Setiap orang mencari tempat untuk pulang, namun bukan sekadar rumah, tetapi tempat di mana mereka benar-benar diterima. Tujuh remaja dengan latar belakang berbeda dipertemukan oleh takdir, masing-masing membawa luka, harapan, dan rahasia yang tak te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raden Haidar Samuel 06-05-2004
Haidar, putra pertama keluarga Samuel, kini berusia 19 tahun, dikenal sebagai sosok yang keras kepala dan dominan. Ia selalu ingin segalanya berjalan sesuai kehendaknya, dan tak jarang sikapnya terlihat tegas hingga terkesan tak mau mengalah. Namun, di balik keteguhan hatinya, tersimpan luka yang membuatnya membangun tembok tinggi di antara dirinya dan orang lain—terutama ayah kandungnya.
Bagi Haidar, ayahnya bukanlah sosok yang patut dihormati. Sebaliknya, ia menganggap pria itu sebagai sumber dari berbagai penderitaan dalam hidupnya. Kebencian yang ia rasakan bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan telah terakumulasi sejak kecil—terbentuk dari luka, kecewa, dan ingatan-ingatan buruk yang sulit ia lupakan.
Setiap kali berada di bawah satu atap dengan ayahnya, pertengkaran seolah menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Kata-kata tajam sering terlontar, dan bentrokan emosi selalu berakhir tanpa solusi. Merasa muak dan lelah dengan situasi tersebut, Haidar memilih untuk lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Baginya, kebebasan jauh lebih berharga daripada harus terjebak dalam lingkaran konflik yang tak berkesudahan.
Namun, meski ia terus berusaha menjauh, bayangan sang ayah tetap menghantuinya. Ada dendam yang mengakar kuat, ada pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban. Hingga kapan ia harus membawa kebencian ini? Dan apakah benar-benar tak ada jalan untuk melepaskan diri dari luka masa lalu?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arsena Rakha Samuel 18-10-2006
Rakha, putra kedua keluarga Samuel, kini berusia 17 tahun. Sebagai anak kesayangan, ia dianggap sebagai pewaris utama kekayaan keluarga—sebuah posisi yang membuatnya selalu menjadi pusat perhatian. Sang ayah kerap memuji kecerdasannya, menyebutnya sebagai anak yang bijaksana dan berbakat. Hampir semua yang diinginkan Rakha selalu terpenuhi tanpa harus bersusah payah.
Namun, di balik segala kemewahan dan kasih sayang yang ia terima, ada beban berat yang selalu menghimpitnya. Ayahnya menaruh ekspektasi tinggi terhadapnya, menuntutnya untuk selalu berprestasi dan menjadi sempurna dalam segala hal. Tidak ada ruang untuk kesalahan, tidak ada toleransi untuk kegagalan.
