Bab 11

26 4 0
                                    

Siang itu, diruang UKS, merupakan hiburan bagiku saat melihat Val yang diam-diam merokok.

Aku mengetahui bahwa anak ini cukup pintar untuk bersembunyi dan mencari celah yang strategis agar tidak ketahuan.

Di samping ruang UKS ini ditumbuhi semak yang cukup rimbun. Dan juga tak banyak anak-anak yang mampir ke UKS untuk beristirahat jika mereka sakit. Kebanyakan dari mereka akan meminta izin untuk pulang dan beristirahat di rumah mereka masing-masing.

Val sangat mengerti kondisi tersebut. Kurasa dia sering merokok disini.

Saat ia ketahuan olehku, ia segera menarik pundakku dan berjongkok. Wajahnya terlihat malu bercampur kaget. Membuatku terkekeh diakhir tertawaku.

"Kau sedang apa disini?!" tanyanya padaku dengan nada berbisik. Suaranya terdengar basah.

"Aku sedang istirahat disini," jawabku dengan nada yang sama.

"UKS? Kau sakit?"

"Ya, begitulah. Tapi, kau sedang apa disini? Bukankah dilarang merokok disini?" Aku membesarkan volume suaraku di kalimat terakhir.

"Sst! Jangan keras-keras!"

Aku tersenyum lebar, aku dapat mengendus bau rokok yang sangat kuat dari tubuhnya. Berapa batang rokok yang ia habiskan?

Aku pun segera berdiri, "Aku akan pura-pura tidak melihatmu," ujarku kemudian, menutup kembali jendelanya.

Tapi tiba-tiba ia menyempilkan tangannya dan hampir terjepit saat aku menutup jendela.

"Sebentar!" Val lalu membuka jendela dan melompat masuk kedalam. Membuatku terkejut.

"Woy, kau sedang apa?! Kalau sampai dokter tahu bisa gawat!" kataku panik.

"Kenapa? Tinggal aku bilang saja kalau aku sakit," jawabnya enteng dan berjalan ke ranjang disebelahku lalu berbaring santai.

"Setidaknya lepas dulu sepatumu! Lihat tidak? Ada jejak tanah di lantai!"

Val melirik, ia pun kembali bangun dan mengambil beberapa lembar tisu di nakas. Mengelap noda tanah itu setelah ia melepas sepatunya. Aku melirik ke seprai ranjang, untung saja Val tidak menaikkan kakinya diatas situ.

"Nah, beres, kan?" Val kembali berbaring.

Sesaat hening kembali datang. Val memejamkan matanya sementara aku masih berdiri mematung.

Aku mendesah napas berat, aku pun berbaring kembali di ranjangku. Menatap langit-langit.

"Maaf, ya." Val berbicara, tapi suaranya nyaris tak terdengar.

Aku menoleh, "Hah? Apa?"

"Maaf karena menggunakanmu sebagai taruhan kemarin."

Aku terdiam, mungkin kalau Arshea, dia akan membiarkan hal ini. Tetapi aku bukanlah Arshea. Aku menjadi dia supaya orang-orang tidak memandangnya sebelah mata lagi 'kan?

"Tapi ada syaratnya," kataku. Val membuka matanya. Menoleh.

"Kau harus mengumumkan pembatalan taruhanmu itu. Kau tahu? Anak-anak murid melihatku dengan aneh sepanjang hari ini."

Val terdiam seperti berpikir, "Yah, kurasa itu harus kulakukan."

Aku tersenyum tipis. Sepertinya tatapan aneh itu akan segera menghilang, kurasa.

Jam berdetik, menit-menit menuju berakhirnya seluruh jam pelajaran terus berjalan sampai akhirnya bel pun berbunyi. Aku sedikit terkejut dari tidurku. Aku bahkan tidak sadar kalau aku tertidur.

Suddenly I've Become My MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang