.
Di sebuah restoran mewah berkonsep privasi menjadi salah satu langganan yang selalu Jeewon reservasi buat ketemu secara pribadi entah buat kenalan atau dijadikan ketemuan membahas kerja, tempat ini adalah salah satunya.
Khusus buat hari ini juga memutuskan untuk bertemu di sini, makan siang dengan anak pengawal pribadinya itu.
Sunghoon tentu paham, pasti ada sesuatu mau dibahas saat Jeewon tadi pagi lagi mengirim pesan buat makan siang bersama di tempat tertutup ini. Dan ini juga bukan pertama kali baginya, sudah biasa.
"Anakku bagaimana?"
Tanpa harus mencerna maksud pertanyaan disela mereka menikmati hidangan, Sunghoon menghirup minumannya sesaat lalu menjawab. "Baik, semua berjalan seperti biasa."
Mengangguk-angguk Jeewon. "Dia tidak berontak lagi?"
Tergeleng kepala Sunghoon membuat kernyitan di dahi Jeewon terlihat.
"Bagus sebenarnya, kalau dia sudah tidak berniat mau pergi." Mengulum bibir dengan tatapan menghunus Sunghoon. "Aku tidak tahu apa yang kau lakukan atau katakan padanya sampai Jaeyoon menurut, karena setahuku dia kalau sudah nekad pasti tak tanggung-tanggung, dia akan lakukan walau bagaimanapun caranya."
Hanya mengerjap enggan menjawab Sunghoon dan Jeewon mengerti itu.
"Lakukan apapun yang bisa buat dia bertahan di sini sampai pencalonan." Berujar sembari Jeewon memberi sorot mata berarti. "Tinggal tiga minggu sebelum pengundian dilakukan dan selama itu kau harus pastikan dia tetap di sini, tidak ke mana-mana."
Mengangguk paham Sunghoon. "Aku tahu kerjaku sesuai yang kau inginkan. Apa yang kau rencanakan dan arahkan padaku seperti itu juga aku lakukan."
Langsung tersenyum puas Jeewon. Salah satu kesukaannya tentang Sunghoon kalau sudah melibatkan kerja pasti akan dilakukan seperti arahan, selama tiga tahun ini semua kinerja Sunghoon selalu memuaskan lebih dari ekspektasi membuat bangga.
Dikeheningan mereka melanjutkan memakan hidangan yang sempat tertunda hingga kini tuntas habis menyisahkan hidangan penutup.
Tatapan mata Jeewon sekali lagi mengandungi sirat mengamati terkesan dalam tertuju pada Sunghoon yang cuma diam seolah mengerti ada lagi yang ingin dibahas Jeewon.
"Aku tidak masalah apapun yang kau dan anakku lakukan asal tidak melebihi batas, kau paham maksudku?"
Lantas mengangguk tanpa ragu Sunghoon, matanya juga balas menatap. Tidak terkejut ini akan jadi topik perbicaraan karena sudah bisa menduga, terlebih kegiatannya bersama Jaeyoon diluar sana masih dalam pemantauan orang-orang Jeewon sendiri. Tak mustahil Jeewon tahu gelagat apa mereka lakukan.
"Mungkin itu salah satu caramu buat dia bertahan di sini, dengan kalian bersenang-senang dan anakku terlihat bahagia, itu tidak masalah." Sesaat tatapan Jeewon makin lamat. "Hanya saja, aku harap itu cuma sebatas buat kalian berseru senang, hanya itu."
Kerjapan mata datar, Sunghoon semampu bisa bertingkah biasa. Tak ingin mengundang curiga.
"Karena kalau sampai serius? Kau tahu itu konyol." Terkekeh singkat Jeewon. "Kau dan anakku bukan perpaduan yang harus di satukan layaknya pasangan, cukup hanya sekadar kerja."
Berwajah sinis Jeewon menatap Sunghoon. "Berkerja untuk mengawasinya untukku, cuma itu kaitanmu dengan Jaeyoon."
Masih menahan sorot datar seolah tak terganggu seakan bicara itu tak memberi efek, Sunghoon tetap menatap tanpa ekspresi.
"Karena bagaimanapun pasangan anakku harusnya setaraf." Menyinggung senyum remeh Jeewon. "Orang terpandang, berpendidikan, punya jabatan dan pastinya dihormati orang-orang. Seperti itu pasangan anakku nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD || sungjake
Fanfiction- dengan segala efeksi, tidak bisa menidakkan perlahan namun pasti perasaan itu ada dan kuat - awalnya disangka ketertarikan Jaeyoon yang menunjukkan secara gamblang pada Sunghoon dipikir cuma sekadar bercanda atau main-main ternyata si tuan muda ya...