Lima

102 11 1
                                    

Alva hanya melihat Jessica yang termenung di sebelahnya. Alva tidak tau apa yang harus ia lakukan. Alva tidak tau apa yang terjadi pada Jessica.

"Jess! Lo gapapa?"

Alva melihat seorang perempuan berlari mendekati Jessica. Perempuan itu langsung memeluk Jessica dan berusaha menenangkannya.

"Lo kesini sama siapa, Jess?"

Alva langsung melirik perempuan itu dengan kesal. Jelas-jelas Alva duduk di samping Jessica, perempuan itu masih bertanya Jessica pergi dengan siapa?

Mungkin, Alva terlalu invisible.

"Gue sama Alva," jawab Jessica. Akhirnya perempuan tersebut melirik ke arah Alva lalu ia menjulurkan tangannya.

"Alice."

"Alva."

Alice kembali menenangkan Jessica yang terlihat pucat? Lelah? Capek? Stres? Ntahlah. Alva tidak tau bagaimana mendeskripsikan keadaan Jessica sekarang. Tapi jika ditanya apakah Jessica baik-baik aja? Alva pasti akan menjawab bahwa Jessica tidak baik-baik aja sekarang. Bagaimana Jessica bisa baik-baik saja disaat ibunya terbaring di kasur dengan alat medis yang terlalu banyak itu?

"Va, lo kalau mau balik, lo boleh balik kok. Makasih ya udah ngantarin gue," ujar Jessica.

"Jadi, lo ngusir gue?" tanya Alva. Jessica menggaruk tengkuknya.

"Bukan gitu..."

Alva tertawa lalu mengacak rambut Jessica, "Gue bercanda kok. Gue balik ya, Jazzy. Gws buat nyokap lo."

Jessica menggigit bibirnya. Ntah kenapa, dia merasa jantungnya berdetak ketika Alva memegang pucuk kepalanya. Jessica menggeleng kepalanya. Dia gak boleh menganggap serius sama Alva. Karena Alva cuman tempat pelampiasannya. Alva hanya hiburannya.

"Jazzy? Jangan bilang kalau lo ganti display name LINE lo jadi Jazzy, gara-gara dia?" Alice menatap Jessica dengan pandangan meminta jawaban. Sejak kapan seorang Jessica dipanggil Jazzy? Atau memang itu panggilan special dari cowok tadi kepada Jessica?

"Gue bilang nama gue Jazzy. Cool enough?"

Alice berdegik, "Biar apa coba, Jess."

Jessica menyungging senyuman di bibirnya, "Biar dia gak tau apa-apa soal gue. Lo tau kan, semua tau gimana sifat Jessica stephanie. Tapi semua orang gak kenal siapa Jazzy."

"Lo beneran pintar soal ini. Tapi lo juga super gila," ujar Alice sambil menggelengkan kepalanya.

***
Paginya, Jessica langsung pergi ke sekolah dengan seragam yang sama yang ia gunakan kemarin. Untung saja seragam yang ia kenakan masih bersih. Tidak lupa Jessica menyemprotkan parfum dengan brand terkenal ke bajunya.

Wajar saja kan kalau Jessica tidak mengganti bajunya. Ia baru saja mendapatkan kabar bahwa ibunya masuk ke rumah denga mendadak. Lagian, ia juga malas jika ayahnya sudah pulang dan menemui ayahnya di rumah.

Blue bird yang Jessica naiki akhirnya berhenti di depan pagar gedung SMAnya. Setelah memberikan jumlah uang yang harus dibayar, Ia berjalan dengan tidak semangat mengingat hari ini ada kuis matematika dan ia tidak belajar sedikitpun. Jujur saja, ia lemah dalam pelajaran berhitung.

"Sica."

Suara itu. Jessica langsung melihat ke belakang dan mendapatkan Damian yang berjalan ke arahnya. Ntah kenapa melihat sosok Damian mengingatkannya dengan Elvi.

"Gue kemarin nemuin ini. Punya lo kan?" Damian memberikan sebuah gelang kepada Jessica. Ada senyum penuh makna yang terukir di wajah Damian.

Jessica harus menahan malu sekarang. Kenapa Jessica baru sadar kalau ia kehilangan gelang itu. Dan yang lebih parahnya lagi, gelang itu merupakan pemberian Damian dan sekarang Damian yang menemukannya?!

The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang