limitless

64 14 1
                                    

Rania memandangi sosok lelaki yang kini tertidur dengan beralaskan kedua pahanya. Perempuan itu berdecak pelan dengan tangan yang mulai terangkat kearah wajah suaminya itu.

Perlahan ia menyentuh kedua alis Nathan yang terbentuk rapi dan tebal. Kepalanya menggeleng pelan, kenapa bisa lelaki malah dikaruniakan alis yang lebih bagus dari kebanyakan perempuan lainnya? Ia tidak habis pikir.

Lalu tangannya mulai berjalan menyentuh kelopak mata yang dihiasi dengan bulu matanya yang lebat dan panjang. Tak cukup sampai disitu, Rania menyentuh hidung mancung milik Nathan. Suaminya mempunyai hidung yang persis sama seperti perosotan ditaman kanak-kanak.

Terakhir yang dilakukan Rania ialah menyentuh bibir merah muda milik suaminya. Rasa lembut mulai terasa disetiap permukaan kulit jarinya. Ia bahkan sedikit menekan bibir Nathan untuk merasakan lebih kelembutan pada salah satu organ tubuh suaminya itu.

Belum puas dengan tindakannya, Rania tiba-tiba terperanjat kala kedua kelopak mata Nathan terbuka dan menampakan iris cokelat muda milik suaminya itu yang menatap lurus kearahnya.

"Aduh." Eluh Nathan karena Rania yang tiba-tiba berdiri dan mengakibatkan kepalanya terhantam pada kursi kayu yang ia jadikan alas.

Rania yang sebelumnya menjauh kembali mendekat dan mendudukkan diri disamping Nathan sambil ikut mengusap pelan kepala Nathan.

"Duh, maaf ya. Kamu sih bikin kaget aku aja."

Entah itu bisa dibilang permintaan maaf yang tulus atau tidak. Pasalnya Rania tetap saja turut menyalahkan dirinya.

"Aku harus cepet-cepet melek, kalau nggak bisa aja aku udah diapa-apain tadi."

Tangan Rania berhenti mengusap kepala Nathan. Perempuan itu mendelik menatap suaminya. "Kamu nuduh aku?."

"Nggak tuh." Elak Nathan.

"Kamu sama aja nuduh aku aneh-aneh ke kamu."

Kedua alis Nathan terangkat bersamaan. Lelaki itu menatap istrinya dengan tatapan mengejek. "Coba deh, kamu jelasin apa aja yang kamu lakuin pas aku lagi tidur."

Rania terdiam. Perempuan itu bahkan tak berani membalas tatapan Nathan yang terang-terangan tertuju padanya. Malu, tentu saja. Rania seperti ketahuan berbuat mesum. Melihat itu Nathan tersenyum geli. Istrinya ini memang bisa membuatnya gemas sendiri.

Namun, nyatanya Nathan belum puas melihat tingkat lucu istrinya. Ia butuh lebih banyak pancingan untuk menjahili perempuan yang sudah menjadi istrinya selama hampir satu tahun ini.

"Coba ya aku inget-inget. Pertama kamu pegang-pegang alis aku, terus turun kemata. Aku kira kamu bakalan nyongkel biji mata aku, soalnya kamu asik banget mainin kelopak mataku."

Kali ini kepala Rania terangkat. Meski masih tak bersuara, namun mata perempuan itu menunjukkan segalanya. Nathan dapat menyimpulkan dari kedua mata Rania yang melotot menatapnya menandakan bahwa perempuan itu tidak setuju dengan ucapannya barusan.

"habis itu kamu nyentuh hidung aku."

Nathan ikut menyentuh hidungnya sendiri, meraba batang hidungnya menggunakan jari telunjuknya dengan arah naik-turun. Persis yang dilakukan Rania sebelumnya.

"dan yang terakhir, kamu parah banget sih." Nathan berucap dengan dramatis, kepalanya ikut menggeleng beberapa kali dengan lidah yang berdecak layaknya cicak. "Kamu nyentuh bibir—"

"Nathan stop!." Pekik Rania seraya kembali berdiri.

"Kenapa? Aku Cuma jabarin apa yang kamu lakuin pas aku lagi tidur."

"kamu nggak tidur." Tekan Rania. "Kalau kamu tidur, kenapa kamu bisa tau semuanya? Itu artinya kamu nggak tidur, tapi pura-pura tidur."

Lagi-lagi Nathan bersikap dramatis. Lelaki itu membuka mulutnya lebar membentuk huruf o, lalu menutupnya dengan salah satu telapak tangannya.

Limitless (Joy w/ Chanyeol)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang