Hujan dan Pertemuan

111 18 5
                                    


Hujan masih saja mengguyur kota kecil ini, menyisakan suara gemericik air yang menetes dari atap perpustakaan. Beberapa bulir air memenuhi kaca jendela, dibaliknya seorang perempuan duduk melamun menatap hujan yang ia suka. Buku-buku yang berderet rapi di dalam raknya, suasana hening menciptakan ketenangan bagi siapa saja yang merasakannya. Teman-temannya masih sibuk menilik setiap sudut mencari buku yang ingin ia baca.

"Caca markica! " seseorang berhasil memecahkan lamunannya, tentu saja kalau bukan Rara atau Queensha Arabella Dirgantara yang selalu memanggilnya dengan nama panggilan itu.

"Ada apa Ra? Moura dimana? " tanya Aca sambil merapikan posisi duduknya.

"Nggak apa-apa kok, dari tadi aku lihatin kamu ngelamun terus di sini, mana kamu duduk sendirian. Takutnya kamu kesurupan" kata Rara sambil meletakkan buku-buku yang tadi ia ambil. "Btw, Moura ada di lantai dua. Nggak tahu juga lagi nyari apa... Paling bentar lagi dia turun. "

"Oh gitu ya... Kamu baca buku apa Ra? "

"Biasa novel series, hehe. Kamu suka hujan ya Ca? " Rara tersenyum memandang teman sebayanya itu.

"Suka banget Ra, kalau Rara suka juga nggak? " Aca bertanya kembali.

"Suka sih, adem aja kalau hujan turun. Apalagi kalau diiringi guntur, haha! " anak perempuan itu tertawa dan entah apa yang ia tertawakan. Aca hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat tingkah temannya itu.

Selang beberapa menit, terlihat seseorang sedang menuruni tangga dengan hati-hati, siapa lagi kalau bukan Kanara Amoura Raspati. Dia membawa satu buku di dalam genggaman kedua tangannya, dengan langkah yang teratur, dia pun menghampiri kedua temannya yang sedang asik mengobrol itu.

"Hai ayang-ayangku! " sapanya sambil tersenyum lebar memperlihatkan gigi-giginya yang rapi.

"Hai Beb, lama banget Mour. Habis ngapain aja di atas? " tanya Aca.

"Nggak ngapa-ngapain, cuma keliling doang cari suasana yang tenang. Emangnya kenapa Ca? Kangen ya? " Moura tersenyum sambil memasang lirikan bombastis side eyes nya.

"Biasa aja" jawabnya singkat.

Ketiga remaja perempuan itu masih asik dengan obrolan random mereka, sampai salah satu dari mereka merasa sedang diperhatikan oleh seseorang di lantai dua. Moura melirik ke atas sana, ada rasa penasaran di hatinya tentang siapa orang itu.

"Ini perasaan gue atau gimana sih, perasaan cowo itu lihatin gue mulu. Gue samperin aja kali ya? "

"Ca, temenin aku ke toilet yuk! Ini udah kebelet, jangan ada penolakan. Cepetan! " kata Rara yang tergesa-gesa sambil meraih tangan Aca.

"A-ah iya! Mour, Aca temenin Rara dulu ya... "

Aca berusaha melepas genggaman tangan Rara dari lengan yang terus menariknya paksa, dengan susah payah ia berjalan menyejajarkan tubuhnya dengan temannya itu.

"Ra... Jalanya pelan-pelan! "

"Udah Ca, cepetan! "

Moura kembali tersenyum dan sedikit menahan tawa karena tingkah kedua temanya. Tidak ada yang bisa menolak keinginan Rara kalau sudah seperti ini, walaupun anak perempuan itu egois dan banyak tingkah tapi temannya tahu ada apa denganya. Laki-laki di lantai dua masih memperhatikan Moura yang sedang duduk sendirian di bawah sana, sampai akhirnya Moura sendiri yang memutuskan untuk menemui laki-laki itu.

SERAYU: Hembusan Angin RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang