Chapter 48 : Penyerangan

18 1 0
                                    

Jangan lupa beri 💬 dan tekan tombol 🌟
Ya!

Happy reading guys!!

****

  London, Inggris.

   Permata berkilau dengan harga yang fantastis dan dengan berbagai bentuk yang diolah indah menjadi sebuah perhiasan yang cantik.

   Khayri memandangi perhiasan di depannya lalu melirik Alan yang tersenyum dengan mata yang tampak mengamati beberapa perhiasan di depannya.

    Sejak dari toko baju tadi Alan tak henti-hentinya tersenyum membuat Khayri heran, apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh ayahnya itu. Terbesit pikiran bahwa ayahnya itu tertarik dengan kasir yang ada di toko tersebut namun dia menepis pikiran itu mengingat wajah datar Alan saat membayar dan juga...ayahnya itu sangat lengket pada sang bunda, jadi itu tidak masuk akal!

     Dan satu hal yang Khayri ingat, Alan tersenyum saat melihat paper bag yang berisi pakaian untuk Felicia yang dia pilih tanpa Khayri ketahui dan lagi Alan tampak menyembunyikan pakaian itu dari Khayri membuatnya kesal setengah mati.

      "Ay, yang mana yang bagus?" tanya Alan membuat Khayri tersentak.

      "Semuanya bagus kok Yah, buat siapa sih Yah?" tanya Khayri heran.

      "Buat Bunda kamulah masa iya buat Ayah," ketus Alan membuat Khayri mendengus mendengar nada ayahnya itu.

      "Ayah kalau kalung Bunda udah ada kalung dan gak mau ngelepasin," ucap Khayri.

      Alan terdiam membenarkan ucapan putranya itu, Felicia memang tak mau melepaskan kalungnya ya mengingat itu permata Scarlet.
  
     "Kalau anting Bunda pakai jilbab loh Yah mau dipakai kapan coba. Terus kalau cincin Bunda udah ada dua yang dipakai masa iya jari Bunda penuh sama cincin, terus kalau gelang bunda juga udah ada. Lagian Bunda juga makainya untuk apa coba? Ayah sih Aneh, lagian kalau Bunda makai keluar juga Ayah larang," omel Khayri membuat Alan mendengus kesal dengan anaknya itu, tapi Khayri tak sepenuhnya salah.

      "Siapa yang bilang Ayah beliin untuk Bunda kamu pakai keluar, Ayah beliin kan untuk Bunda kamu pakai di depan Ayah," balas Alan menatap lamat sebuah gelang di depannya.

      Khayri mendengus mendengar itu kemudian berbinar melihat perhiasan yang menarik baginya, "Ay mau beli gelang itu!"

     "Untuk apa? Untuk kamu pakai?" tanya Alan heran pada putranya itu.

     "Ish gak, untuk Bunda lah. Biar Bunda pakai di depan Ay juga. Gelangnya kan cantik, permata yang ada di sana sama dengan warna mata Bunda," ucap Khayri membuat Alan mengamati gelang  tersebut.

      Permatanya memang mirip seperti warna mata Felicia. Alan memanggil salah satu pelayan dan menanyakan harga permata tersebut, ya...harganya memang luar biasa mahal.

      "Mata kamu sama jelinya kayak Bunda kamu tau-tau aja kalau ada yang mahal," ucap Alan menatap Khayri yang ada dipangkuannya yang tersenyum lebar mendengar itu.

       Ya bukan cuma di toko ini tapi di toko sebelumnya juga anaknya itu memilih barang-barang mahal.

       "Yaudah beli sana kamu ada uang kan?" tanya Alan membuat Khayri cemberut.

      "Kan pakai kartu yang ada sama Ayah."

      "Hm? Berarti Ayah yang beli dong, otomatis Bunda cuma boleh makai itu di depan Ayah," ucap Alan jahil pada putranya itu.

     "Kok gitu? Kan Ay pilih," protes Khayri.

    "Kan pakai uang Ayah."

   "Aa Ayah jahat! Jahat!" seru Khayri kesal membuat Alan terkekeh dan mencium gemas pipi putranya itu.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang