Cahaya 3 : Kemana aku pulang ?

166 19 1
                                    


"Kakak tadi 'Zahra' namanya"

"Ooo... Jadi ka Zahra" Ucap si bocah tengil yang sedang duduk di samping Dika sambil sesekali menikmati es krim yang Dika belikan.

Dua manusia itu kini tengah bersantai ria sambil duduk di sebuah kursi panjang yang berada di sebuah taman kecil. Sesekali memandangi beberapa remaja putri yang sedang jogging disana. Dan Dika suka dengan ini karena bagaimanapun juga ia tetaplah seorang lelaki yang punya rasa... Ah tak usah dibahas, yang pasti Ia tahu kalau jam segini kantor polisi belum buka—walaupun ditulisannya 24 jam tapi tetap saja. Dan Ia juga malas jikalau nanti diintrogasi disana sembari menunggu petugas jaga. Menunggu adalah hal yang paling Dika benci.

Bocah tengil masih menjilati es krimnya sedangkan Dika hanya bisa menelan ludah dan menggerakkan jakunnya ke atas.

"Terus ?"

"Terus kenapa?"

"Kenapa kak Dika diam saja tadi ? Padahal kakak kenal dia kan"

"Bukannya aku sudah bilang padamu ?"

"Oh... Jadi masalah gengsi" kata Bocah tengil sok tahu.

"Bukan itu maksudnya" ucap Dika menyenderkan bahunya lalu mengusap tengkuknya.

"Kalau bukan gengsi apalagi ? Kakak gengsi kan kalau dua mode kakak diketahui orang lain ?" ujar anak itu yang masih menjilati es krim" atau mungkin ada sesuatu yang kakak perbuat pada kakak malang itu?"

"O-oi t-tentu saja ti-tidak"

"Apa benar seperti itu ?" ucap bocah tengil yang kini mendekatkan wajahnya sekaligus memasang face palm ala-ala bocah tengik.

Dika merinding disko dibuatnya. Tahu apa dia ? Dasar bocah tengil, pikir Dika tak mau tahu.

"Ekspresimu itu menyeramkan tahu" Dika menjauhkan wajah bocah itu " kaya ibu-ibu kos yang minta bayaran kos"

"Argghh... Semengerikan itukah aku kak ?"

"Emm"

.

.

"Bu bu kakak itu kenapa ?"

"Ibu juga gak tahu nak. Mungkin dia lagi latihan drama" jawab seorang Ibu pada anaknya yang tadi memperhatikan Dika.

"Wah hebat sekali ya Bu... Bisa latihan sendirian"

"Haha iya nak jadi kamu jangan dekati Dia atau orang-orang kaya kakak itu ya ! Kamu gak mau ganggu kan ?" ucap Ibu itu kembali dengan nada lembut namun makna yang sangat menyakitkan bagi siapa yang tahu sebenarnya.

"Emm" Anak itu hanya mengangguk polos seraya melenggang lagi mengikuti langkah Ibunya.

.

.

"Tuh kan kak. Aku bilang juga apa, pasti udah buka kan ?"

"Iya deh iya"

Dika dan bocah tengil itu kini sudah berada di kantor polisi setelah sebelumnya terjadi perdebatan yang sengit diantara mereka tentu saja. Dika yang dengan pendiriannya tak ingin berlama-lama menunggu sembari chit chat dengan orang lain, sedangkan bocah tengil dengan... Ya dia rindu keluarganya meski Dika sudah Ia anggap seperti saudaranya sendiri. Bahkan lebih.

"Assalamualaikum Pak" salam Dika mengawali langkahnya masuk ke sebuah ruangan yang entah Dika pun tidak tahu ruang apa itu. Ia hanya asal masuk saja ke ruang pertama yang Ia temui. Tentu saja berharap bukan penjara yang Ia masuki.

"Wa'alaikumsalam. Ada perlu apa ya ? Apakah anda mau menyerahkan diri ?"

'enggak lah pak. Emang aku buronan apa ?' sahut Dika namun tak sampai Ia ucapkan karena... Ini polisi woy, bisa jadi runyam urusannya jika kita ngelawak depan mereka.

natsu no HOTARU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang