[EXTRA] C.3 - prank

1.7K 176 36
                                    

"Jadi Kak Karina usually bangun jam 7 pagi, kerja part-time jam 8, and then go to uni at 2 p.m?" aku refleks menutup mulut. Aku kaget--no, jangan bilang aku lebay, ya, nanti aku marah! Tapi ini tuh basically info yang surprising banget?? Siapa yang nyangka kalau aku bakal bangun tidur pas Kak Karina lagi get prepared buat kerja? KERJA as in working, lho! Padahal setauku Kak Karina lagi mid term, jadi kok dia kerja?

"Iya, Nindy," jawab Kak Karina. Fyi, kakakku itu lagi ngiket rambutnya di depan meja rias yang ada di depan kasur tempat aku duduk sekarang. Dibikin messy bun. Cantik, cantikkkk banget like a princess aku gak bosen bilangnya.

But why? Kenapa Kak Karina harus kerja? Aku gak ngerti.

Jadi akhirnya aku nanyain itu, "Kenapa Kakak harus kerja?"

"Ya karena aku butuh uang?"

Duh, kok Kak Karina malah nanya balik sih? Huft, aku jadi gemes sekaligus bingung sendiri kalau gini. Yang bikin aku nanya, kan, karena Kak Karina anak Om Suho, ya, so it doesn't make any sense gitu pas dia bilang kalau dia butuh uang. I mean, sebagai anak kandung Om Suho, Kak Karina harusnya punya banyak uang karena itu hak dia. Dia gak usah kerja! Beda ceritanya sama aku, because I'm no longer a Chandrajaya, jadi the one yang harusnya kerja itu aku!

Right??

Huhuu, inget fakta ini bikin aku jadi sedih lagi deh. Anak lulusan SMA bisa kerja apa ya? Bakal ada gak ya yang bakal accept job aplication aku nanti? Mana uang yang ada di bank account pribadiku cuma sisa 300 jutaan lagi. Tas-tasku juga belum laku--actually karena Mr. Ken belum kusuruh jualin sih, hehe, aku masih sayang. But regardless, aku takut banget uangku gak bakal cukup buat aku bertahan sebulan sambil cari kerja. Sedih.

But nope, sudah cukup sedihnya yang bikin aku sempat jatuh sakit dua hati yang lalu. Untungnya sekarang udah sembuh karena dirawat Kak Karina, jadi aku harus bangkit dan mandiri. Nindy hwaiting!

Aku pun akhirnya berdiri dan nyamperin Kak Karina. Kami tatap-tatapan lewat cermin. Kutoel-toel bahu Kak Karina kayak yang sering aku lakuin ke Kak Giselle kalau dia lagi makeup-an di kamarnya. "Tapi kan Kak Karina masih kuliah? Emangnya Om Suho gak kasih Kak Karina uang?" aku nanya lagi. "If yes, that's wild. And mean. Om Suho is mean."

Kak Karina gak langsung jawab. Dia cuma diem, kemudian nunduk sebentar sebelum ngeliat aku lagi sambil senyum tipis. Tapi matanya kayak tearing up and ... sad.

Aku sontak meringis. I feel bad banget. Duh, mulutku ini emang ga tau diri! Ga cukup nyusahin Ayah dan Bunda selama 18 tahun, aku juga bikin Kak Karina sedih karena omonganku yang stupid!

Jadi buru-buru aku tekuk lutut biar bisa peluk Kak Karina erat-erat. I don't care kalau aku belum mandi dan masih pakai pjamas, parfumku tahan lama kok, belum 24 jam sejak aku apply semalem sebelum tidur. Yang penting aku harus comfort Kak Karina dulu karena Om Suho yang jahat itu gak kasih uang ke anak bungsunya. Kalau aja aku di Jakarta, udah aku pukul dia pake heels karena udah bikin kakak cantikku suffering at this age!

Lalu kutepuk-tepuk pipi lembut Kak Karina yang udah dikasih bedak yang merk-nya engga pernah aku denger.  "Kakak cantik don't worry," ucapku. Harus terdengar meyakinkan sih ini, although to be completely honest aku ragu. "Bentar lagi Mr. Ken cariin aku kerja yang gajinya lumayan. Uangnya nanti aku kasih Kakak sebagian. So, don't worry, okay?"

Kak Karina cuma ketawa kecil abis aku ngomong gitu. Tapi selanjutnya, anggukan kecil dari dia udah cukup buat aku kecup basah sampai dia teriak ga terima. Hehehe, bedaknya jadi hilang. Salah sendiri sih so so cute aku kan jadi gemes.

[✔] JuicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang