20. Kehamilan Yang Beresiko

4.3K 164 0
                                    

"Kau tidak perlu ke kampus hari ini"

Annette dan Egbert tidak pernah sarapan bersama. Tapi pagi itu, Annette melihat Egbert menantinya di meja makan dan mengatakan hal yang seketika membuat nafsu makannya hilang.

"Kenapa?" Annette memotong telur mata sapi dengan garpu dan memasukkannya ke dalam mulut.

"Bukankah aku sudah mengatakannya semalam? Hari ini kau akan di periksa oleh seorang dokter kandungan" Ujar Egbert dengan ekspresi datarnya yang sangat membuat Annette geram.

"Aku hanya ada dua mata kuliah hari ini dan akan selesai tepat pukul dua belas siang. Tidak bisakah di tunda saja sampai jam segitu?" Tukas Annette yang jelas tak senang jika ia harus absen hari ini dari kampus.

"Semuanya sudah ku atur, tidak ada penundaan jadi menurut lah"

Annette yang mendengar jawaban itu, mencengkram erat garpu di tangan. Haruskah ia marah? Memberontak keras kalau ia tak setuju? Haruskah?

"Bukankah hanya pemeriksaan? Ku pikir kita bisa melakukannya sekitar jam dua siang atau tepatnya setelah jam makan" Annette memutuskan untuk berbicara dengan tenang mengutarakan pendapatnya.

Egbert memotong hati sapi bakar dan menyuapnya ke dalam mulut. Setelah mengunyah habis barang yang ada dalam mulutnya itu, Egbert meneguk segelas darah kambing. Setelahnya mengambil tissue dan mengelap mulutnya dengan gerakan yang sangat rapi.

"Dokter yang akan datang adalah dokter dari bangsa ku. Dia seseorang yang cukup sibuk. Tapi semalam aku menghubunginya dan menyuruhnya untuk segera datang kemari" Tutur Egbert, mata dinginnya tampak menjelaskan dengan acuh, "Perjalanan dari sana ke tempat ini memakan waktu sekitar delapan jam. Atas paksaan dariku, dia telah berangkat dari pukul satu pagi dan akan sampai sekitar jam delapan"

Egbert menyingkirkan piring ke samping dan melipat kedua tangannya di atas meja, "Sekarang kau mengerti kenapa aku katakan tidak ada penundaan?"

Annette mati kutu di tempat mendengar penjelasan itu. Rasa marahnya seketika sirna dan darah di otaknya yang tadinya mendidih kini mendingin. Ia cukup terkesan pria acuh itu mau menjelaskannya sampai se-lugas itu.

"Eum" Annette hanya mengangguk pelan sebagai tanda paham.

Setelah sarapan, Annette berkirim pesan pada Lucy mengatakan bahwa dirinya sakit hingga tak dapat pergi ke kampus. Kemudian ia beranjak ke kamarnya, duduk di atas kusen jendela dan merenungi lantai bawah kastil yang dipenuhi pepohonan besar dan rerumputan hijau yang terawat dengan cantik.

Dalam keheningan angin yang berhembus menerpa wajahnya, Annette bergumam, "Aku hamil, tapi saat ini perut ku masih rata" Annette meraba permukaan perutnya.

"Jika nanti membesar, haruskah aku mengambil cuti dari kampus?"

Memikirkan itu membuat Annette mendesah berat.

"Bagaimana jika itu akan mempengaruhi beasiswa ku?" Annette melempar pandangannya ke arah langit biru cerah.

Itu cukup cerah dengan sentuhan matahari pagi yang bersemangat. Namun melihat itu sesaat Annette tersenyum miris.

"Akankah hari esok ku masih secerah hari ini?"

................

Tepat pukul delapan pagi lewat sepuluh menit, dokter yang dimaksudkan Egbert telah tiba di vila. Itu adalah seorang pria tua mengenakan mantel coklat panjang selutut, berperawakan segar dan kekar. Annette berbaring di atas ranjang dan membiarkan dokter tersebut memeriksanya.

Setelah melewati serangkaian pemeriksaan, dokter tersebut langsung membereskan peralatannya dan di masukkan kedalam tas hitam yang dibawanya. Kemudian ia berjalan mendatangi Egbert yang berdiri tepat di depan jendela, "Bagaimana hasilnya?" Tanya Egbert, kedua tangannya terlipat di depan dada dan sekilas ia melirik pada Annette yang sudah duduk bersandar ke kepala ranjang.

"Usia kandungannya sudah empat minggu" Jawab dokter tersebut.

Berhasil membuat jantung Annette berdegup kencang dengan tangannya meraba pelan perutnya mencoba merasakan kehidupan di dalam sana.

"Sepanjang saya berkiprah di dunia medis, ini adalah kali pertama saya menangani pasien manusia yang mengandung benih dari bangsa kita. Menurut saya kehamilan ini pasti akan sangat beresiko" Jabarnya lagi.

Egbert mengangguk paham. Sekilas ia melirik pada Annette. Ia dapat melihat sejejak kecemasan melanda raut wajah gadis itu.

"Bayi manusia ketika dalam kandungan, akan mendapat asupan dari apa yang ibunya makan melalui plasenta. Sedangkan pada bangsa kita pun juga demikian hanya makanan pokok manusia bukanlah darah seperti kita jadi perbedaan besar ini jelas akan menjadi ancaman besar"

Annette yang mendengar jelas penjabaran itu, meremas kain selimut gugup. Satu kata yang terus terngiang-ngiang— 'ancaman'.

"Saya khawatir bayi yang di kandung manusia itu akan memakan sel darah dalam tubuhnya dan tidak menutup kemungkinan jika hal tersebut terjadi, maka proses perkembangan kehamilan pun akan berangsur lebih cepat. Yang umumnya berkisar sembilan bulan tapi ini dapat menjadi lima bulan atau bahkan mungkin empat bulan tergantung seberapa banyak bayi tersebut mengkonsumsi darah ibunya"

"Jadi ada kemungkinan bahwa kehamilan ini akan berlangsung lebih cepat dari kehamilan pada umumnya?" Tanya Egbert. Ia tidak akan menduga ternyata manusia mengandung bayi bangsa mereka tidak lah sesederhana itu.

"Bisa dikatakan begitu" Angguk dokter tua tersebut.

"Hanya saja apa yang baru saya katakan tadi, itu masih berupa spekulasi awal. Kita dapat melihat seminggu ke depan sebagai rujukan. Jika memang terjadinya perkembangan pesat pada kehamilan dan pasien mengalami anemia, maka spekulasi saya benar adanya"

"Em" Egbert hanya berdeham pelan sebagai tanda mengerti apa yang dimaksud oleh dokter tersebut.

Setelahnya Egbert membawa pergi dokter tersebut keluar dari kamar Annette. Kemudian ia bertepuk tangan, mengirim sinyal pada Mary agar segera datang.

"Kau sudah siapkan kamar untuk dokter Robbin beristirahat?"

"Sudah tuan" Angguk Mary.

Kemudian Egbert menoleh pada Robbin berkata, "Menginap lah di sini sampai seminggu ke depan"

"Saya khawatir saya tidak bisa. Bagaimana jika orang-orang kekaisaran mencari saya?"

Di bangsanya, Robbin adalah seorang dokter paling senior yang mengabdi kan diri sebagai dokter di istana. Ia telah memiliki beberapa anak didik yang beberapa dari mereka telah membuka praktek sendiri dan sebagiannya lagi juga ikut bekerja dengannya di istana.

"Soal itu saya dapat mengurusnya" Itu karena hanya Robbin yang bisa Egbert percayai. Selain dokter yang berperingkat tinggi, tapi Robbin juga terampil medis netral yang tidak terlibat dalam faksi manapun. Itulah kenapa ia cukup mempercayai dokter tua itu.

"Baiklah, kalau begitu saya akan menginap di tempat ini selama seminggu" Tukas Robbin yang terakhir menyetujuinya. Egbert adalah salah seorang yang di hormati nya di kekaisaran. Pria itu telah menyumbang banyak dalam setiap proyek perkembangan medis yang ia kerjakan.

Itulah kenapa rada susah baginya menolak permintaan Egbert. Seperti halnya semalam, padahal ia tidak ingin berangkat pagi-pagi buta dari tempatnya hingga ke negri manusia. Tapi karena Egbert terus mendesak, ia pun segera mengatur jadwal untuk pergi.

Vampire's Secret Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang