_____
🎼 Know Me - GEMINI 🎼
_____
"Hati-hati," Mew meletakkan kunci Rubicon hitam di tanganku. "You brought the statue of the prince easy to break."
Aku berdecak, berjalan meninggalkan Mew untuk menghampiri Build yang sedang menekuk wajahnya.
Aku menarik tubuhnya untuk segera masuk ke dalam mobil. "Kita bisa terlambat sampai rumah, Biu."
Meski tubuhnya sudah kutarik dan kakinya turut melangkah, kepala Build tetap menatap ke arah Metawin, tangannya melambai lesu. "Bye, Wiinn."
"Bye, see you again." Balas Metawin dengan senyum ramahnya. Mungkin dia terbiasa dengan pekerjaannya sebagai seorang Pekerja Seks Komersial, dia menjadi orang yang ramah kepada siapa saja yang baru ditemui. Metawin juga termasuk orang yang menyenangkan ketika diajak bicara, itulah kenapa Build terlihat sedih ketika hubungan yang baru mereka jalin terpaksa dihentikan.
Aku menuntunnya untuk naik ke dalam mobil dan memintanya untuk memakai sabuk pengaman. Mew benar, Build seperti sebuah patung yang mudah rapuh jika aku membawanya dengan tidak hati-hati. Aku mengusap puncak kepalanya ketika dia menuruti setiap apa yang aku perintahkan.
Rubicon hitam yang sudah dimodifikasi ini meninggalkan halaman bengkel milik Mew. Motorku masih terparkir rapi ketika mobil yang kukemudikan melewatinya. 'Sabar ya, kau belum bisa membawa Build' aku berujar sedih pada motorku.
Beruntung jalanan hari ini tidak terlalu macet, jika Om Ghazam memberikan waktu sekitar tiga puluh sampai tiga puluh lima menit untuk sampai di rumah, mungkin aku bisa mencapai dua puluh menit jika jalan seperti ini. Sayangnya, aku tidak boleh membawa mobil dengan kecepatan penuh.
Sepanjang jalan Build tidak mengeluarkan suaranya, dia seperti masih memendam kekesalannya. Aku sempat mengusap puncak kepalanya ketika berhenti pada lampu merah kedua setelah dari bengkel Mew.
"Kok diam saja?"
"Tidak tahu mau membicarakan apa," Build menunduk sekilas sebelum akhirnya menatap ke arahku. Kugenggam tangannya dengan lembut, sambil melajukan kemudi.
"Jadi, sudah menentukan akan kencan kemana?"
Build mengangguk, "Sudah, nanti aku berikan list-nya sama kamu."
"Tidak sabar menunggu," Build turut mengangguk dan tersenyum tipis menatap genggaman tangan kami. "Kenapa senyum-senyum?"
"Tidak ada," Build menggeleng kecil, matanya melebar lucu ketika aku mengecup punggung tangannya yang masih bertaut dengan tanganku. Kulitnya sangat lembut. "Bible—"
"Hm?" Aku menatap Build yang tiba-tiba menunduk dengan wajah merahnya. "Why do you blush so easily, Biu?"
Membuat Build berbunga-bunga mudah sekali, hanya sebuah kecupan di punggung atau seperti kemarin ketika aku mengecup kertas kecil pemberiannya, dia langsung tersipu.
Build menatap keluar jendela, dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku tahu pasti jika dia sedang menyembunyikan wajah yang semakin merah itu. Aku tidak berniat melepaskan genggaman tangan itu, terkadang punggung tangannya kubawa untuk mengelus bagian pipiku dengan bumbu kecupan lembut. Apa pun yang ada pada tubuh Build sangat mengagumkan untukku.
Aku tidak akan melepaskannya.
Maaf, jika sejak awal aku terus berubah pikiran.
Bukan kah pernah kukatakan, bahwa otak yang sudah terserang narkotika, psikotropika dan obat terlarang memang menyerang cara berpikir dan berkomunikasi. Aku berharap tidak ada orang di luar sana yang berpikir untuk menyentuh barang haram itu. Narkoba memang memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi para penggunanya, tetapi narkoba itu menyerang otak, sedangkan otak merupakan pusat kehidupan manusia. Jika boleh memilih, aku tidak ingin mengenalnya sejak dulu, but, byegone be byegone, right? Aku cukup merubahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang Naluri [SUDAH TERBIT]
FanfictionBible tidak tahu jika pria yang baru saja pindah ke sebelah rumahnya adalah sebuah narkoba yang menjelma manusia, membuatnya kecanduan setiap saat. "What do you think about me? Tentang ... Seseorang yang akan menjadi pasanganku nantinya, apa bisa ak...