"Dari mana lo?" tanya Sherin tajam saat mendapati adiknya masuk ke unitnya di tengah malam
"Kerja" jawab Janu singkat, dia membawa bungkusan isi martabak ke dapur, mengacuhkan sang kakak yang menatapnya penuh selidik
"Lo udah makan, kan?" tanya Janu tanpa menoleh
"Udah"
"Minum obat?"
"Udah"
"Ayo, nonton!" ujar Janu sambil membawa martabak telur yang sudah dia pindah ke piring ke sofa, lalu menyalakan televisi
Sherin hanya menatap semuanya, Janu memang cuek, tapi malam ini Sherin bisa rasakan ada yang berbeda. Lalu, dia susul sang adik dan ikut duduk di sofa.
"Lo beneran abis kerja?" tanya Sherin
"Iya, nggak percayaan amat sih lo" balas Janu penuh penekanan
"Lusuh banget hoodie lo" komentar Sherin sambil menyomot sepotong martabak telur di meja
Janu tak menjawab, berusaha berpikir alasan guna menghalau kecurigaan kakaknya. Untungnya, tadi Deon tidak balas menyerang, jadi Janu tidak pulang dengan sedikitpun luka.
"Lo nggak abis berantem kan, Jan?" tanya Sherin to the point
Pengalaman Sherin saat dulu Janu SMA pernah berkelahi dengan temannya, dan pulang dengan sikap yang sama. Bedanya waktu itu Janu babak belur.
"Hah? Berantem? Berantem sama siapa? Nggak jelas lo!" sangkal Janu yang tetap terasa janggal bagi Sherin
Setelahnya, hanya hening yang disuguhkan. Janu tenggelam dalam pikirannya, sedangkan Sherin fokus menonton film di televisi.
Kondisi Sherin sudah jauh lebih baik. Tadi pagi dia sempat demam karena semalaman mabuk sampai tak sadarkan diri. Jadi, Janu menyarankan untuk Sherin istirahat sejenak dari aktivitas kantor. Dan Sherin menurut, dia akan kembali ke kantor nanti, saat dirinya sudah siap dengan keberadaan Deon.
Sherin bersyukur ada Deon di sisinya di saat ini, jika tidak mungkin sekarang Sherin sudah tidak bernyawa karena lompat dari balkon unitnya. Sherin jadi berpikir, bahwa segala sesuatu yang terjadi padanya pastilah ada satu hal yang patut ia syukuri.
"Jan"
"Hm"
"Lo nggak punya pacar?"
Terdengar Janu menghela nafas berat, "Gue nggak pernah tertarik buat itu"
Sherin menoleh ke sisi kirinya, "Kenapa?"
Janu balas menoleh, hingga keduanya bertatapan, "Kalau gue bikin mereka sakit kayak lo dan mama gimana? Gue nggak sanggup, Kak"
"Kenapa lo mikir gitu?" tanya Sherin
Janu menghela nafas berat lagi, "Gue belum percaya sama diri gue sendiri buat ngejaga anak orang"
"Akan tiba waktunya, Jan. Gue akan sembuh, dan lo juga harus sembuh"
"Iya"
Percakapan malam itu berakhir begitu saja, Sherin kembali ke kamar karena sakit kepalanya kembali menyerang. Sedangkan Janu tetap menonton film itu walaupun jalan ceritanya pun tak ia pahami.
---
Pagi-pagi Sherin terbangun karena gejolak dalam perutnya yang mendesak ingin keluar. Sherin buru-buru ke kamar mandi, menunduk di depan wastafel sambil berusaha mengeluarkan isi perut.
Namun, nihil, malah badannya yang mendadak gemetar. Perutnya terasa diremas, coba ia muntahkan lagi dan kosong, hanya air saja. Sherin remas ujung wastafel untuk menahan gemetar di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim Sejeong
Hayran KurguMenurut sebagian besar orang, perselingkuhan itu kesalahan yang tidak bisa dan tidak berhak untuk dimaafkan. Lantas bagaimana jika kesalahan atas perselingkuhan itu berada pada dia yang merupakan korbannya? Harusnya itu sudah berlalu, keputusan unt...