Sebelum memulai cerita, alangkah baiknya untuk berkenalan terlebih dahulu dengan empat remaja SMA yang tampan-tampan dan bertalenta ini. Karena ada pepatah, "tak kenal maka tak sayang, udah kenal bolehlah kita berpacara". Hehehe....
Lee Jeno as Rio Darmawangsa
"Mereka terbalut luka, tak mungkin kuabaikan. Lantas aku sendiri yang menjadi sekarat. Akan tetapi, sedikitpun aku tak mampu membenci mereka. Mereka adalah sahabatku kemarin, hari ini, besok, dan seterusnya."
Rio Darmawangsa atau yang biasa dipanggil Rio ini andalan dari tim basket di sekolahnya. Tubuhnya yang tinggi tegap membuatnya terlihat lebih dewasa dibanding teman-temannya yang lain. Sering dicurigai nakal oleh keluarganya karena buku catatannya kosong dan tidak pernah belajar di rumah. Padahal otaknya sudah seperti spons yang menyerap seluruh materi hingga dirinya enggan belajar. Dengan otaknya itu dia mampu memenangkan beberapa olimpiade dan selalu masuk 10 besar pararel.
Na Jaemin as Alvin Jonatan
"Di akhir hidupku, setidaknya aku telah bertemu dengan sebuah kisah terbaik tentang sebuah persahabatan. Tentang luka dan penawarnya. Tentang tawa dan tangis tragis."
Alvin Jonatan yang lebih akrab dipanggil Alvin ini adalah sahabat kecil Rio. Bertemu pertama kali saat taman kanak-kanak dan dipisahkan saat masuk sekolah dasar. Pertemuannya dengan Rio di SMA membuatnya merasa senang, terlebih dia bisa bertemu dua orang lainnya yang kemudian menjadi sahabatnya. Dia yang paling malas diantara ketiganya. Kalau kata Arghi dia adalah anak badung yang dibalut tampang polos, membuat semua mengira Alvin anak baik-baik padahal aslinya paling sesat. Alvin hanya tinggal dengan sang nenek setelah kepergian kedua orang tuanya. Hal itu membuatnya lebih memilih menghabiskan banyak waktu di rumah untuk merawat sang nenek dibanding mengikuti ekstrakulikuler sekolah. Berkat Rio nilai rapornya tidak terlalu memalukan. Membuat sang nenek bangga meskipun hanya sesaat saja.
Lee Haechan as Arghian
"Mereka adalah duniaku dan dengan bodohnya aku mencari kebahagiaan dari orang lain. Bahagia tak kudapat, malah dunia yang menjauhiku. Bukan! Bukan dunia yang menjauhiku, tapi aku yang menjauhinya. Hingga akhirnya, aku memilih kembali kepada mereka dengan kondisi sekarat."
Arghian dengan nama lengkapnya yang begitu panjang, maka sebut saja dia Arghi. Dia adalah seorang pianis terkenal yang mengikuti perlombaan hingga ke luar negeri. Tak hanya itu, di lingkungan tempat ia tinggal, Arghi juga dikenal berkat keluarganya yang harmonis. Harmonis? Arghi selalu tertawa terbahak mendengar sebutan itu. Entah dari sisi mana keluarganya terlihat harmonis, sementara yang ia rasakan hanyalah siksaan setiap hari. Hingga akhirnya dia bertemu Rio yang merupakan tetangganya dan membagi rasa sakitnya kepadanya. Beradu nasib dan meminta perhatian agar dirinya tak merasa sendiri. Tapi, kemudian dia malah berkhianat dan melukai Rio demi kebahagiaannya sesaat. Arghi menyesal. Dia kehilangan sosok terbaik yang mampu menerimanya dan mengobati lukanya tanpa banyak ucap.
Huang Renjun as Jofandi Nugraha
"Bahkan seburuk apapun mereka bertengkar, mereka masih peduli kepadaku. Dengan alasan itu, tidak mungkin aku meninggalkan mereka."
Jofandi Nugraha yang akrab disapa Jofan ini awalnya disebut sebagai siswa aneh karena berani melanggar aturan di hari pertama dia sekolah. Penampilannya yang nyentrik dengan hodie pink membuat semua mengingatnya dengan jelas. Tidak ada yang mengira bahwa di balik hodie itu menyimpan semua luka. Dia mencoba membalut luka dengan baik, sementara orang lain secara terang-terangan memintanya untuk mengumbar luka tersebut. Beruntung dirinya bertemu dengan Rio. Remaja dengan pemikirannya yang dewasa itu berhasil membuatnya merasa aman dan nyaman. Dia akhirnya paham bahwa luka tersebut seharusnya diobati bukan malah ditutupi. Dia bahagia karena mampu bertahan, sehingga dia dapat bertemu manusia berhati malaikat.
•••FebriDRF•••
Ok, terima kasih sudah membaca sampai sini. Cerita ini dibuat tanggal 10 Agustus 2021 dan telah diselesaikan pada tanggal 31 Januari 2023. Apabila dalam isi cerita terdapat beberapa kesamaan situasi, maka itu semua tidak disengaja. Karena saya membuat cerita ini murni pemikiran saya.
Dimohon untuk para pembaca dapat memberikan kritik dan saran dengan santun. Tidak diperkenankan untuk menyangkut pautkan isi cerita dengan kehidupan nyata idola. Karena cerita ini hanyalah fiksi semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Teen FictionBertemu dengan tiga orang sahabat adalah sebuah anugerah. Saat luka-luka yang aku lihat dari diri mereka perlahan mulai sembuh, membuat hatiku menghangat. Aku berguna bagi mereka dan mereka istimewa untukku. Melewati masa remaja bersama dengan berb...