"Eunha, aku akan mengikuti pertandingan sekitar tiga hari lagi, di Galaxy Stadium. Kau akan datang menontonku, bukan?" Tanya Yuju. Perempuan berambut hitam itu tengah terduduk di atas ranjang empuknya, menatapi langit-langit kamarnya yang dihiasi lampu gantung kristal bernuansa warna ungu dan menempelkan smartphone bersilikon bening di telinganya. Dia tengah menelepon Eunha, dan menanyai akan kehadiran gadis itu dalam pertandingan sepak bola yang akan dihadapinya.
"Tiga hari lagi? Kupikir kau akan bertanding hari sabtu nanti." Eunha kedengarannya begitu terkejut, dan suaranya keluar dalam bentuk desisan. Yuju mendesah, jika Eunha sudah begini berarti dia punya rencana lain di hari pertandingannya nanti. Diam-diam Yuju mulai menebak, apakah acara Eunha tersebut adalah acara yang berhubungan dengan Sowon.
"Memangnya kenapa?" Yuju berusaha kedengaran biasa saja namun Eunha masih bisa menangkap nada kecewa yang berada dalam kata-kata Yuju. Eunha menghela napas, dia tahu dia memang sudah keterlaluan. Selama ini Yuju sering mengikuti pertandingan yang diadakan di sekolah mereka dengan sekolah lain, namun tidak sekalipun dia pernah melihat sahabatnya sendiri beraksi di lapangan hijau. Tapi dia tidak bisa hadir, dia punya rencana lain untuk Sowon.
"Maafkan aku, Yuju." Bisik Eunha penuh penyesalan, "Hari jumat nanti Sowon ulang tahun. Aku sudah merencanakan sesuatu yang khusus untuknya dan disaat yang sama aku akan mencoba mengutarakan perasaanku kepadanya. Maafkan aku.."
"Dia tidak pernah peduli padamu, Eunha. Tidak pernah! Kumohon, jangan mencoba menyakiti dirimu lagi."
"Dia peduli!" Eunha menukas yakin, "Dia peduli padaku hanya saja dia tidak terlihat."
"Dia memang indah." Yuju bersikeras, "Namun dia akan menyakitimu. Aku sudah pernah bilang kepadamu, dia itu seperti bunga mawar!"
"Aku suka mawar." Eunha mengelak, "Harum, dan butuh pengorbanan untuk bisa menggenggamnya."
"Kenapa kau tidak pernah bisa melihat aku disini? Kenapa kau tidak pernah paham akan apa yang dilakukan lilin?"
"Aku tidak mengerti, Yuju. Namun yang jelas aku minta maaf kepadamu, aku tidak bisa menghadiri pertandinganmu, tapi aku yakin kau akan menang. Aku akan datang ke rumahmu. Aku tahu ibumu akan mengadakan sedikit pesta kecil jika team mu menang lagi, dan aku yakin kau akan menang. Maaf Yuju, maafkan aku!"
"Eunha..."
"Maafkan aku, Yuju. maafkan aku!" Dan tanpa menunggu jawaban apapun dari Yuju, Eunha memutus percakapan mereka berdua, sementara Yuju memasang ekspresi ketus bercampur kecewa dan membanting ponselnya sendiri ke lantai. Terdengar bunyi benda keras menghantam lantai sebelum ponsel canggih tersebut hancur dengan retakan memanjang di layar lebarnya. Bagian penutup belakang casing ponsel terlempar entah kemana, sama seperti yang terjadi pada simcard yang terlepas dari selot nya. Dada Yuju naik turun dengan cepat seiring dengan frekuensi napasnya yang kian memburu.
Eunha lebih mementingkan perempuan itu daripada dirinya. Ini bukan pertama kalinya terjadi, namun Yuju tidak pernah merasa sesakit ini. Rasanya seperti ada lubang besar yang tercipta dalam dadanya, membuat aliran darah mengalir deras menyembur keluar dari jantungnya. Lubang besar yang lain tercipta di paru-parunya, merusak selaput pleura yang membungkus paru-parunya, lantas membuat paru-parunya tidak bisa mengembang. Membuatnya merasa kehabisan napas, membuat dadanya terasa sakit dan perasaan dingin yang ganjil merambati seluruh persendiaan tubuhnya.
Yuju memeluk lututnya, dan meneteskan air matanya di atas tempurung lututnya yang tertutupi bahan kasar celana jeans. Betapa sakit. Betapa perih. Dan dia tidak mengerti mengapa ini semua terjadi. Apakah dia menyukai Eunha? Tidak! Dia hanya menyayangi Eunha sebagai seorang sahabat. Yuju menggeleng kuat-kuat sementara perasaan dingin terus merambati tubuhnya, membuatnya meringkuk seperti kepompong di atas ranjang empuknya. Dia masih memikirkan Eunha, dan merasa sakit saat memikirkan betapa gadis itu lebih mempedulikan Sowon, lebih memilih menggenggam mawar ketimbang menjadikan lilin sebagai pelita hatinya. Yuju mendesis sedih, muram bercampur marah sebelum pandangan matanya terasa gelap.
Keesokan harinya, Yuju bangun dari tidur dengan kondisi yang begitu buruk. Ibunya sendiri sampai tak berkedip melihat kantung mata keunguan yang menggantung di bawah mata Yuju, juga sikap Yuju yang mendadak begitu sensitif. Perempuan itu bersikap defensif ketika ibunya menyebut-nyebut nama Eunha saat mereka sarapan sampai akhirnya Mom Pattie memilih diam.
Usai sarapan, mereka berdua pergi mengendarai mobil menuju Galaxy Stadium, dan sesampainya disana Yuju hanya terus diam dengan pandangan kosong. Teman-teman satu team nya mengkhawatirkan perempuan itu, namun Yuju bersikeras bahwa dia baik-baik saja. Meskipun kelihatan begitu kacau, namun Yuju masih tetap cantik sekaligus tampan dan tampil gagah ketika dia sudah mengenakan kembali seragam team sepakbolanya. Mereka mengenakan jersey team mereka sebelum akhirnya masuk lapangan dan mulai bermain.
Perasaan kacau yang menghinggapi Yuju berpengaruh pada penampilannya. Bukan! Penampilannya bukan bertambah buruk! Yuju justru tampak menyerang pertahanan team lawan dengan membabi buta, seolah melampiaskan semua kekesalan dan kemarahannya pada Eunha.
Mereka mencetak skor yang menakjubkan pada 45 menit pertama, dan dengan mudah meraih kemenangan yang gemilang dalam babak 45 menit yang selanjutnya. Team lawan berhasil mencetak satu gol dalam babak injury time, namun apalah arti satu gol ketika team Yuju berhasil mencetak jumlah gol yang empat kali lipat jauh lebih banyak. Mereka meraih kemenangan dengan mudah.
Pertandingan ini hanya serupa permainan futsal anak sekolah dasar bagi Yuju, namun tidak bagi teamnya. Gelombang rasa syukur terasa dalam team Yuju mengingat mereka baru saja mengalahkan team sekolah lain yang telah sering menjuarai berbagai kejuaraan. Yuju memilih tidak ikut membicarakan soal permainannya yang kelewat berani dan cukup kasar di lapangan tadi dan memutuskan membenahi dirinya. Mengganti pakaiannya lantas mandi dan membasuh wajahnya yang tampak amat kacau.
Perempuan itu menatap pantulan wajahnya sendiri di cermin. Dia cantik sekaligus tampan, tentu saja tampan. Dia termasuk perempuan dingin yang dikejar para wanita di sekolahnya selain Sowon. Tidak bisakah Eunha jatuh cinta saja padanya, dan bukannya pada Sowon? Yuju menggenggam tepian bak cuci tangan yang terbuat dari porselen dengan kuat.
Eunha, dia adalah mawar. Dan aku adalah lilin.
Yuju mendesah perlahan, lalu kembali meraih tas nya dan keluar dari kamar mandi. Dia baru saja merapikan hairflip nya sambil menunduk ketika mendadak matanya terpaku pada sosok yang berdiri sekitar enam atau tujuh meter di depannya. Sosok itu berdiri dengan sikap mematung yang kaku, serupa pahatan porselen setengah badan Dewi Athena. Rambut cokelat kemerahannya terikat dalam satu kunciran mungil yang dihiasi pita pink, senada dengan pakaiannya yang juga berwarna pink.
Dia tampak sangat cantik dan entah kenapa itu membuat Yuju merasa sakit. Eunha menatapnya tanpa berkedip selama beberapa saat sebelum akhirnya setetes air mata meluncur dari pelupuk matanya dan membasahi pipinya. Satu tetes air mata berlanjut ke beberapa tetes air mata selanjutnya. Yuju terkesiap selama beberapa saat sebelum akhirnya merentangkan tangannya lebar-lebar dan membiarkan gadis itu menghambur ke dalam pelukannya.
Eunha terisak pelan dalam pelukannya, dan diam-diam perasaan Yuju serasa ditusuk-tusuk. Dia tahu apa yang terjadi. Sowon.. Perempuan yang disukai Eunha, telah menyakiti sahabatnya. Yuju mengelus rambut cokelat kemerahan Eunha dengan tangan bergetar dan membiarkan Eunha menangis membasahi kemeja yang dikenakannya. Air mata Eunha terasa hangat, namun bagi Yuju air mata hangat itu terasa seperti tetes api neraka yang membakar kulitnya. Membuatnya kesakitan.
Eunha, tidakkah kau paham? Dia adalah bunga mawar, dan aku adalah lilin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Gfriend [🥀]
FanfictionIni hanya sekedar cerita cinta pendek... Kisah romantis... Main Cast... => [GxG] => Kim Sojung [Sowon] => [Geben] => Jung Yerin [Yerin] => [K-Pop] => Jung Eunbi [Eunha] => [Rando...