Valdi begitu terkejut mengetahui masalah rumah tangga Dafa dan Inara. Beberapa saat lalu Hendra menelfon Valdi dan mengatakan hal tersebut. Walau nada bicara Hendra terdengar santai namun Valdi sangat tau sahabat lamanya itu tengah menahan emosi.
Buru-buru pria itu keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah untuk memberitahukan berita itu pada istrinya. Walau ia tidak yakin Ariana akan merasa sedih karena wanita itu terlihat sangat membenci Inara.
"Ma, Inara sudah mengetahui semuanya dan meminta cerai. Dia tetap bersikeras membawanya ke jalur hukum." Kata Dafa yang baru sampai ke rumah orang tuanya.
"Apa? Akhirnya wanita itu sadar diri juga. Sudah lama mama menyuruhmu untuk menceraikannya tapi akhirnya terkabul juga." Kata Ariana dengan raut bahagia.
"Dia juga tau soal hubunganmu dengan Zanna?" Tanya Ariana yang mendapat anggukan dari Dafa.
"Hahaha mama sangat bahagia. Akhirnya kamu tidak perlu lagi menyembunyikan hubunganmu dengan Zanna. Ayo secepatnya menikahlah dengan Zanna!" Suruh Ariana.
Valdi mengepalkan tangannya menahan emosi. Jadi istri yang begitu ia sayangi terlibat dalam masalah ini? Valdi tidak menyangka Ariana seburuk itu!
"Jadi kamu juga terlibat?" Tanya Valdi dengan datar membuat Ariana dan Dafa terkejut.
"M-mas?"
"Ariana, saya tidak menyangka kamu seburuk itu! Dan Dafa, kamu sangat brengsek. Papa tidak pernah mendidik kamu seperti ini. Kenapa kamu sangat jahat pada Inara? Inara anak yang baik dan sholehah. Dia lebih baik dari pada jalang kamu itu!" Marah Valdi.
"MAS! Zanna bukan jalang!" Bentak Ariana tidak terima calon menantunya dibilang jalang.
"DIAM KAMU!" Ariana terkejut mendengar bentakan Valdi.
"Saya sekarang tau kalau sifat buruk Dafa itu menurun dari kamu!" Sejujurnya Valdi tidak berniat mengatakan itu tapi apalah daya dia sudah sangat emosi.
"Kalian mempermalukan saya!" Lanjutnya.
"Gara-gara wanita sialan itu kamu bentak aku mas? Memang apa bagusnya dia? Wanita miskin itu nggak cocok jadi bagian keluarga Atmaja. Lagian dia tidak bisa hamil sampai sekarang!" Marah Ariana.
"Wanita miskin katamu? Sadar Ariana, kamu juga nggak akan sampai di titik ini kalau bukan karena saya!" Balas Valdi mampu membungkam Ariana.
Benar, Ariana melupakan fakta itu. Dulunya ia juga berasal dari keluarga biasa saja. Namun saat Valdi tertarik dengannya dan melamarnya, disitulah derajat Ariana terangkat. Dia telah menjadi nyonya dan bergelimang harta berkat Valdi.
"Ma, pa, tolong jangan bertengkar." Lerai Dafa tidak ingin kedua orang tuanya bertengkar seperti ini.
"Inara se-sedang hamil ma, pa." Lanjut Dafa dengan lirih.
Bugh bugh
Dua bogeman mentah didapat Dafa dari papanya. Dafa terhuyung kebelakang sambil memegangi perut dan pipinya yang baru saja kena tonjok Valdi.
"Dafa! Mas, jangan gitu dong!" Pekik Ariana panik.
"Sialan kamu Dafa! Istri sedang hamil kamu malah selingkuh? Lihat sekarang kalian hendak bercerai. Papa sangat kecewa sama kamu!" Setelah itu Valdi pergi dari hadapan anak dan istrinya. Ia begitu marah mendapat kabar seperti ini! Ditambah lagi ada rahasia yang sangat ingin ia katakan pada kedua orang itu tapi setelah kembali berpikir Valdi tidak ingin mengatakannya. Biarlah semua terkuak dengan sendirinya.
"Dafa, kamu nggak papa nak?" Tanya Ariana khawatir.
"Dafa nggak papa ma." Jawab Dafa lirih.
"Benar kalau Inara lagi hamil?" Tanya Ariana.
Dafa mengangguk. "Aku juga baru tau tadi ma waktu Inara minta cerai."
"Huft, yasudah kamu lupakan dia dan calon anak kalian itu. Mending kalian cepat-cepat urusin perceraian itu dan segeralah menikah dengan Zanna biar mama cepat punya cucu." Kata Ariana kegirangan.
Lihatlah wanita itu, tidak ada kapok-kapoknya. Semoga kena karma!
***
Inara merebahkan diri di ranjangnya. Sudah lama sekali wanita itu tidak tidur di kamarnya ini karena semenjak menikah dengan Dafa, Inara tidak pernah menginap di rumah orang tuanya. Ia hanya mengunjungi rumah itu dan pulang saat sore hari.
"Kak, makan dulu yuk." Ajak Lia setelah membuka pintu kamar Inara.
"Nanti aja, Lia. Kakak masih mau rebahan." Suara Inara terdengar lemah. Lia menghembuskan nafas kasar, perempuan itu mendekati ranjang sang kakak dan duduk di dekat Inara yang sedang merebahkan diri.
"Lia tau kalau masalah ini membuat kakak bersedih dan tertekan. Tapi jangan begini kak, kalau kakak kaya gini terus bisa membuat kondisi kakak menurun. Kakak harus jaga kesehatan kakak dan juga calon ponakan aku." Inara tersentak kecil. Dia lupa jika sedang mengandung calon anaknya.
"Huft, maafin mamak nak. Mama sampai lupa dengan kondisi kamu." Ujar Inara sambil mengelus perut yang sudah sedikit membuncit itu.
"Yaudah ayo sekarang kita makan dulu. Ayah sama bunda udah nunggu kakak dari tadi." Ajak Lia sambil membantu Inara yang hendak berdiri.
Di sisi lain, Dafa baru saja sampai di cafe tempat janjiannya dengan Zanna. Lihatlah laki-laki itu, baru beberapa jam yang lalu tampak bertengkar dengan Inara dan sekarang malah hendak menemui selingkuhannya!
"Kamu sudah lama?" Tanya Dafa setelah duduk di depan Zanna. Penampilan wanita itu malam ini cukup cantik. Untungnya cafe yang mereka kunjungi sedikit jauh dari kota dan tidak banyak pengunjung sehingga tidak membuat Dafa dan Zanna kembali menjadi perhatian publik.
"Belum lama kok. Oh ya aku denger dari tante Ariana kamu mau cerai sama Inara?" Tanya Zanna tak lupa tatapan antusiasnya itu.
Dafa hanya mengangguk singkat mengiyakan.
"Kenapa? Kamu nampaknya kaya nggak rela cerai sama wanita itu?" Tanya Zanna lagi saat melihat ekspresi lesu Dafa.
"Inara tengah hamil anakku." Balas Dafa singkat.
"Aku tau." Zanna membalas singkat.
"Lagipula kamu mau bercerai dengannya. Jadi kita menikah saja dan aku akan memberikan banyak keturunan untukmu." Lanjut Zanna sambil tersenyum sumringah.
Dafa tidak menjawab. Jujur, laki-laki itu tengah bimbang. Satu sisi ia tidak ingin menceraikan Inara apalagi wanita yang juga ia cintai itu tengah mengandung anak pertama yang sangat mereka tunggu-tunggu. Dafa ingin mempertahankan hubungannya dengan Inara, tapi melihat Zanna ia juga ingin memiliki perempuan cantik yang juga ia cintai.
Bolehkah Dafa egois? Dia ingin membina rumah tangga dengan Inara dan menunggu anak mereka terlahir ke dunia. Tapi Dafa juga ingin bersama Zanna, perempuan yang selalu ada dihatinya.
"Dafa!" Panggil Zanna cukup keras karena laki-laki itu sempat melamun.
"Ish, aku ngomong nggak di dengerin!" Zanna mengerucutkan bibirnya kesal, laki-laki ini mengabaikannya? Apa yang Dafa pikirkan.
"Maafkan aku, sayang. Apa yang kamu bicarakan tadi?" Tanya Dafa.
"Kapan kamu akan meresmikan hubungan kita? Kapan kamu nikahin aku?" Tanya Zanna.
"Secepatnya." Balas Dafa singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Jendela Hati
Roman d'amourTidak ada yang tau kapan penyesalan datang. Juga, tidak ada yang tau kapan rasa percaya runtuh akibat pengkhianatan dari orang terdekat. 2 tahun telah mengabdikan diri pada sang suami, tidak pernah Inara sangka jika kepercayaannya dihancurkan begitu...