Prolog

410 38 4
                                    


Mobil taksi berwarna putih itu berhenti tepat didepan gerbang hitam yang tinggi menjulang. Sang sopir buru-buru keluar dari kemudi, lalu membukakan pintu penumpangnya yang langsung turun bersama sebuah koper dan mengucapkan terima kasih.

Setelah mengiringi kepergian taksi yang menghilang di perempatan jalan, dia berbalik arah bersama sorot mata yang menatap binar gerbang tertutup didepannya.

Kedua sudut bibirnya tertarik keatas begitu tangannya memegang gerbang yang catnya mulai mengelupas dan berkarat yang menyakinkan dirinya jika gerbangnya tidak terurus dengan baik pun dengan rumah yang ada dibaliknya.

Tanpa membuang waktu, dia masuk kedalam pekarangan rumah yang tampak gersang tapi juga asri. Matanya mengedar kehalaman yang dipenuhi akan daun-daun kering, lalu berpindah pada halaman lain yang tampak hijau akan banyakanya tanaman hias.

Senyum yang sedari tadi dia tahan semakin mengembang saat menekan beberapa angka pada kunci digital yang tertempel pada pintu kayu, langsung berhasil terbuka tanpa harus mengulang berkali-kali.

"Nggak diganti ternyata."

Begitu masuk, dia langsung disambut oleh suasana sunyi dari dalam rumah. Tapi entah kenapa sunyi nan sepi itu berhasil memanggil kembali ingatan tentang rumah yang sedang dia tapaki sekarang.

Matanya bergerak menelusuri kesegala sudut ruangan bersama sebersit ingatan kecil yang terlihat sangat samar, hanya melintas begitu saja dibenaknya.

Kaki jenjangnya berjalan mengakses beberapa bagian ruang yang ada dilantai satu yang rata-rata barangnya tertutup oleh kain dan debu tebal. Setelah merasa puas, dia naik kelantai dua dan menjelajah seluruh ruang disana yang ternyata tidak terkunci dan dapat diakses sesuka hati.

Dia berulang kali dibuat mengumpat dan menggerutu saat masuk ke ruang-ruang itu ternyata lebih kotor daripada ruang-ruang dilantai satu. Kan, memang benar dugaannya jika rumah ini tidak pernah diurus sama sekali.

"Dasar gadis-gadis malesan."

Dia semakin menggerutu tak jelas yang diakhiri kekehan begitu sadar jika dia juga salah satu bagian dari gadis-gadis malas itu.

Tapi begitu masuk ruangan bagian paling ujung dan ruangan terakhir yang dia akses, dia dibuat terkejut karena ruangan itu ternyata sangat bersih dan menjadi satu-satunya ruangan yang terlihat sangat terurus, bahkan begitu masuk dia langsung disambut oleh bau wangi darisana.

"Buset, kelakuan siapa ini? Salah satu dari kita? Total nggak mungkin."

"Tapi bodoamat. Bersyukur sih harusnya, dari pada nggak ada yang keurus. Lumayan nggak perlu check in hotel."

Matanya bergerak mengamati ruangan bersih itu, hingga akhirnya berhenti disatu titik begitu matanya menangkap sebuah figura foto yang terpajang apik di atas meja kecil sebelah tempat tidur.

Dia mengambil foto itu, lalu ikut dibawanya berbaring diatas tempat tidur. Dia mengangkat figura itu tinggi-tinggi keudara bersama seulas senyum dan bayangan potongan-potongan kenangan yang terputar begitu saja dibenaknya seperti rekaman tanpa jeda.

Hingga akhirnya figura foto itu berakhir dipelukan eratnya sekaligus menyudahi acara re-call ingatannya begitu satu persatu sosok-sosok dibenaknya hilang karena tersapu oleh mata yang perlahan tertutup rapat.


*****





Akhirnya setelah sekian purnama dan hiatus dua tahun lebih 19 hari, bisa lagi nyentuh cerita ini T_T. Maaf banget maaf banget karena baru bisa kesini lagi. Sebenernya alesan hiatus karena stuck dan ngerasa amburadul banget alurnya T_T.

Jadi doain aja yang sekarang bisa sampai tahap selesai dan alurnya baik-baik aja biar nggak stuck lagi. SEMANGAT!

Mau tes gelombang setelah ini masih adakah yang mau baca dan nunggu update an dari folder? Nanti kalo mampir jangan lupa mampir ke kolom komentar ya hehehe 

Sekali lagi maaf  yang sebesar-besarnya. Makasih banyak yang selama ini udah setia nungguin kelanjutan Folder tapi nggak pernah direspon sama authornya T_T

Sekian and Happy Reading ^_^



FOLDER 2023

FOLDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang