Perjalanan Pulang

37 3 0
                                    

Setelah yang muda selesai mengabari orang rumah bahwa mereka akan pulang sedikit terlambat karena merayakan kemenangan, kecuali Galaksi. Mereka akhirnya pulang dengan waktu menunjukkan pukul 8 malam.

"Kapan kira-kira kita bakal sampai rumah?" Tanya Dita pada Galaksi yang menyerahkan helm miliknya.

"Mungkin jam setengah sembilan, kalau gak ngaret jam sembilan." Jawabnya.

"Ohh.." tanggap Dita mengangguk faham. "Tapi gimana kalo--"

"Udah! Jangan banyak tanya! Pake nih!"

Dita spontan cemberut, meski begitu ia tetap menurut.

"Pake yang bener."

"Ini juga udah bener. Helmnya aja yang kekecilan. Marah-marah mulu ih!"

"Ck! Sini biar gue pasangin."

Dita menghindar. "Nggak!"

"Sini!"

"Nggak mau! Nanti pala gue lo copot."

"Sini atau lo gue tinggal?!"

Perlahan, dalam ragu, Dita pun melangkah kembali mendekati Galaksi.

"Nah kalau diem gini kan suka gue liatnya. Bisa diatur, gak ngeselin banget."

Saat itu juga, mata keduanya saling bertemu untuk beberapa saat sampai menciptakan kecanggungan diantara keduanya.

"Udah. Naik!"

Dita tak mengatakan apapun lagi. Ia naik dengan wajah yang merah, dan dada yang mendadak panas.

"Kalau diliat-liat mereka itu cocok, ya, Bim?" Tanya Asep menyandarkan kepalanya pada Bima.

"Siapa?"

Sambil mengangkat tangan, menunjuk pada siapa mereka yang dibicarakan itu. "Galaksi sama Dita, Cakra sama Tita."

"Terus?"

"Kita cocok, gak?"

"Astaghfirulloh, Sep! Nyebut!!"

"Nyebut.."

"Istighfar maksudnya."

"Istighfar.."

Bima menghela nafas. "Huhh.. punya temen kok gini semua."

Sedangkan Cakra tengah memakaikan jaket miliknya untuk sang Kekasih agar kekasihnya tak kedinginan atau digigit seekor nyamuk pun. "Aku mau kamu gak kedinginan, Yang.."

"Cak, ih!"

"Oh, iya! Mama tayaang~" Tita terkekeh. "Tapi bener loh, kita tuh harus punya panggilan sayang, Beb."

"Tadi yang, Mama, Beb. Apalagi?"

"Makannya itu! Aku bilang kita harus punya panggilan sayang masing-masing."

"Cayangkyu?"

Cakra nyengir saat Tita mengusulkan nama untuk memanggilnya Cayangkyu.

"Enggak. Alay!"

"Aku suka!" Ucap Cakra antusias, takut Tita mengganti panggilan sayangnya kembali. "Aku suka." Tegasnya.

"Terus kamu mau manggil aku apa?" Tanya Tita sambil memasangkan helm yang diberikan Cakra.

"Kamu? Kan milik aku."

Satu pukulan mendarat telak di lengan kiri Cakra Aira. "Aduh! Jangan dipukul, nanti kalau kita gak pulang gimana? Karena tangan aku cedera terus dibawa kerumah sakit, terus diamputasi, terus kamu gak mau sama aku, terus kita gak sama-sama lagi, terus aku mati karena cinta kamu ke aku hilang."

[✔] BabeLova - Jaemin, Haechan, MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang