3

105 19 3
                                    

Jeno meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sakit dan ngilu. Mimpi yang terjadi barusan benar-benar membuat ia lelah. Entah mengapa hari ini kamarnya terasa panas ah bahkan jauh lebih panas dari biasanya.

Jeno merasa sensasi terbakar mengenai kulitnya. Ia mulai memikirkan kemungkinan jika genteng kamarnya bocor, dengan susah payah ia membuka mata dan hal pertama yang bisa ia lihat adalah bentangan padang rumput.

Melihat hal itu, Jeno refleks berdiri. Mata sipitnya seketika terbuka lebar karena menyadari jika saat ini ia tidak berada di dalam kamar.

Sejauh mata memandang, di tempat itu hanya ada padang rumput hijau yang membentang luas. Jeno memaksa menarik kembali ingatannya ke beberapa jam yang lalu. Mengingat jika ia sempat mengalami kecelakaan, sekarang Jeno bisa menyimpulkan sesuatu dari hal ini.

"Impresif. Apa ini yang disebut padang Mahsyar?"

Ya, sepertinya dia sudah mati.

Jeno berjalan di tengah teriknya matahari. Di tengah padang itu terdapat sebuah sungai yang membelah datarannya menjadi dua.

Jeno baru akan minum dari sungai itu, tapi terhenti saat beberapa pedang ditodongkan ke arahnya. Ragu-ragu Jeno berbalik dan mendapati beberapa pemuda menatapnya penuh waspada.

'Apalagi ini!?'

"Kau ini mahluk apa?"

Mahluk apa? Pertanyaan bodoh itu membuat Jeno ragu akan jati dirinya. Dia masih terlihat seperti manusia, kan? Mereka masih satu spesies jadi kenapa pertanyaan itu terdengar seperti Jeno adalah mahluk luar angkasa yang datang ke bumi?

"Bukan mahluk apa bodoh. Tapi kau ini mahluk dari mana? Kau dari Goguryeo atau Dinasti Tang?" Pemuda lainnya kembali bertanya pada Jeno setelah mengatai temannya bodoh.

"Matanya sipit dia pasti dari Dinasti Tang."

"Sebaiknya kau bercermin dan lihat matamu yang kecilnya hanya sekecil mata cicak itu."

Mendengar perdebatan yang menurut Jeno sedikit mengganjal, ia menepuk pipinya beberapa kali untuk meyakinkan jika ini bukan mimpi.

Dinasti Tang? Goguryeo? Apa saat ini ia telah melakukan perjalanan waktu ke masa lalu? Atau saat ini ia terjebak di sebuah pentas drama?

"Kau bisu? Tuli?"

Jeno tersentak saat ujung pedang itu semakin dekat dengannya.

"Sejujurnya aku tidak tau. Tapi sebelumnya aku mengalami kecelakaan dan tiba-tiba berada di tempat ini. Kalian tau ini di mana?" ucap Jeno sungguh-sungguh

Orang-orang itu saling pandang lalu menurunkan kembali pedang mereka.

"Kau berbicara menggunakan bahasa yang sama dengan kami. Tapi bagaimana mungkin kau tidak tau kau berasal dari mana? Mendengar bahasa yang kau gunakan sudah pasti berasal dari Goguryeo."

Jeno memijit batang hidungnya karena merasa semua ini tidak masuk akal. Meskipun ia seorang Arkeolog, kembali ke masa lalu secara langsung tidak terdengar semudah saat kau turun lapangan untuk melakukan ekskavasi.

Karena mereka membahas tentang Tang dan Goguryeo, Jeno yakin saat ini ia berada di periode tahun sekitar 645-668. Di mana pada periode itu, perang besar yang membuat buku sejarah menebal tercipta.

Dengan sangat terpaksa ia mulai mengarang cerita. "Sejujurnya aku dari Goguryeo. Tapi otakku sedikit tergeser akibat perang, itulah mengapa kadang aku lupa apa yang terjadi. Orang tua dan tempat tinggalku telah hilang. Aku tidak tau harus kemana."

Jeno bisa melihat tatapan prihatin dari orang-orang di depannya. Orang-orang seperti ini jika di medan perang pasti mati lebih awal. Tidak memiliki rasa waspada dan mudah percaya pada orang asing. Untung saja Jeno memang orang baik.

Love Catastrophe || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang