(11). Juli dan Ceritanya

36 20 0
                                    

🌻🌻🌻

Setiap hari adalah anugerah. Setiap hari pasti ada hal yang harus kita syukuri.

- Krisan Putih -

¤¤¤

(beberapa bulan kemudian)

(beberapa bulan kemudian)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Juli 2018)

Bulan Juli selalu punya ceritanya sendiri, dengan musim panas sebagai pendampingnya. Beberapa atau bahkan banyak orang mungkin tidak menyukai musim ini.

Dulu sekali, Jenaka pernah bermain-main di halaman depan rumah sendiri, saat matahari sedang terik-teriknya, mungkin sekitar pukul dua, setelah pura-pura tidur siang saat sang Ibu meninggalkannya di kamar. Jenaka yang saat itu berumur enam tahun memilih untuk keluar rumah dengan boneka beruang kecil di tangannya.

Ia menyusun batu-batu kecil disana, sambil mengajak boneka beruangnya bicara. Setelah beberapa saat, terasa sesuatu merembes dari hidungnya, lalu dengan polosnya ia mengusap dengan lengan baju tanpa menyadari kalau sebenarnya yang ia usap adalah darah.

Sang Ibu yang menemukannya pertama kali, panik bukan main dan langsung menggendongnya dengan paksa ke dalam rumah, membersihkan darahnya dengan hati-hati. Baju putihnya berubah jadi merah karena darah, tapi ia tampak biasa saja seolah tak terjadi apa-apa.

Entah, mungkin saja sejak saat itu Jenaka tidak terlalu suka musim panas, ia lebih suka sesuatu yang dingin, mulai dari musim sampai berbagai jenis makanan dan minuman.

Seperti hari ini, ia buru-buru turun dari kamarnya di lantai atas lalu menuju dapur, membuka kulkas, dan seketika mengerutkan kening saat tau apa yang ia cari tak ia temukan di lemari pendingin itu.

Ia kemudian memilih mengambil air putih dingin saja, meminumnya dua gelas, lalu ia mengambil satu gelas lagi dan berjalan menuju ruang keluarga. Ia duduk lalu memasang wajah dengan senyum mencurigakan dihadapan seseorang disana, yang sedang sibuk dengan gitar kesayangannya.

"Kak, hehe"

"hmmm ?"

"sibuk kah ?"

"ga begitu, kenapa ?", ucap sang Kakak yang tetap fokus dengan gitarnya.

"kedepan lah yok"

"ngapain dek, panas banget itu diluar", jawab Narayan dengan wajah penuh heran.

"kak, yoghurtnya habis, jangan pelit apa, ayo temenin"

Narayan menarik napas panjang, lalu tersenyum yang dibuat semanis mungkin.

"yaudah ayok, lima menit dari sekarang harus sudah siap"

Tanpa menjawab apa-apa, Jenaka langsung berlari menuju kamarnya, mengambil jaket serta kerudungnya, lalu memakainya ditengah-tengah tangga ketika ia turun lagi.

KRISAN PUTIH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang