≫ party & the truth

287 44 28
                                    

"Olivia! Welcome!"


Aku tersenyum pada Zayn yang baru saja menyapaku dan memberiku minuman. "Aku tidak minum, Zayn.." Zayn hanya diam.


"Ayolah, nikmati pesta-nya. Jika kau tidak meminumnya, kau menjadi musuhku.." Dan seketika itu pula Zayn meninggalkanku sendirian.


Aku baru saja menapakkan kakiku dirumah Zayn yang besar ini. Aku penasaran, seperti apakah rupanya pacar Zayn?


Sampai Zayn membuat acara seperti ini. Bayangkan saja, aku baru memasuki ruang tamu, sudah ada tulisan, 'welcome home Perrie'


Jadi aku simpulkan namanya adalah Perrie. Aku terkagum pada Zayn, sebegitu cintanya kah ia pada Perrie? sampai membuat acara semeriah ini.


"Olivia!" aku menengok kearah samping dan mendapatkan Sabrina memegang sebuah gelas yang warnanya sama denganku.


"—Kau minum, Sabrina?" ia hanya tersenyum. "Nikmatilah,"



+



"check, 1, 2, 3, Zayn sangat tampan." Zayn mencoba mic-nya dengan mendapat seru-an dari seluruh orang didalam rumah ini. Sedangkan Zayn hanya tertawa.


"Baiklah, aku tau kalian sudah tau alasanku mengundang kalian semua disini." Kami semua mengangguk. "Baiklah, kita sambut kekasihku yang paling dan paling kusayang—"


"Perrie Edwards!" Dan perempuan itu menaiki panggung kecil yang diatasnya sudah ada Zayn.


Dengan cepat Zayn memeluknya dan mencium puncak kepala perempuan itu. Sedangkan raut wajah Perrie hanya biasa saja.


"Baiklah, aku tau kita sudah lama tidak berjumpa, dan aku sudah lelah menahan perasaanku yang sangat lebih untukmu."


Zayn berbicara itu pada Perrie saja aku sudah meleleh. Bagaimana jika untukku?


"Perrie Edwards, would you be my fiance?" Zayn membuka sebuah kotak kecil yang berisi cincin.


WHAT?! oh ayolah, kau baru saja duduk di kelas 3 SMA, Zayn!


"Zayn, aku—aku," Perrie menunduk kebawah dan Zayn sudah tersenyum sumringah.


"Aku tidak bisa Zayn! Aku— mencintai orang lain. Maafkan aku. Dan— terimakasih atas kejutannya." Ruangan seketika hening. Zayn tidak berkutik. Kotak yang ia pegang jatuh ke arahku. Sedangkan Perrie sudah berlari keluar rumah.


Harry dan Niall menaiki panggung. Niall mengambil mic yang sedang dipegang Zayn dan berbicara, "Nikmati pestanya," Dan Harry merangkul Zayn menuju bawah panggung.



+



Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Bau alkohol yang sangat menyengat tersebar dimana-mana. Sabrina juga sudah mabuk.


Aku masih memegang kotak cincin milik Zayn, sebaiknya aku mengembalikannya. Aku segera menulusuri rumah dan mendapatinya di balkon lantai 2.


Tampaknya ia sudah mabuk berat. "Z-Zayn.." Ia menengok kearahku dan bergumam tidak jelas. "Ini..." Aku menyerahkan kotak tadi.


Ia melihatku menyerahkan kotak itu, ia mengambilnya dan membuang kotak itu kearah kolam berenang.


what the fuck, Zayn?!


Melihatnya tidak sadar seperti ini.. Aku ingin menyatakan perasaanku. Aku tau ini terlalu cepat. Tapi—aku berani menyatakan karena—ia sedang mabuk. Baiklah. Aku harus mencoba.


"Zayn.." ia melihatku, "Apa? Kau tidak menikmati pestanya? Dan kau tidak meminum minuman yang tadi kuberikan? Kenapa? Aku tidak memberimu narkoba! Tenang saja!"


Astaga. Zayn marah. "Bukan.." aku menggesekkan telapak tangan kananku dengan telapak tangan kiriku.


"Apa? langsung saja," aku mencoba tenang. "Eumm.. I—"


"I love you, Zayn." Ia dengan segera menatapku. Tajam. Lalu mengucapkan beberapa kata yang menusuk hatiku.


"Your problem." Dengan itupula ia meninggalkanku sendirian dengan hati yang telah remuk berkeping-keping.



+


omg. makin gajelas aja ini cerita?!?!



stuck ; zjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang