#47

459 39 0
                                    

Menara ujung

-Adelene Dé Cloups-

Satu hari perjalanan mereka terlewati. Sedikit kendala saat berada di hutan es. Untungnya, Adelene dan Eliza dapat menjinakkan raksasa es itu.

Persediaan makanan mereka juga sudah habis sepenuhnya. Selama perjalanan mereka tidak kelaparan sedikitpun.

Sebuah menara yang sangat tinggi. Terdapat pintu pada bagian bawah sebagai jalur masuk ke dalam menara tersebut. Deiv mengarahkan mereka untuk masuk ke dalam menara melewati pintu berwarna hitam tersebut. Prajurit Kerajaan Slyx yang sedikit tidak berguna sebenarnya juga ikut.

Sebuah ruangan yang cukup luas. Dindingnya terbuat dari kayu yang masih terawat. Tapi, bagaimana bisa menara ini dapat langsung membuat mereka sampai hanya dalam waktu singkat ke Kerajaan Shira?

"Masuklah ke dalam bilik itu, tapi sebelumnya kalian harus sepakat untuk menuju Kerajaan Shira. Di sana kalian akan berada di menara yang dekat dari tambang emas." Deiv membuka pintu yang berlapis emas. Ruangan yang tak berisikan apapun.

Joan, Veronica masuk terlebih dahulu. Deiv langsung menutup pintu itu dan mulai merapalkan mantra.

Adelene tidak mengerti bagaimana cara kerja ruangan kosong seperti itu.

"Ruangan apa ini?" tanya Adelene ragu. Deiv selesai membaca mantra dan menatap Adelene.

Laki-laki itu masih menutupi tubuhnya dengan jubah. Tak ada seorang pun yang bisa melihat rupa asli dirinya.

"Ruangan teleportasi," jawab Deiv.

Adelene menjadi ingat sebuah alat yang mampu membuat mereka berada di suatu tempat sesuai keinginan yang dimiliki oleh Neolan.

"Sama seperti milik Neolan," gumam Adelene. Para prajurit terlebih dahulu masuk ke dalam ruangan itu.

Secara bergantian.

"Apakah harus merapalkan mantra?" tanya Adelene. Karena ia penasaran, sejak awal Deiv selalu merapalkan mantra untuk membuat mereka yang telah berteleportasi sampai ke tempat tujuan.

"Karena memang seperti ini cara kerjanya. Kau mau menanyakan apa lagi?" tanya Deiv.

"Setahuku pemilik sihir apapun tidak ada yang mengucapkan mantra kecuali para penyihir. Apa kau salah satu penyihir yang masih hidup?" tanya Adelene memicingkan matanya curiga pada Deiv.

Deiv menghembuskan nafas berat. Ia menatap lamat Adelene dan membuka tudungnya. Di sanalah Adelene dan makhluk legenda lainnya terpanas dengan wajah tampan Deiv yang tidak manusiawi.

... karena Deiv adalah seorang penyihir.

"Kau sangat tampan. Pasti banyak wanita yang menyukai bahkan ingin menjadikan mu suami," celetuk Ravi.

Deiv terkekeh geli, "hanya saja aku tidak bisa melupakan Ersta."

Mendengarnya Adelene berdehem pelan. "Apa Ibuku memang sangat menarik?"

"Entah lah, Ibumu mampu membuat orang lain terpikat karena tingkah lakunya."

Adelene yang mendengarnya tertawa geli, "itu hanya kau yang terpikat dengan tingkah laku Ibu ku yang sangat diluar nalar." Ia menatap Deiv menggoda. Laki-laki itu berdehem pelan untuk menetralkan suasana hatinya.

Adelene Dé Cloups Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang