"Buruan Teresa! Lo gak mau mati ditangan mereka kan!!" ucap Jungwon yang terus menarik tangan Teresa dan mengajak nya berlari, mungkin mereka sekarang harus pergi dari pabrik itu.
"Enggak! Masa depan gue masih panjang!! Buruan narik nya, won! Liat itu penjaga nya mulai deket."
"Tau gue Ter tau! Lo nya juga harus cepet larinya!"
. . .
"Gimana rasanya? Enak kan?"
"C-cukup, Ji.." lenguh Jihan. Ia sudah tak mampu mengeluarkan kata-kata apapun lagi sekarang. Keadaan Jihan saat ini buruk, darah yang masih mengalir di paha nya, bekas lilin, rambut yang berantakan, seragam nya berantakan dan bibir nya yang berdarah.
"Oke oke aku berhenti. Aku sangat puas melihat kau seperti ini.. Aku pergi ya? Dah Jihan~" ucap Jieun kemudian pergi dari ruangan itu.
"Jieun sialan. A-auwhh.." lenguh nya.
"Nah.. Bagaimana persembahan nya tadi? Sangat fantastis bukan?" ucap pemuda yang menculik Jihan.
"Fa-fantastis mata mu.. Bodoh." ucap Jihan.
"Ohh.. Lihatlah keadaan mu, banyak luka lebam dan.. Luka sayat? Itu belum seberapa.." Jihan hanya diam tak menjawab karna mulut nya terlalu sakit untuk bicara, apalagi menjawab pria aneh satu ini.
"..karna yang lebih menyakitkan akan segera datang. Kau tak perlu khawatir okey?" Setelahnya pemuda itu pergi entah kemana, menutup pintu dengan kencang yang membuat Jihan tak tahan ingin menangis.
"Hiks, papa anak mu sudah gak bisa seberani itu pah.. Aku mohon cepat kesini, Jihan takut.." saat itu juga Jihan menangis sejadi mungkin karna keadaan nya saat ini.
. . .
"Won udah cukup.. Hahh ah capek gue won lari terus. Lagian kita udah ada di keramaian jadi aman." ucap Teresa terengah-engah.
"Ih-iya.. Kita udah aman. Kayaknya udah cukup sampai disini pencarian kita, gue udah tau dimana tempat Jihan di sekap."
"Ya, won. Sebaiknya kita udahin ini semua. Besok kita kasih tau orangtua Jihan dan polisi." jelas Teresa.
Esoknya.
"Ter, lo udah ngomong ke ortu nya Jihan?" tanya Jungwon.
"Nggak, won. Gue takut mama nya cemas. Ya udah cemas sih dari kemarin cuma gue gamau nanti malah tambah cemas dan nangis."
"Iya sih, syok gitu jadinya." ucap Jungwon. Kali ini Teresa dan Jungwon sedang di kantin sekolah karna sudah jam istirahat.
"Kak. Gimana soal kak Jihan? Udah tau dimana tempat kak Jihan di sekap?" tanya Agnes yang baru saja sampai.
"Udah. Tempat nya rada jauh kayaknya dibelakang deh, dan dijaga sama dua penjaga, ya kan Ter?"
"Iya, Won. Ngeri, kemarin kita di kejar sama penjaga yang badan nya gede, ya ampun ngeri di apa apain. Jungwon itu cowok tapi malah ikutan lari."
"Eh, gue takut di sekap juga ya. Kan sama aja bohong mau nolong Jihan malah ikut di sekap, kan gak lucu." jelas Jungwon.
. . .
"Selamat siang, manis ku? Bagaimana tidur mu? Nyenyak?" Jihan tak menjawab, ia lebih baik diam karna mulut nya terlalu sakit untuk bicara.
"Lihat keadaan mu, sangat miris. Tapi.. Gue terpesona dengan akses seragam lo."
"J-jangan macam-macam!!" teriak Jihan.
"Haha.. Mulai marah?" Jihan bisa merasakan deru nafas pemuda itu di pundak Jihan yang terbuka akibat digunting oleh Jieun kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance or Dansa? || •TAMAT •[REVISI]
Romance"Jihan, gue ngaku kalo gue suka sama lo" ==== "Gue gak akan pernah jatuh hati sama dia!" ==== "Dia itu musuh gue! Gue gak akan pernah jatuh cinta sama dia!" ==== Dan pada akhirnya mereka tau bahwa tak selamanya mereka harus saling membenci. Ener...