan begitu saja di luar lembah.

Dark Creatures | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang