Aku menatap pantulan cermin sebentar setelah mengganti plester pada bagian hidung, aku juga sudah mengoles salep pada setiap luka di wajahku. Harusnya aku meminta Build yang mengganti, aku tersenyum tipis mengingat wajah manisnya. Ah, aku gila, rasanya aku ingin melihat wajah itu untuk semangat pagi. Aku berjalan keluar kamar mandi dan meraih tas ranselku, menuruni anak tangga dengan langkah cepat.
Aku bisa terlambat.
Karena suasana hatiku sedang baik berkat Build, aku begadang untuk membuat tugas lukisan yang kemarin sempat berantakan dengan senang hati. Okay, jangan mengingat soal Nodt, karena suasana hatiku akan berubah jika mengingatnya. Beruntung Mrs.Arella mau menerima tugas kami yang terlambat ini. Semua berkat Zaviya, perempuan itu bercerita jika sempat mengancam Mrs.Arella mengenai hubungan terlarangnya dengan Nodt, aku tidak tahu bagaimana Mrs.Arella akhirnya menyetujui permintaan Zaviya.
Padahal aku tidak suka memanfaatkan teman, tapi antara aku dan Zaviya seperti saling menguntungkan dalam hal mendesak ini.
"Bible ...."
Aku menoleh sambil memasukkan kunci pagar rumah ke dalam ransel—berjalan menghampiri Build yang tersenyum manis. Aku betulan berjodoh dengan Build, ya? Setiap sedang mengingatnya, kami selalu bertemu. Apa Tuhan mendengar suara hati seorang pendosa ini?
"Hai," aku menyapanya dengan tidak kalah manis, mengusap pipinya sambil duduk di atas motor yang sempat kunyalakan. "Kamu tidak ke kampus?"
"Sebentar lagi, aku sedang menunggu teman menjemputku."
"Mau berangkat bersama?" Tawarku, aku sangat ingin membawa Build pergi dengan motorku.
Build menggeleng. "Masa mau membatalkan janji dengan teman?"
Benar juga sih, jangan sampai Build jadi buruk karena bersamaku.
Aku melirik ke arah tangan kananku yang digenggam oleh Build. "Bible ... aku kesini cuma mau memberitahu soal pembicaraan kita tadi malam."
Build sudah memutuskan? Wah, rasanya jantungku berdetak tidak menentu. "Jadi kamu sudah memikirkannya? Cepat sekali berpikirnya."
"Itu lama tahu! Aku bahkan tidak bisa tidur," Build mendengus kesal, tangannya bergerak mengayun tanganku.
Aku tahu dan aku lihat semuanya, Build. Selama aku sibuk melukis, aku terkadang menatap ke arah kamarmu untuk beristirahat sejenak. Build tadi malam sangat tidak bisa diam, dia terkadang berdiri mengelilingi kamarnya, terkadang merebahkan diri di atas ranjang empuk itu, beberapa menit kemudian berdiri lagi. Bahkan kulihat dia berbicara dengan seseorang di telepon.
Apa aku membuatnya berpikir terlalu keras?
"Aku sampai mengajak temanku begadang, bertanya tentang tindakan apa yang harus kuambil." Ooh, dengan temannya. Kapan sih Build tidak lucu? "Aku mengirim beberapa pesan di grup, bahkan ada yang kuajak video call untuk menemaniku berpikir."
"Apa perasaanku mengganggumu, Build."
"Build? Kenapa memanggilku itu."
Aku menggeleng samar. "Maaf, Biu maksudku."
"Aku hanya merasa apakah aku bisa membahagiakanmu," Build menunduk, seperti merasa kecewa pada dirinya sendiri. "Apalagi mengingat kita baru kenal beberapa hari, aku takut—"
"Biu—" Aku memotong kalimat Build. Masalahnya di sini aku yang buruk, kenapa malah Build yang merasa seperti itu. Aku ikut menggenggam tangannya dengan sangat kuat. "Jangan mengatakan itu, mari saling berusaha menjadi yang terbaik untuk satu sama lain."
Build menatapku dalam, dia mengangguk dan tersenyum.
Aku ikut menarik kedua ujung bibirku. "So, do you want to date me?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang Naluri [SUDAH TERBIT]
FanfictionBible tidak tahu jika pria yang baru saja pindah ke sebelah rumahnya adalah sebuah narkoba yang menjelma manusia, membuatnya kecanduan setiap saat. "What do you think about me? Tentang ... Seseorang yang akan menjadi pasanganku nantinya, apa bisa ak...