01

366 30 5
                                    

Khalav Regas Gustian. Seorang anak tunggal dari hasil perjodohan dua keluarga kaya raya. Hidupnya penuh dengan segalanya, ia juga cerdas seperti kedua orang tuanya. Apa lagi yang kurang dari kehidupan Khalav?

Kekeluargaan.

Meski mereka tinggal bersama, Papi, Mami dan Khalav namun mereka seperti orang asing. Mami Khalav, Riyani Atma Suhardi, dan Papi Khalav, Yavis Gustian, hanyalah dua sosok yang terpaksa mengikuti perjodohan orang tua mereka agar mendapat keturunan yang berkualitaa seperti Khalav.

Di rumah, Khalav tidur sendiri. Begitu juga Mami dan Papi, mereka tidur di kamar masing-masing. Daripada disebut pasangan suami istri mereka lebih mirip rekan kerja yang tinggal satu rumah dan harus profesional di depan Khalav. Bertindak layaknya orang tua yang sayang pada sang anak, padahal mereka hanya mengikuti standar orang tua.

"Assalamualaikum.. Khalav pulang," ucapnya membuka pintu dengan satu tangan, tangan satunya ia gunakan untuk membawa dua piala yang baru saja ia dapat hari ini.

"Ini pada kemana dah?" Tanyanya.

Khalav dengan seragam SMP celama berwarna biru dongker itu pun masuk. Belum lama ini dia menginjak kelas 9, dan sejak awal masuk banyak prestasi yang Khalav dapat disana.

"Iya sayang nanti kita ke disney world."

Suara berat Yavis sontak membuat Khalah menggenggam pualanya erat. Ia masuk berjalan dengan menghentakkan kakinya. Sampai membuat Yavis yang semula sedang bersandar dengan sosok wanita yang bukan ibunya tersentak bangun.

"Udah pulang Khal?"

"Udah. Papi aja ga kedengeran dari tadi."

"Maaf suara kamu pelan banget Khal. Itu piala apa lagi?"

"Lomba bikin robot sama OSN badminton."

Yavis hanya mengangguk. Tak ada pujian atau rasa bangga ia beri pada Khalav, seperti biasa seolah kemenangan Khalav bukan sesuatu yang istimewa.

"Makanan ada di meja udah Papi beliin sashimi kesukaan aku."

"Papi lupa?"

"Lupa apa?"

"Khalav ga suka ikan, Pi."

"Astaga maaf sayang papi ga ingat. Nanti papi order Mekdi aja ya."

"Gausah. Khalav udah ga laper."

Khalav langsung beranjak menaiki tangga. Suasana hatinya buruk padahal ini bukan pertama kali.

Belum sampai di puncak, Khalav terhenti mendengar suara melengking.

"Mami pulaang!!"

Riyani masuk ke rumah sambil membawa banyak belanjaan. Paperbag Hermes, Dior dan Gucci masing-masing 5 item ia bawa sendiri.

Khalav menatap wanita itu dari atas. Riyani membuka kaca mata dan mendekat kerasa dua sepasang selingkuh yang ada di depannya.

"Mas, transfer lagi sore ini. Aku ada staycation sama temen-temen."

"Berapa?"

"500 aja."

Yavis mengambil ponselnya, membuka aplikasi e banking dan langsung mengirimkan uang pada rekenung Riyani yang sudah ia hapal.

"Ini kamu transfer 1M mas."

"Iya lebihnya buat kamu."

"Makasih. Silahkan dilanjut kegiatannya, aku mau samperin Khalav keatas."

Riyani pun pergi. Khalav yang sejak tadi memerhatikan hanya bisa menggeleng heran pada tingkah kedua orang tuanya. Segera ia masuk kedalam kamar sebelum Maminya menyadari sejak tadi ia menguping.

"Khalaaaavvv.. mami bawain LV buat kamu nih!"

Riyani masuk dan langsung disuguhi Khalav yang sedang memasukan piala kedalam lemari kaca yang berisi puluhan piala dan juga medali. Melihat kilauan itu mata Riyani langsung bersinar.

"Anak Mami menang lagi! Hebatnyaa.."

Riyani menjatuhkan bawaannya dan langsung memeluk sang putra bangga.

"Mami seneng banget kamu sehebat ini sayang.."

"Duh Mi lebay bangett."

"Bilang dong kalau kamu mau lomba kan Mami bisa dateng buat kasih support."

"Mami ga bales chat aku dari seminggu lalu."

"Masa? Aduh maaf sayang Mami keasikkan sama temen-temen Mami sampai lupa ga buka chat dari anak Mami."

Padahal biasanya juga ga pernah chat atau bales pesan Khalav. Pikirnya dalam hati.

"Kebiasaan Mamii.."

"Yaudah ini Mami beliin kamu LV. Dipake ya awas ga dipake. Mami mau istirahat dulu abis itu lanjut nyalon. Bye sayang."

"Duh Mi jangan cium-cium!!"

"Hihi gemes deh sama anak mami."

Khalav memutar bola matanya malas.

"Mami ga marah?"

Riyani sontak melepas pelukannya dan mematap Khalav tidak mengerti.

"Papi main lagi tuh."

"Biarin lah. Yang penting Mami masih bisa shopping, staycation, makan makanan enak, liburan keluar negeri. Toh dari dulu Papimu udah kaya gitu."

Riyani berbicara seolah ia sudah tak ada rasa. Justru Khalav yang sedih sekarang.

Mereka tak saling cinta, pantas saja ia tumbuh tanpa merasakan kasih sayang yang utuh, padahal keduanya masih bersatu.





❤️




Malam ini Khalav tidak tidur sendiri. Gama, sepupunya sering menginap disana karena Khalav kesepian. Biasanya Gama dan Khalav akan menghabiskan malam dengan bergurau atau bermain game, namun malam ini tidak. Gama dan Khalav banyak diam setelah Gama tiba. Bukan tanpa alasan, Gama datang membawa kabar buruk bagi Khalav.

"Kasih tau om sama tante. Ga lucu kalau lo kenapa-kenapa terus mereka gatau."

"Elah Gam, kaya gatau mereka aja. Gue kasih kabar gembira tiap menang juara mereka biasa aja tuh. Apalagi denger gue kanker."

"Justru itu, mungkin penyakit lo bisa bikin mereka sadar."

"Ga mungkin Gam, yang ada mereka makin bodo amat. Bisa-bisa gue dibawa ke luar negeri suruh berobat sendiri disana. Mending gue disini, mati pun masih bisa lo temenin."

"Si anjing mulutnya!" Gama melempar bantal tepat ke kepala Khalav "Dikasih tau malah ngeyel. Dasar bocah!"

"Gue lebih tua dari lo 5 bulan kalau lo lupa!"

"Tapi lo boncel!"

"Tau ah. Gue mau tidur. Lo kalau mau PS ambil di lemari, gue baru bali kaset baru."

"Elah Khav, jangan tidur dulu. Lo belum minum obat bego."

"Oiya. Ah anjing nyusahin banget penyakit sialan. Udah tau gue males hidup, tambah dikasih penyakit, makin males deh gue."

"Khal, gue coba pelan-pelan kasih tau Mami lo aja gimana? Dia masih peduli sama lo seenggaknya."

"Peduli apaan? Noh chat gue seminggu lalu aja kaga dibales. Udah ah Gam. Lupain aja tuh kolot 2. Gue juara dia ga peduli apalagi gue sakit parah? Kalau gue tambah dikacangin gimana? Mending sekalian aja gausah tau."

"Tapi Khal--"

"Cukup lo aja yang tau. Lo peduli sama gue, gue harap lo ga tinggalin gue ketika kondisi gua ga baik-baik aja."

Khalav menelan obatnya lalu merebahkan tubuh itu diatas kasur. Ia memaksakan untuk tidur, tak mau memikirkan kedua orang tua yang sama sekali tak peduli padanya.










BERSAMBUNG

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MenyatukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang