ARKANA 12

187 0 3
                                    

Halowwww 🌍

ketemu lagi mwehehe

komen, vote, follow, and share nya jangan lupa yaa ...

selamat membaca 📖

🌍🌍🌍

___________

cinta itu perlu di barengi logika.

_Kanastasya Mahirah_

___________


"Lo kok bisa semarah itu, Dar?" ucapnya sambil menutup pintu kamarnya, "sesuka itu ya sama abangnya, Aruna?"

Kana manarik kursi belajarnya, lalu ia pun duduk menghadap Dara.

"Ga kok. Cuma gue ga suka aja kalau Gevan ledek ka Arka kayak gitu, dia yang di gituin, gue yang sakit, Na," sahutnya.

Kana hanya mengangguk, setahunya, Gevan tidak bicara hal-hal yang buruk mengenai Arka barusan, dia hanya bilang, abang-abang corndog kan? Tapi, mengapa Dara bisa marah?

"Sekarang tanggal berapa?" tanyanya tiba-tiba.

Dara diam sejenak, lalu mulai menghitung dengan jemarinya. "tanggal 15," sahutnya.

Perlu kalian tahu, semarah-marahnya Dara, ia masih bisa di ajak untuk komunikasi. Jadi, Kana tidak perlu membujuknya susah payah, hanya perlu bicara dengan tenang dan baik, Dara pasti membaik dengan sendirinya.

"Loh? Bukannya tanggal menstruasi lo ya?"

"Loh? Emang iya?"

Kana mengangguk. "Iya, coba deh lo cek."

Dara bangkit dari duduknya, lalu bergegas ke arah kamar mandi yang ada di kamar Kana ini. Baru saja dirinya berjalan sampai meja rias, tiba-tiba suara Kana sudah menginterupsinya terlebih dahulu.

"Tuh kan, Dar, kata gue juga apa."

Dara yang mendengar itu, sontak melihat ke arah belakang roknya yang sudah ia tarik ke depan. Dan yah, benar saja, rok sekolah yang semula berwarna abu-abu itu, kini sudah menciptakan lingkaran kecil di bawah resleting itu dengan bercak merah kecoklatan.

"Yahh .... gimana dong ini," ucapnya, dengan bergegas, ia pun balik lagi ke arah kasur untuk mengecek spray yang di duduknya tadi. "untuk ga tembus ke kasur lo," ucapnya. Ia pun dengan segera berjalan ke arah kamar mandi.

"Pantes aja marah-marah ga jelas, taunya datang tamu bulanan dia," monolognya.

Kana pun mendorong kursi yang di dudukinya itu ke arah laci meja belajarnya. ia pun membuka salah satu laci kecil itu, lalu di ambilnya pembalut dari sana. Ia pun berjalan ke arah kamar mandinya, lalu mengetuk pintu itu.

"Dar," panggilnya.

Dara pun membuka pintu itu sedikit.

"Nih," ucap Kana seraya menyodorkan satu pembalut ke arahnya.

Dengan cepat Dara pun mengambilnya, "Makasi, Na." Setelah mengatakan itu, ia pun langsung menutup pintu kamar mandinya.

Kana pun memutar badannya, lalu berjalan menuju ke arah ruang tamunya.

Setibanya di sana, Gevan yang mungkin sudah selesai main gamenya itupun bertanya. "Marah beneran si Dara sama gue?"

Kana yang di tanya pun menggeleng, ia duduk di sofa single sambil mengambil handphone yang tadi ia tinggalkan. "Biasa, datang tamu dia, makanya sensitif."

2118  [ ARKANA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang