— Naren - Nara - Novan —
Pagi ini Nara menikmati sarapannya bersama Meghan karena Meghan pergi ke kantornya sedikit lebih siang dari biasanya. "Mas Ra mau bilang sesuatu.""Ya tinggal bilang, biasanya aja langsung ngomong." Timpal Meghan sibuk mengunyah sarapannya.
"Nanti siang beres Ra bimbingan sama Naren bimbingan kita mau ke bandung."
"Lah ngapain?"
"Jadi kemaren mamahnya Naren kesini dan dia ngebahas soal pertunangan aku sama Naren, katanya dia mau semacam bikin acara pertunangan beneran yang sampe tuker cincin gitu lah. Dan tante Anna ngajak aku buat ke bandung ketemu ibu langsung buat ngebahas ini. Mas Meghan mau ikut?"
"Ngapain, itu kan urusan kamu sama Naren, lagian mas itu cuman kakak kamu. mas terima beres aja deh. lagian besok pagi mas ada meeting juga jadi ngga mungkin berangkat dari bandung."
"Yaudah deh, intinya Ra cuman pengen kasih tau itu aja."
"Okey, hati – hati yah bilang sama Naren jangan ngebut – ngebut."
"Lagian mas emang ngga kangen apa sama ibu, terus kan mas bakalan jadi wali nikah aku juga nantinya jadi Ra rasa mas juga perlu ikut."
"Nara, kamu itu masih punya ayah." Jelas Meghan.
Kanara mendadak terdiam, bahkan raut wajahnya mendadak berubah. Dia meneguk cepat susunya lalu bangkit membuat Meghan menghela nafas pelan.
"Sampai kapanpun dia akan tetap jadi ayah kandung kamu Kanara, dia yang akan jadi wali nikah kamu nantinya."
Bagi Nara kakaknya sudah menghilangkan selera untuk menikmati sarapan paginya. Pembahasan ini benar-benar nyaris membuat Nara hampir membanting sendok. Jadi yang ia lakukan hanya menahan nafas sembari mengepalkan kedua tangannya.
"Ra berangkat." Potong Kanara
"Kanara."
"Nara ngga mau bahas soal ini, sampai kapanpun."
Nara keluar dari apartementnya dalam keadaan emosi. Meghan tau pasti ini terjadi, tapi sampai kapan Kanara akan seperti ini. Meghan tau itu jelas sulit untuk Nara, dan juga sulit untuknya. Meghan juga belum bisa memaafkannya hanya saja menyimpan dendam terlalu lama apalagi terhadap orang tua sendiri bukanlah hal baik.
--destiny, tell me--
Nara terdiam menatap jalanan, pikiran dia penuh tentang perdebatan tadi pagi antara dia dan kakaknya. Dia tau apa yang ia lakukan salah tapi menganggap itu semua secara sepele dan memaafkannya, Nara tidak akan pernah bisa melakukannya sampai kapanpun. Dia masih mengingat hari dimana ia akan selamanya membenci hari, tanggal, bulan bahkan menit yang berputar saat itu.
Dan sampai kapanpun dia lebih memilih menjadi pendosa daripada harus memberi maaf.
"Sayang, kamu gapapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
destiny, tell me || Kim Minju ✓
Fiksi RemajaHai readerku :) salam kenal [COMPLETE] Kisah 4 orang ntah bagaimana caranya semesta mempertemukan keempatnya dalam permasalahan yang melibatkan keempatnya. Membuat keduanya saling melindungi satu sama lain, namun tanpa sadar menyakiti satu sama lain...