15

337 29 2
                                    

Ikan hiu lagi kayang,
Follow dulu dong sayang:v
.
.
.

Jimin menutup mulutnya dengan telapak tangan, melirik dari sudut mata; sosok Min Yoongi yang sedang memainkan ponsel sambil senderan di sofa.

"Apa kau bicara serius?"

"Memangnya kapan aku tidak serius?" tanya Yoongi kembali.
Dia bicara tanpa menoleh pada Jimin.

"Jahat sekali kau ini. Nanti aku mati."

"Lalu apa peduliku?"

Pertanyaan itu masuk dalam rungu, turun ke hati hingga membuat organ di sampingnya ikut bergidik. Jimin memilih untuk diam, sandaran di sofa sambil tatap ponsel Yoongi.

Dia sedang berkirim pesan, senyum-senyum sendiri di depan Jimin. Membuat pria itu sedikit menggeser tubuhnya hanya karena tak ingin ketularan sinting.

"Seperti pria gila."

"Memangnya kenapa? Kau ini banyak omong. Sudah ku tawarkan, mau dijahit atau diselotip?"

"Aku menolak dua-duanya."

"Makanya diam. Ku tutup paksa mulutm---"
Yoongi berhenti berkalimat tatkala melihat Yeonjun dan Soobin menuruni anak tangga, mereka sudah rapi dengan pakaian masing-masing lengkap dengan barang bawaannya.

"Sepedaku dimana paman?" tanya Soobin pada seorang juru masak di rumah.

"Aku mana tau, Nak. Aku tidak pernah sentuh," jawabnya sambil menenteng sayuran menuju arah dapur.

Soobin merengut.

"Cari saja sendiri Bin, kau pikir sepedamu dimasak?"
Yeonjun terkekeh setelah mengatakannya. Tak peduli dia harus meringis usai Soobin mencubit pinggangnya tanpa ampun.

Melihat anak-anak bertengkar di depan wajah Jimin membuat lelaki 27 tahun itu memperlihatkan reaksinya, sedang Yoongi yang berada di sampingnya sontak ikut menoleh usai dia mendapati sosok Jimin begitu manis dari sudut mata.

Sampai akhirnya Jimin tahu batasan, dia lekas berdiri usai Yoongi bergerak hingga menggetarkan sofa yang di dudukinya.

Jam dinding menunjukkan pukul empat, Yoongi keluar dari rumahnya diikuti dengan Jimin. Lagi-lagi, pertemuan Jimin yang sudah direncanakan Eunwoo tempo hari harus hangus begitu saja dikarenakan kurangnya waktu serta keberuntungan untuk Jimin.

"Aku lupa bertanya, kenapa menangis saat akan menjemput Soobin?" ujar Yoongi, dia tatap Jimin serius sambil menuruni anak tangga di depan pintu.

Terdengar helaan napas dari yang lebih muda, tampak dia melakukannya sambil mengelus dagu.
"Itu ya? Aku khawatir pada anakmu itu. Jadi anak yang dirundung teman satu sekolahan sangat tidak enak tahuㅡ"
'aku khawatir pada pekerjaanku. Kalau dipecat nanti aku makan apaan coba.'

Tak nikmat memang menjadi Jimin di kehidupan ini, tatkala dia berada diambang keputus asaan hampir kehilangan pekerjaan, kemudian orang-orang lewat membawa banyak belanjaan adalah salah satu alasan mengapa Jimin ingin gantung diri.

Buruk sekali. Siriknya entah kenapa selalu sampai ke hati.

Terlepas dari itu, Yoongi melambaikan tangannya berkali-kali hanya untuk mengalihkan fokus Jimin. Sebab keduanya harus sampai di tempat tujuan sebelum orang yang Yoongi temui datang.

Yoongi ingin ajak Jimin karena dia membutuhkannya, Yoongi tak punya asisten pribadi yang profesional. Sedangkan posisi Namjoon dan Hoseok adalah direktur kesayangannya dari perusahaan, setelah direkrut jadi asisten pribadi, jelas mereka jadi bodoh bagi Yoongi.

New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang