00. Prolog

8K 305 1
                                    

Happy Reading!




"Kaluna, bulan depan kamu menikah." Ujar Sang ayah di ujung telfon.

"Maksudnya? luna masih kuliah yah!" Tanya Kaluna tak mengerti. Gadis bernama lengkap Kaluna Natya Pratama itu bingung setengah mati. Ayahnya tiba-tiba menelfon dan mengabarkan hal yang sangat mengejutkan baginya.

Menikah?

Yang benar saja? Kaluna masih kuliah semester lima!

"Kuliah kamu masih tetap berjalan tenang saja, toh calon suamimu juga begitu."

"Calon suami? Siapa?"

"Janu Catra Danayaksa. Putra tunggal keluarga Danayaksa, ayah yakin dia orang yang tepat dan bisa membuatmu bahagia jika menikah dengannya." Jelas sang ayah.

Kaluna melebarkan matanya tak percaya.



"Janu?! Bukankah dia kekasih Windy?!" Pekiknya.

"Sudah mantan."

"Kenapa tidak Windy saja yang menikah dengannya yah? Kenapa harus Luna?!"

Sang ayah terdengar menghela nafas kasar. "Mereka sudah putus sejak dua tahun lalu. Windy tidak mau dijodohkan dengannya."

"Begitupun aku yah! Aku tidak mau dijodohkan!" Ucap Kaluna tegas.

"Harus mau! Keluarga Danayaksa itu keluarga terpandang, punya perusahaan besar, hartanya berlimpah. Tidak ada alasan untuk menolaknya kaluna." Ujar ayah terkesan memaksa.

"Luna nggak mau yah! luna masih muda, masih ingin kuliah, menikmati hidup, luna tidak mau menikah sekarang."

"Ayah mohon kaluna. Perusahaan kita sedang krisis, kita butuh sokongan dari Danayaksa untuk bertahan. Ini satu-satunya cara." Ucap sang ayah dengan nada lirih. Untuk pertama kalinya tuan besar Pratama itu terdengar menyedihkan di depan putri sulungnya.

Hati Kaluna sempat tersentil. Namun dia segera menepis perasaan itu. Kaluna yakin ini hanya akal-akalan ayahnya agar dia menurut.

Kaluna tidak boleh mengalah lagi. Dia sudah muak.

"Kenapa selalu Kaluna yang dikorbankan? Kenapa bukan Windy?!" Pekiknya dengan nada tinggi.

"Kaluna! Kamu itu anak sulung. Bukankah bagus kalau kamu menikah lebih dulu huh? Jadi kamu tidak dilangkahin adikmu dan dianggap tidak laku lagi. Tidakkah kamu malu selalu kalah dari Windy? Ini kesempatan kamu bisa lebih unggul darinya."

"Kaluna tidak peduli! Kaluna tidak mau dijodohkan!"

"Ayah tidak mau tau. Kamu harus menikah dengan Janu. Besok kita akan bertemu keluarga mereka." Ucap Ayah tegas tak mau dibantah.

"AYAH!"

Sambungan telfon diputuskan secara sepihak. Tubuh Kaluna luruh ke lantai.

Untuk kesekian kalinya dia menangis karena ayahnya.

Selalu seperti itu.

Menang, kalah, persaingan.

Mereka saudara kandung namun dibuat seperti musuh.

Sejak kecil memang Kaluna selalu saja dibandingkan dengan adiknya Windy yang pintar dan berbakat di semua bidang.

Padahal bukan salah Kaluna jika dia terlahir biasa saja. Otak biasa, bakat biasa, bahkan wajah yang biasa.

Semua itu bukan salahnya bukan?

Setiap anak punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kaluna memang tidak terlalu pintar di bidang akademik, namun dia pandai menggambar dan bernyanyi. Kaluna menyukai seni, dia sebenarnya ingin memilih jurusan itu saat kuliah.

Arranged Married || BluesyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang