Chapter 3

1.1K 43 3
                                    

Aku berbaring diatas kasur yang masih bersih karena tadi diberikan seprei baru ketika sampai ke rumah ini.
*tok tok tok*
Sebuah ketukan dari pintu terdengar. Apa ada yang tertinggal atau ada yang ingin disampaikan pak Rudi?
Aku menuju lantai bawah dan membuka pintu.
Ternyata pria itu. Pria muda yang tadi membukakan pintu dirumah pak Rudi. Iya, anak nya.
"Ma-malam om, ini tadi ibu masakin makan malam buat Om" ucap nya sambil menyodorkan sebuah wadah tertutup. Aku kaget. Aku tidak memesan makanan sama sekali dengan pak rudi.
"Malam... m..makasih ya. Kenapa panggil Om, saya belum tua tua sekali" ucap ku mencoba bercanda.
Dia tersenyum tipis
"Kalo Nino panggil mas, malah ga cocok lagi" timpal nya.  Ternyata namanya Nino.
"Masuk dulu sini, Nino. Temenin Mas, eh Om makan dulu." Ajak ku
"Ta-tapi kan om mau istirahat dulu"

"Gak apa. Masih jam segini juga.'
Kami pun masuk. Ku buka wadah itu. Ternyata sebuah nasi dengan lauk ikan sambal dan sayur yang sudah dipisah di tempat tempat yang cukup kecil. Bahkan dengan melihat nya saja sangat membuat ku tergiur.
"Kamu sudah makan, No?"
"Su-sudah Om" jawab nya.
Aku bertanya sedikit banyak tentang desa ini sambil menyantap hidangan yang diberikan. Penuturan Nino membuat ku semakin takjub dengan lingkungan desa ini yang sangat terjaga, juga dengan perangai nya yang tampak baik dan polos.
"Kamu gak sekolah besok?" Ucap ku
"Memang Nino kaya masih kecil ya, Om?" Balas nya
Aku kaget.
"Ha? Kamu sudah tamat ?"
Dia mengangguk pelan.
"Waduh, om kira masih baru SMA" ucap ku
Anak ini masih terlihat sangat muda juga tidak seperti orang orang seusia nya.
"Umur Nino dah 18 kok Om" ucap nya meyakiniku
"Haha ga keliatan. Kumis aja belum ada itu" ucap ku.
"Kan ga semua orang tumbuh nya sama" dia mendengus.
Tingkah nya benar-benar membuat ku terpesona. Bahkan dia diajak cerita juga nyambung. Lagi lagi dia mengingatkan ku dengan mantan ku. Meskipun mantan ku tidak lebih muda dari Nino, tapi perangai nya sedikit mirip.
Mata nya yang bulat, kulit putih langsat, tinggi yang hanya sedada ku, juga rambut lurus yang tidak terlalu pendek juga panjang.
"Jadi sekarang kamu kegiatan nya apa No?"
"Em... lebih sering bantuin ibu, Om. Soalnya nino anak paling kecil juga. Mas dan Mba Nino udah pada berkeluarga dan gak disini."
Pantesan dia terlihat sangat polos  di usia nya.
"Kalau gitu sering sering temenin Om keliling desa ini, ya" ucap ku
"Males ah, enakan juga dirumah" ucap nya tapi aku yakin itu bukan jawaban jujur.
Sekitar 1 jam dia menemani ku sembari aku yang menyantap makanan. Akhirnya dia kembali pulang.
"Gak usah di cuci om, ntar Nino aja dirumah"
"Wah maaf ngerepotin, No" ucap ku
"Eh bentar no, tunggu disini" aku teringat lalu naik kekamar menuju tas ku.  Aku mengambil coklat yang ku bawa. Kalian pasti tahu merek nya, dengan ukuran yang besar.
"Nih, ucapan terimakasih" ucap ku memberikan cokelat itu.
Mata nya berbinar menerima nya.
"Beneran om?" Ucap nya kegirangan
Aku mengangguk.
"Makasih, Om! Selama ini Nino cuma bisa liat doang kalo ke minimarket di kota" ucap nya.
Polos sekali anak ini.
Dia pun pamit pulang membawa wadah yang sudah habis isi nya ku santap tadi.
Mungkin entah karena terlalu capek, pikiran ku dengan Nino bolak balik muncul. Aku benar benar tertarik dengan anak itu. Toh dia juga sudah 18 tahun kata nya. Meskipun aku 2 kali lipat dari umur nya, tapi dia sudah masuk ke usia yang legal jika di pikir pikir. Hanya saja memang sikap dan sifat nya yang sedikit terlihat lebih muda dibanding anak seumuran nya. Aku tertidur juga dengan perut yang sudah kenyang setelah nya.
.
.
.

Buku 19 - BRONDONG SURGAWITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang