The Bigger Love

5 1 0
                                    

"menangislah.... Menangis saja. Bahu dan pelukan ini milikmu, sayangg."

Seketika isak tangis Adan terdengar semakin keras dan pilu. Ia menumpahkan segala luka dan perihnya selama ini lewat air mata. Berharap sakitnya menguap bersama air matanya.

'Tuhan jagalah pelukan hangat ini.. Kita hanya dua insan fana yang mencoba keluar dari ruang gelap nan sesak... Aku akan melakukan apapun untuk menjaganya... '

'Jangan pisahkan kami Tuhanku... Kami saling mencintai, saling menguatkan satu sama lain... Tidak akan mampu kami menanggung sebuah perpisahan...'

Dalam hati keduanya merapal do'a dengan khusyuk dalam keadaan sehina-hinanya.
.
.
.

Sehabis menangis Adan tertidur kurang lebih selama dua jam. Yaa... Menangis kemudian tertidur adalah hal yang sering dialami khalayak. Tuhan memberikan rasa kantuk setelah tangis untuk menenangkannya, memberi energi yang kemudian saat ia membuka matanya akan merasa lega dan rileks.

Kelopak mata mengerjap menetralkan pandangan setelah lama terpejam. Sembab... Itulah yang Adan rasa saat ini, perlahan ia bangkit dari tidur sambil memegang kepalanya... agak pening...
Diambilnya ponsel di atas nakas. Napak jam pada layar menunjukkan di luar matahari kan tenggelam.

Melihat sekeliling, sadar dia sendirian di kamar. Dirasa dayanya terkumpul, Adan meninggalkan kamar mencari keberadaan Lien.

Beberapa anak tangga sudah ia pijak, nampaklah Lien yang sedang serius dengan laptopnya.

"Sudah bangun ternyata." Ucap Lien saat Adan duduk disampingnya sambil menyandarkan kepala ke bahunya. Masih mengantuk ternyata...

"Angg..." Jawab Adan dengan mata tertutup. Ia kembali tidur selama 15 menit.

"Lien." Panggil Adan manja setelah membuka mata sambil mengucek nya. Lien menepikan surai hitam yang menutupi wajah Adan ke belakang.

"Aku lapar." Ucap Adan manja. Lien tersenyum menampakkan deretan gigi putihnya, Adan terlihat imut sekali. Ia pun menempelkan dahi mereka kemudian mengecup kening Adan penuh kasih sayang.

"Perjalanan pulang kita mampir ke rumah makan. Sekarang basuh wajahmu dulu." Segera Adan mengindahkan perintah Lien menuju lavatory.

***

"Anna!". Panggil Argan menampakkan ketegasannya. "Ah Ar-ge." Adan yang dipanggil menunjukan kesopanannya pada atasan dengan meninggalkan kesibukannya untuk mendengarkan perkataan Argan.

"ke ruangan saya sekarang." Titah Argan diangguki oleh Adan. "Baik, Ge."

Argan pun pergi dari meja kerja Adan. Tak lama setelah menyimpan file kerjanya ia bergegas menuju ruang Argan.

Tok tok..

"Masuk." Adan membuka pintu ruang Argan kemudian masuk setelah diberi ijin olehnya. "Ada yang bisa saya bantu, Ge?." Tanya Adan sopan ketika sudah di hadapan Argan yang berada di balik meja kerjanya.

"Duduklah!."

"Begini kita ke dapatan owner untuk membangun sebuah villa. Berhubung orang di devisi kita sudah mempunyai tugas masing-masing... Maka proyek ini saya berikan ke kamu." Adan mengangguk antusias. Ia mendengarkan Argan dengan seksama.

Melihat respon polos Adan membuat Argan menyunggingkan bibirnya. Ia sedikit menghela napas. "Nanti saya juga bergabung dalam proyek ini__

__ dan ini data-data yang didapat oleh tim analisa site, kamu bisa mempelajarinya. Kemudian sebelum weekend kita ke lokasi site untuk melihat secara langsung kondisi tapak. Mengerti?." Jelas Argan penuh wibawa.

We Best Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang