Orion berkali - kali mengetuk-ngetuk kan pulpennya ke meja belajarnya. Wajahnya tampak berpikir keras, terlihat dari kerutan kecil disana.
Perlahan, gagang pintu kamar Orion tergerak ke bawah. Dilihatnya wanita paruh baya yang merupakan ibu kandungnya.
“Istirahatlah sebentar. Kali ini, apa yang kau cari tahu, anakku?” Tanya sang ibu aka Nyonya Aster.
“Setelah aku mendapat jawaban dari pertanyaan di otakku, aku akan istirahat. Em ... Kali ini aku mencari tau tentang Pelita.” jawab Orion.
Nyonya Aster menyodorkan segelas susu hangat rasa vanilla ke depan Orion. Ia melihat sekilas sesuatu yang dibuat oleh putra nya itu.
“Pelita? Itu mengingatkan ibu dengan anak laki - laki Lacey.” Ucap Nyonya Aster.
Orion menerima susu hangat itu dengan lembut. “Anak bibi Lacey? Pelita?”
Nyonya Aster menoyor pelan kepala Orion. “Itulah akibat jika di otakmu hanya ada rumus. Dulu kalian dekat, tapi sayangnya dia pindah.”
Orion sedikit bingung. “Itu kapan?”
“Oh ya Ampun. Saat itu kau masih kelas 5 SD, tepatnya saat Pelita pindah.”
Pemuda jenius itu sedikit tertarik untuk mengulik masa lalu. “Kalau begitu, Bibi Lacey sekarang dimana?”
“Huh, ibu sungguh lelah. Lacey meninggal dunia sekitar dua tahun lalu. Bersama dengan suaminya, Vincent karena kebakaran besar di perusahaannya,”
“Kasihan, pas sekali saat itu Pelita juga dikabarkan kecelakaan dan jatuh ke laut.” jelas Nyonya Aster.
“Apa Tuan Orlen telah tidur?” Orion bertanya lagi dan lagi.
Wanita paruh baya itu menepuk bahu Orion dengan agak keras. “Itu ayah kandung mu!”
Orion tertawa karena ekspresi ibu nya yang mulai kesal.
Kali ini, Orion sangat berterimakasih pada ibunya. Ternyata dugaannya tadi benar. Tentang yang Pelita ceritakan saja sudah tertebak, apalagi dengan petunjuk ibunya tadi. Sudah sangat jelas.
------
“Tuan Intha, bisa pertimbangkan lagi tawaran ku? Bukankah untungnya akan bertambah tiga kali lipat?” kata Tuan Gun.
Tuan Intha selaku pemilik Abelvan Company itu menggeleng. “Seberapan besarpun untungnya, jika itu membahayakan hak cipta perusahaan ku, aku tak mau,”
Wajah pria itu merah karena marah. “Dengar Tuan Gun, belajarlah untuk berpikir panjang. Jangan membuat resiko dengan pemikiran pendek dan bodoh mu itu. Jika kau masih ingin menggunakan ide payah itu, kontrak nya akan ku putuskan.”
Tuan Gun tertegun ketika mendengar perkataan Tuan Intha barusan. Pemutusan kontrak? Oh, itu mimpi buruk! Sangat buruk. Jika kontraknya di putus, dana di Victory Collage akan menipis. Bisa dibilang, sumber dana mereka adalah dari Abelvan Company.
“T - tidak begitu, Tuan Itha. Aku akan memikirkan ide lain.” ucapnya terbata-bata.
Dasar, padahal untungnya bisa sampai enam ratus milyar jika menggunakan ide ku. Batin pria itu.
“Bagaimana dengan Lucifer Group? Mereka punya ide?” Tanya Tuan Intha.
“aku tidak tau. Aku akan segera menanyakannya pada Tuan Asta.” Jawab Tuan Gun sedikit tidak niat.
------
“Tenggara, kau melihat Pelita?” Tanya Orion yang baru saja tiba di kantin itu.
Tenggara menggeleng tanpa memberi jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
lilin redup
Random「HIATUS」 Kau memang hanyalah sebuah figure dalam pemanis malam ku. Tetapi, hadirmu dapat membuatku bertanya-tanya siapakah dirimu yang sebenarnya. | Jiaxin as Gulita | Zuohang as Pelita ∆BxB ∆Dengzuo Ship ∆abaikan typo