Liburan Singkat

75 8 1
                                    

"Shay," panggil Jheriel ketika mereka berdua baru menyelesaikan acara menyantap pizza di ruang tamu.

Shayla yang baru saja menelan kunyahan terakhirnya pun membalas menatap Jheriel. "Ya, Mas? Jadi, tadi apa yang pengen Mas Je bicarain?"

"Besok, kan, Sabtu ya?" Shayla mengangguk. "Kamu punya kegiatan gak?"

Kali ini, wanita yang duduk di samping Jheriel itu menggeleng. "Nah, pas banget. Main yuk? Kamu mau gak?"

"Ke mana, Mas?"

"Agak jauh sih. Di kota sebelah?" jawab Jheriel ragu-ragu.

"Ke sananya besok banget, Mas?"

"Iya, tadi aku kepikiran ngajak kamu ketemu sama keluarga aku di sana. Sekalian main."

Sejenak, Shayla terlihat berpikir. Mau menolak pun rasanya tak enak karena akhir-akhir ini ia sudah sibuk sendiri dengan pekerjaannya. "Bakal nginep gak, Mas?"

"Tapi, besok kamu mau kan, Shay?" Jheriel menatap Shayla berbinar.

"Iya, Mas Je."

Jheriel menyengir. Akhirnya weekend kali ini ia memiliki kegiatan di luar. "Iya, Shay. Rencananya kita pulang Minggu sore. Kamu gapapa?"

"Tapi, kamu tenang aja. Aku udah nyiapin keperluan yang bakal dibawa. Kamu tinggal masukin baju ganti sama nyiapin barang pribadi kamu kayak skincare sama make up," lanjut Jheriel.

"Oh gitu. Aku gapapa, Mas. Asal malem Senin udah di rumah. Soalnya, Seninnya kan aku kerja."

"Iya, Shay, aman. Nanti pulangnya kita otw gak pake rem."

"Boleh."

***

Pagi-pagi sekali sepasang suami istri baru itu sudah meninggalkan rumahnya. Padahal Shayla tidak tahu keluarga Jheriel dari pihak mana yang akan mereka kunjungi hari ini. Yang Shayla tahu ketika bangun subuh tadi, sebuah koper keperluan dirinya dan Jheriel sudah siap.

Sebelum jam enam pagi mereka sudah berangkat. Bahkan sarapan pun Jheriel dan Shayla lakukan di dalam mobil. Karena sekarang Jheriel tengah menyetir, maka Shayla berinisiatif untuk menyuapi suaminya itu dengan roti yang dibawanya.

"Aaaaa." Jheriel membuka mulut tanda minta disuapi lagi. Dan Shayla langsung mengabulkan permintaannya.

Setelah roti dalam kotak makan yang tadi Shayla bawa habis, kini wanita itu memberi Jheriel minum. Tetapi Jheriel tak mau memegang botol minum menggunakan tangan kirinya. Alhasil harus Shayla juga yang memegangnya selagi lelaki itu meminum isi botol.

"Keluarga yang mana sih, Mas? Masih dari pihak Mama?"

"Rahasia."

Itu lagi jawabannya. Saat di rumah pun Shayla sudah bertanya ke mana tempat tujuan mereka hari ini, namun jawabannya tetap sama. Rahasia.

Sekilas, Jheriel melihat Shayla seperti tengah menahan kantuk. Kemudian ia berkata, "Perjalanannya masih dua jam lagi, Shay. Kamu tidur dulu aja. Nanti aku bangunin."

Karena merasa matanya masih berat dan badannya pun lelah, Shayla menuruti ucapan Jheriel. Berbeda dengan Shayla yang sudah nyerah pada rasa kantuknya, wajah Jheriel pagi ini sangat cerah. Mungkin itu juga yang membuat matahari malu-malu untuk muncul.

Namun rasanya baru terlelap sebentar, kini Shayla harus terbangun karena Jheriel menginjak rem secara mendadak. Untungnya wanita itu tak terpental ke depan sebab tangan kiri milik Jheriel memegang bahu kirinya.

"Kebangun, ya? Maaf tadi ada kucing tiba-tiba lari," jelas Jheriel dan mulai kembali menjalankan mobil.

Saat Shayla memeriksa ponsel, ternyata waktu sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh pagi. Tak terasa sekali dirinya terlelap tiga jam lamanya. Padahal tadi sebelum memejamkan mata, jam masih menunjukkan pukul tujuh kurang.

"Sepuluh tahun yang lalu aku kuliah di sini," ucap Jheriel saat mereka melewati salah satu kampus ternama di kota sana. "Sepuluh apa sebelas, ya? Aku lupa."

"Dari kuliah aku emang udah gak tinggal sama orang tua. Berangkat ke sini pun sendirian. Untungnya di sini aku dapet empat temen yang udah aku anggap kayak keluarga. Kita selalu berlima kalau ke mana-mana." Tanpa bisa dicegah, cerita mengalir dari bibir Jheriel begitu saja. "Tinggal sama mereka selama 5 tahun rasanya kayak aku udah pake hoki seumur hidup aku. Banyak banget yang aku dapet dari mereka. Tapi di tahun keenam aku pergi dari kota ini. Ninggalin mereka. Jahat, ya? Padahal mereka gak pernah ninggalin aku. Tapi ada untungnya. Aku jadi ketemu kamu, Shay. Dan rasanya udah lama banget gak ketemu mereka. Hampir 5 tahun juga. Tapi kita masih kontakan, kok. Salah satu dari mereka sebenernya udah maksa aku ketemu dari tahun kemarin tapi aku belum siap. Jujur, aku terlalu malu buat nampakin diri di depan mereka, tapi sekarang ada kamu. Temenin aku ketemu mereka ya, Shay?"

Sekarang Shayla mengetahui keluarga Jheriel mana yang akan ditemui hari ini.

Kini mereka sudah memasuki perumahan dengan lingkungan yang sangat asri. Di sepanjang jalan terlihat pohon-pohon besar berdiri kokoh dan tidak ada satupun sampah yang terlihat. Tak berselang lama, Jheriel memberhentikan mobilnya di depan rumah berpagar cokelat.

TIT

Shayla memandang Jheriel yang baru saja menekan klakson menimbulkan suara yang bising. "Mas!"

Lelaki itu malah tertawa padahal Shayla sudah panik karena takut mengganggu penghuni rumah-rumah yang lain. Lalu atensi mereka teralih pada pagar cokelat yang dibuka dari dalam dan disusul dengan sesosok laki-laki yang sepertinya umurnya tidak jauh dari Jheriel.

"Langsung masukin aja mobilnya, Je."

Setelah Jheriel berhasil memarkirkan mobilnya, Shayla berniat akan langsung keluar dari kendaraan beroda empat itu, tapi urung karena melihat suaminya yang tengah gugup. Membuat tangan Shayla bergerak menggenggam tangan kiri Jheriel yang dingin.  "Gapapa. Kan ada aku."

Jheriel tersenyum.


Here With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang