"Sepertinya Jeno belum pulang" ucap Suho pada Karina.Karina yang tidak melihat mobil sang suami pun di buat bingung. Ia pikir Jeno sudah sampai di rumah. Mengingat sekarang sudah hampir tengah malam. Suasana rumah bahkan masih gelap gulita.
"Mungkin dia masih lembur. Sebaiknya appa langsung pulang saja. Kasihan eomma sendirian di rumah"
"Baiklah. Anton, jangan merepotkan eommamu ya. Appamu pasti sebentar lagi akan pulang" ujar Suho menasehati sang cucu.
"Iya harabeoji, Anton janji tidak akan nakal"
"Baguslah. Kalau begitu harabeoji pulang dulu ya"
Anton dan Karina pun mengangguk serentak. Leon yang sudah tertidur di dalam gendongan Karina nampak tenang tanpa terusik sedikit pun.
"Ayo kita masuk" ajak Karina sambil menggandeng tangan Anton, menggiringnya menuju rumah mereka yang masih gelap gulita.
Setelah memastikan semua lampu sudah menyala. Karina bergegas meletakkan Leon di kamarnya. Setelah itu Karina menyusul Anton yang kini duduk di sofa sambil menonton TV menunggu Jeno pulang.
Karina sudah menghubungi Jeno beberapa kali tapi tidak ada satu pun panggilannya yang di angkat.
Pada akhirnya Karina hanya mengirim pesan pada sang suami, mengatakan bahwa mereka tidak jadi menginap dan memutuskan pulang ke rumah. Itu semua karena Anton yang merengek ingin pulang lantaran tidak bisa tidur jika tidak ada Jeno di sampingnya.
Hari sudah semakin larut. Anton bahkan sudah tertidur dengan sendirinya di sofa lantaran sudah tidak bisa menahan kantuknya.
Pikiran Karina mulai kalut lantaran sekarang sudah pukul satu dini hari namun Jeno belum menampakkan batang hidungnya.
"Kau kemana Jeno-ya?" gumam Karina memandang Anton dengan sendu.
Melihat posisi Anton yang kurang nyaman. Karina pun mengangkat tubuh Anton menuju kamar. Bergabung dengan sang adik yang sudah terlebih dahulu tertidur.
Sejenak Karina terduduk lesu di tepi ranjangnya. Kakinya terasa sedikit ngilu saat ini. Biasanya Jeno akan membantunya mengoleskan salep pereda nyeri di sekitar kakinya yang kini sudah tidak terlalu bengkak. Namun sekarang rasanya sungguh hampa.
Sebelum bergabung untuk tidur bersama kedua buah hatinya, Karina berdoa semoga esok hari ia akan menemukan keberadaan suaminya lagi di sisinya.
.
.Hari minggu yang cerah menyambut pagi hari di kediaman Karina dan Jeno. Harapan Karina pupus sudah saat netranya tidak mendapati atensi sang suami di seluruh sudut rumah. Ya, suaminya tidak pulang.
"Eomma, mengapa appa belum juga pulang? Apakah di hari minggu, appa juga masih bekerja?" Anton, bertanya memandang sang ibu yang kini tengah berkutat di dapur menyiapkan sarapan.
"Iya sayang. Appa sedang banyak pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan begitu saja. Sabar ya, appa pasti pulang" ucap Karina memberikan sedikit ketenangan pada sang buah hati.
"Huh, hari minggu yang membosankan" lirih Anton sendu.
Leon sendiri tidak begitu menyadari jika sang ayah tidak pulang semalaman. Ia kini tengah asyik meminum susu paginya sambil menyusun lego.
Ceklek!
Suara pintu terbuka membuat antensi Karina dan kedua buah hatinya langsung tertuju pada arah pintu masuk.
"Eoh? Kalian sudah pulang?" seru Jeno terkejut melihat sang istri dan ke dua jagoannya sudah berada di rumah.
Seingatnya, Karina mengabari jika ia dan anak-anak akan menginap di rumah orang tuanya.
"Apa kau tidak membaca pesanku?" tanya Karina sambil terus bergelut dengan kegiatannya di dapur.
Bahkan Karina enggan menatap wajah sang suami yang kini menampilkan ekspresi bingung yang kentara.
"Appa, kemarin kita tidak jadi menginap di rumah halmeoni dan harabeoji karena Anton ingin pulang dan tidur bersama appa!" jelas Anton ikut menyahut.
Leon yang melihat sang ayah pun berlari kecil memeluk sang ayah seperti biasa nya.
"Appa bau asam!" pekik Leon saat indra penciumannya menghirup aroma asam di ketiak sang ayah.
Jeno masih tidak menanggapi Leon karena atensinya saat ini hanya tertuju pada sang istri yang terlihat jelas jika sedang menahan kekesalan terhadapnya.
"Maaf, aku tidak sempat memeriksa ponselku. Karena pekerjaan yang semakin menumpuk, tanpa kusadari aku sampai tertidur di kantor semalaman" ucap Jeno memberikan alasan.
Karina diam sejenak mendengar penuturan sang suami. Ia ingin percaya tapi entah mengapa hati kecilnya merasa janggal. Seakan-akan mengatakan jika Jeno talah berbohong padanya.
Namun hal itu tidak berlangsung lama karena Karina tidak ingin berlarut-larut dalam pemikiran negatif yang tidak pasti. Ia tidak ingin merusak kebahagiaan hari minggu di keluarga kecilnya.
"Begitukah? Kau pasti sangat lelah. Kalau begitu kita sarapan dulu Jen. Anton, Leon! Sini kita makan bersama!" ujar Karina setelah menyajikan beberapa lauk yang siap untuk di santap.
"Kau memang yang terbaik sayang" seru Jeno menghampiri sang istri lalu membubuhkan ciuman singkat di pipi kanan Karina.
"Uwah appa sangat romantis!" seru Leon dengan polosnya.
Karina tersenyum kecil di buatnya. Jeno yang merasa gemas dengan kelakuan Leon pun langsung menghujani ciuman bertubi-tubi di seluruh wajah Leon.
"Appa! Berhenti! Berhenti! Muka Leon nanti bau busuk seperti mulut appa yang belum gosok gigi!"
Lagi-lagi si kecil Leon mampu membuat seisi dapur tertawa renyah mendengar kalimat Leon.
"Yak! Mengapa Leon jahat sekali dengan appa hm? Appa kan tetap wangi meskipun belum mandi dan gosok gigi. Iya kan sayang?" ujar Jeno meminta pembelaan pada sang istri.
Karina sendiri langsung menganggukkan kepalanya setuju. Ia tidak bisa memungkiri jika Jeno memang tidak pernah bau. Ia bahkan masih wangi jika bangun tidur.
"Appa, eomma, kapan kita makannya?" tanya Anton memandang ketiga sosok di depannya dengan muka datar. Ia sudah sangat lapar, sungguh!.
"Baiklah baiklah.. Ayo kita sarapan dulu"
Dan mereka pun sarapan dengan nikmat dan di selingi candaan dua bocah laki-laki kebanggaan Jeno.
Setelah semua selesai sarapan, mereka memutuskan untuk berenang bersama di kolam renang belakang rumah mereka.
Anton dan Leon sudah asik berenang. Meninggalkan kedua orang tuanya di tepi kolam.
"Eum, Jeno-ya. Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Karina tiba-tiba.
Jeno sempat mengerutkan dahinya memandang sang istri penuh tanya.
"Kau ingin menanyakan apa sayang? Tanyakan saja!"
"Giselle sudah tidak lagi menjabat sebagai sekretarismu kan semenjak dia megundurkan diri karena menikah?"
"Iya, memangnya kenapa sayang?" tanya Jeno lagi sambil merangkul pinggang sang istri dengan manja.
"Apa kau sudah mendapatkan penggantinya?" tanya Karina lagi. Saat ini ia mengubah posisinya menjadi tegak menghadap sang suami. Menatap manik tajam Jeno dengan serius.
"Tentu saja sayang, aku tidak mungkin bisa bekerja dengan lancar tanpa adanya seorang sekretaris di sisiku" jelas Jeno masih terdengar santai.
"Lalu, siapa dia?"
Deg!
Jantung Jeno terasa berhenti berdetak saat ini juga. Secara naluri ia merasa gugup sekarang. Lidahnya terasa kelu saat ingin menyebutkan nama sekretarisnya di depan sang istri.
"Eum.. namanya Song Jia. Dia baru saja lulus dan menjadi salah satu lulusan terbaik di Seoul University "
Dan jawaban tersebut mampu membuat Karina terdiam termenung.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Faithful I Jeno X Karina ✔
Fanfiction[END] Perselingkuhan membuat rumah tangga mereka berada di ujung tanduk. Apakah Karina dan Jeno bisa bersatu hingga maut memisahkan?. . . ©Dmalevolus