#51

431 32 0
                                    

Kerajaan Phalia

-Adelene Dé Cloups-

"Kau yakin ingin menemani perjalan kami?" tanya Adelene ragu kepada Elio.

Elio dengan senang hati mengangguk. Remaja laki-laki itu menaiki kuda jantan miliknya. Elio memang berniat untuk menemani rombongan Adelene menuju Kerajaan Phalia. Kerajaan Phalia adalah nama Kerajaan Utara.

Elio memang sangat suka berpetualang dan menjelajah.

"Aku sangat suka berjalan-jalan. Jadi, berikanlah aku izin untuk menemani kalian," ucap Elio.

Mau tidak mau Adelene dan lainnya mengiyakan. Elio sendirian yang menunggangi kuda, yang lainnya tidak. Melihatnya, Elio kembali turun dari kuda dan menyuruh kuda tersebut untuk kembali ke kandang.

Adelene mengernyit, kuda itu ternyata menurut dengan Elio. "Kenapa kau turun dari kuda?" tanya Adelene penasaran.

"Kalian tidak menunggangi kuda. Aku juga tidak akan menunggangi kuda, tenang saja aku sudah terbiasa untuk berjalan kaki." Ia mengangkat sebuah karung dan menaruhnya di gerobak dorong. "Sebelumnya aku ingin mengantar gandum ini ke rumah ketua desa."

"Sekalian saja," celetuk Griz.

Mereka menganggukkan kepala membenarkan. Elio tersenyum tipis. Mereka mulai meninggalkan pekarangan penginapan Adelene dan lainnya. Selangkah demi selangkah bercampur dengan cerita yang keluar dari mulut mereka masing-masing menimbulkan kesan hangat. Interaksi yang sebenarnya harus diabadikan, dalam hati dan pikiran mereka.

Tak mungkin selamanya mereka merasakan hal ini lagi. Walaupun perjalanan mereka tidak menakutkan seperti yang dibayangkan, hanya ada konflik kecil yang menghambat sebentar. Selebihnya tidak ada, hanya terasa keharmonisan dan kehangatan dalam pertemanan mereka.

Adelene merasa sedikit beruntung telah menjadi sosok dalam ramalan dan juga takdir. Jika tidak, mungkin ia tidak akan bertemu dengan Alesya, Felix, Griz, Ravi, Eliza dan Kalio.

Ia menyunggingkan senyumnya.

"Semoga Dewa berbaik hati padaku."

Suara gerobak jatuh dengan roda yang menggelinding. Semuanya menoleh melihat Elio yang kesusahan untuk bangkit. Kaki Elio terapit antara karung gandum dan gerobak.

Joan dan Felix membantu Elio berdiri. Kalio mengangkat karung gandum dan memikulnya di punggung.

"Apakah sakit?" tanya Adelene khawatir.

Elio meringis, "sedikit kurasa sedikit tergores."

Adelene jongkok dan membuka celana bagian bawah Elio perlahan yang terdapat robekan kecil.

"Memang tergores dan juga ada sedikit darah yang keluar. Tahan ..." Adelene mulai mengeluarkan sihir penyembuh miliknya. Elio sedikit meringis saat mana milik Adelene merasuki kulitnya yang terluka.

Perlahan, kulit yang tadinya terdapat goresan berubah menjadi sedia kala. Elio membuka matanya, melihat kakinya yang sudah seperti semula.

Menatap takjub Adelene dan memberikan kedua jempolnya. Adelene berdiri dan tertawa melihat tingkah Elio dan ekspresi yang dikeluarkan remaja laki-laki itu.

"Kenapa gerobak mu bisa terjatuh?" tanya Joan.

Elio mendengus kesal, "ada bandit bayangan yang tadi merusak roda gerobakku hingga lepas."

Mereka terkejut.

Bandit bayangan?

"Bandit bayangan?" tanya Adelene terbata.

Adelene Dé Cloups Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang