Chapter 14 (Flashback)

105 13 0
                                    

I have noticed through careful observation that you look your best soaked in champagne under fireworks dancing in the rain.

Atticus, 231.

.

Flashback, tahun ketujuh.

Cuaca malam ini cenderung tidak bersahabat. Hermione mengeratkan jubahnya dan memperbarui mantra penghangatnya. Ia ingin mengutuk Malfoy karena melewatkan patroli malam sekali lagi dan tidak bisa ditemukan dimana-mana.

Rambut pirang-putihnya yang khas tidak bisa ditemui Hermione dimanapun, kelas ramuan, mantra, aritmanchy, bahkan di aula. Hermione juga sudah mencarinya di asrama mereka dan bertanya pada Parkinson, siapa tahu Malfoy mengunjungi asrama Slytherin. Namun tidak ada yang melihat Malfoy hari itu.

Hermione kembali menghembuskan napas lelah ketika bertemu seorang gadis Gryffindor tahun kelima dan pemuda Ravenclaw tahun ke enam di salah satu sudut gelap kastil. Setelah menjatuhkan potongan poin dan beberapa detensi, Hermione memutuskan berbalik dan berjalan menuju asramanya sendiri.

Botol-botol firewhiskey berserakan di ruang rekreasi dengan bau alkohol yang menyengat menyambut Hermione sesaat setelah ia menyebutkan kata kunci. Hermione mengayunkan tongkatnya dan segera membersihkan kekacauan itu. Ia segera menuju kamar partner ketua muridnya dan mengetuk pintunya.

"Malfoy, buka pintunya!" Hermione berseru namun tak ada jawaban apapun.

"Malfoy!"

"Sialan, Malfoy! Buka atau aku akan menerobos masuk!"

Hermione mendengar erangan tidak jelas, sejujurnya Hermione sedikit khawatir, setelah menimbang sejenak Hermione menggumamkan 'alohomora' dan memasuki kamar Draco tanpa kesulitan yang berarti.

Ornamen hijau dan silver menyambut Hermione, kamar itu berantakan seolah dihancurkan oleh pemiliknya. Buku-buku berserakan dan beberapa pecahan kaca tersebar di seluruh ruangan. Sekali lagi, Hermione menjentikkan tongkatnya. Setidaknya ia tak ingin terluka ketika menuju ranjang Draco yang tertidur tengkurap.

Rambut pirang platina menutupi sebagian besar muka Draco dan ia tengah menggumamkan sesuatu. Keningnya mengernyit tidak nyaman. Di nakas samping ranjang Hermione menemukan Daily Prophet dengan Lucius Malfoy sebagai Headline utama.

Di bawahnya terdapat foto bergerak lebih kecil, Draco dan Narcissa yang menghadiri persidangan Lucius. Hermione tahu jika ia dan Harry memberikan kesaksian untuk Draco dan Ibunya, namun tidak untuk Lucius Malfoy. Pemimpin keluarga Malfoy itu telah terlibat jauh dengan Voldemort dan sebanyak apapun mereka membala Lucius, Wizengamot tak akan pernah mengabulkannya.

Jadi inilah alasan Hermione tidak bisa menemukan rekannya hari ini dimanapun, Draco tengah menghadiri persidangan Ayahnya.

Hermione tersentak ketika mendengar suara jeritan, Draco mengalami episode mimpi buruk, ia berteriak, mengumpat dan ketakutan. Hermione sedikit panik menatapnya.

"Malfoy, kau harus bangun," Hermione mengguncang bahu Draco lembut.

Tak ada jawaban apapun, Hermione mengguncang lebih keras.

Tanpa diantisipasi, Hermione terkejut ketika dibanting ke arah ranjang dimana Draco saat ini terengah-engah diatasnya. Mata Hermione membulat terkejut, selain karena gerakan Draco yang tiba-tiba, tongkatnya terlempar entah kemana.

"Granger, fuck! Apa yang kau lakukan disini?" Draco menggeram, terkejut akan kehadiran orang lain di dalam kamarnya.

Hermione menenangkan dirinya sebelum mendorong Draco. Ia menegakkan dirinya dan segera berdiri "Aku yang seharusnya bertanya, malfoy. Apa yang kau lakukan dengan berbagai alkohol dan kekacauan ini?"

Draco mengacak rambutnya frustasi, kepalanya begitu pening akibat terlalu banyak alkohol yang memasuki tubuhnya. Seharian ini, ia pergi ke kementrian, menyaksikan sidang akhir Lucius Malfoy yang harus mendekam di Azkaban seumur hidup.

Tak ada yang bisa dilakukan Draco, Ibunya histeris menerima keputusan itu. Ini adalah hari yang berat sehingga Draco memutuskan untuk tenggelam dalam alkohol dan pergi tidur, meskipun after effect alkohol tidak pernah menyenangkan, setidaknya ia bisa melupakan permasalahannya sedikit saja.

Sial bagi Draco, partner ketua muridnya terlalu ikut campur dan gadis itu menemukannya disaat terburuknya. Draco tak pernah berpikir jika Hermione akan membobol pintu kamarnya dan membangunkannya. Entah apa saja yang telah didengar Hermione, dan Draco tidak menyukai itu.

"Keluar, Granger!"

"Tidak, katakan padaku apa yang terjadi?"

Draco kembali menggeram, ia tak ingin Hermione melihatnya dalam keadaan yang semakin menyedihkan "AKU BILANG PERGI! KELUAR!"

Hermione terkejut mendengar teriakan Draco, ia membeku seketika. Namun semakin Draco menolaknya, semakin ia tahu bahwa pemuda didepannya ini tengah terluka. Draco sedang tidak baik-baik saja.

"Malfoy, kau bisa bicara denganku, kau tahu?"

"Aku tidak butuh dukunganmu. Dan singkirkan pandangan itu, aku tak butuh dikasihani!"

"Tapi aku mau membantumu!" Hermione berseru keras kepala.

Draco memijat pelipisnya sebelum menatap tajam ke arah Hermione "Dengar Granger! Aku dan Ibuku benar-benar berterima kasih padamu dan Potter yang telah bersaksi di persidangan kami dan meloloskan kami dari Azkaban, tapi aku tak ingin kau besar kepala dan semakin ikut campur kedalam urusanku."

Hermione terdiam mendengar ucapan itu, "Kau tidak harus menanggung ini sendirian, Malfoy." Ucapnya lembut.

"Ya. Aku harus menanggungnya sendirian. Jadi aku akan menghargai jika kau keluar dari kamarku sekarang," Ucap Draco tegas sambil meninggalkan Hermione ke arah jendela dengan view danau hitam yang sedang membeku.

Setelah beberapa saat, Draco mendengar suara langkah kaki meninggalkan kamarnya dan pintu yang tertutup.

Menggumamkan 'muffliato', Draco berteriak sekencang mungkin. Hal terakhir yang ia inginkan adalah dilihat orang lain di saat paling buruk dan menyedihkan. Draco adalah seorang Malfoy, seberapa benci ia akan noda yang ditorehkan keluarganya atas nama Malfoy, Draco tetap seorang Malfoy, dan Malfoy selalu kuat. Malfoy tidak butuh belas kasihan dan Malfoy akan selalu bangkit.

Tapi Hermione Granger telah berhasil menemukannya dalam keadaan terlemahnya, Draco benci itu. Namun kehadiran Hermione Granger selalu berbeda bagi Draco, Hermione adalah sebuah jiwa yang suci dimana Draco bukanlah orang yang pantas—bahkan sekadar untuk menjadi temannya.

Tidak terhitung berapa kali Draco menghinanya, di tahun kedua mereka Draco bahkan berharap gadis itu mati di tangan basilisk. Meskipun seiring waktu Draco semakin jarang menghinanya, itu tidak membenarkan tindakannya kepada Hermione dan teman-temannya.

Fakta bahwa Draco mulai tertarik kepada Hermione di tahun ketiga dan tindakan pengecutnya di Malfoy Manor dimana Hermione disiksa didepannya menghantui Draco seolah itu baru saja terjadi.

Perasaan Draco terbelah antara rasa bersalah yang memungkinkannya menjauhi Hermione karena ia merasa tidak pantas, atau terus berinteraksi dengannya karena Draco bahkan tidak bisa menahan diri akan perasaan tertariknya ini, bertahun-tahun memendam perasaan bukanlah hal yang mudah.

Tak terhitung berapa kali Draco berusaha menyangkalnya, hingga pada akhirnya ia menyerah. Ia mengakui bahwa ia menyukai Hermione Granger dan berbagi ruangan yang sama dengannya sama sekali tidak membantu untuk meredam perasaannya.

Draco kembali mengerang frustasi dan memutuskan untuk mandi air dingin ketika sebuah nampan berisi roti panggang dan coklat panas tersaji di depan pintu kamarnya.

Malfoy, aku tahu ini hari yang berat. Makanlah, maaf jika aku telah mengganggumu. –HG

.

.

.

To be continued

Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang