BAB 1

5 0 0
                                    

Dinginnya air hujan dan angin malam serasa menusuk kulit, gemuruh guntur serta petir yang saling bersautan, seorang pria duduk tertunduk sedih di sebuah halte bus yang cukup sepi dengan pakaian basah kuyup. Air hujan ditubuhnya seakan menjadi air matanya yang tak dapat keluar lagi dari kedua matanya.

Kilatan lampu yang menyilaukan mata, suara klakson serta petir yang memekakkan telinga, serta senyuman terakhir dari orang yang dia cintai masih terbayang diingatannya. Kejadian itu tak pernah terbayang oleh seorang Arga, pria yang kini berusia 28 tahun itu telah kehilangan istri yang dia cintai. Baru kemarin saja mereka sekeluarga tertawa bersama dalam perjalanan pulang.

Namun, truk yang entah muncul dari mana tiba-tiba menabrak sisi tengah mobilnya. Saat itu istri dan anaknya yang masih berusia 3 tahun duduk di bagian tengah mobil sambil bercanda gurau, suara klakson yang memekakkan telinga membuat Laila sang istri menyadari bahwa truk mengarah kepada mereka. Dengan sigap dan spontan dia memindahkan anak mereka Devano ke kursi depan dan kecelakaan yang tak bisa terhindarkanpun terjadi. Mobil yang dikendarai Agra sekeluarganya telindas dan terseret bersamaan dengan truk sejauh sepuluh meter. Agra tersadar saat mendengar suara tangisan anaknnya.

"Devao sayang, tenanglah ada papa disini!." Arga mencoba menenangkan sang anak meski kondisi nya saat ini juga terhimpit di antara kursi dan setir.

"Laila, kau diamana sayang ?" dengan sekuat tenaga dia menolehkan kepalanya mencari sang istri. Mata Arga tebelalak melihat kondisi tubuh sang istri yang tertimpa oleh remukan mobilnya dan ban dari truk yang menabrak mereka, hatinya mencelos tak sanggup menerima kenyataan yang dia lihat sekarang.

"Syukurlah..... kalian selamat" dengan rintihan yang sangat memilukan karena sebagian tubuhnya telah tertimpa oleh remukan badan mobil dan ban mobil truk yang menabrak mobil mereka. Dengan kondisi tersebut Laila sadar bahwa waktu dia didunia ini sebentar lagi akan habis.

"Berbahagialah selalu dengan Devano" Laila mengatakan kata terakhir dengan senyuman yang membuat Arga jatuh cinta pertamakalinya dan senyuman terhakhir yang tak akan pernah Arga lupakan di hidupnya. Setelah itu mata Laila tertutup untuk selamanya dengan senyum yang masih terpasang di wajah cantiknya.

" TIDAKKK!!!, Laila bangunlah sayang kumohon bangunlah".

" Huaaaaa... MAMA!!!"

Ingatan akan kejadiaan naas itu sungguh menghantui kehidupan Arga, Sore tadi seusai acara pemakaman istri tercinta, Arga hanya duduk di samping makam sang istri yang masih basah. Seakan hidupnya tidak ada artinya lagi dia menangis di samping makam sang istri sambil mengusap nisan yang bertulisan nama sang istri tercinta. Keluarga serta para penziarah telah pulang satu persatu, Arga tetap duduk di samping makam sang istri hingga rintik hujan mulai membasahi tubuhnya kesedihan yang sungguh mandalam membuat tatapan Arga seakan telah kehilangan semangat hidupnya namun Arga teringat dengan pesan terakhir sang istri dia harus tetap hidup untuk sang buah hati mereka Devano, namun hidup bahagia dia tidak tau apakah dia bisa bahagia lagi seperti dulu

"CITT!!!...."

Suara rem dari bus yang baru saja tiba mengejutkan Arga dari lamunan. Pintu bus terbuka dan turunlah sesorang dari dalam bus tersebut. Suara payung terbuka berbarengan dengan dentingan lonceng menyertai orang tersebut turun dari dalam bus.

"Huh.... Hujannya deras sekali!!!" keluh orang tersebut

Seorang gadis tengah memegang payungn kuningnya dan segera berjalan masuk menuju halte bus tersebut. Arga tak menghiraukan gadis muda tersebut dan hanya tetap duduk terdiam saja. Tanpa disadari oleh Arga, gadis tersebut ternyata memperhatikannya.

"Pemisi Om, Om habis kehujanan ya !?"

"Apa om tidak bawa payung!?"

"Ahh... busnya akan segera pergi apa om tidak mau masuk!?", cecar gadis tersebut tanpa henti.

Arga hanya meliriknya dan tetap diam tanpa ingin menjawab pertanyaan dari gadis tersebut hingga bus mulai bergerak meninggalkan mereka berdua.

"Yah... busnya sudah pergi, om sih diam aja keburu pergi kan busnya", oceh gadis tersebut

Arga hanya diam tak menanggapi ocehan dari gadis tersebut. Tiba-tiba gadis tersebut membuka tasnya dan mengaduk barang yang ada didalamnya seaakan mencari sesuatu.

"Ah Ketemu!!!"

Gadis itu berjongkok agar dia dapat menatap Arga yang sedari tadi menunduk tak menghiraukan ucapannya, kemudian dia meletakkan handuk dan sebuah obat sachet di pangkuan Arga.

"Ini handuk pakai saja om, masih bersih kok tenang saja baru ambil dari laundry dan jangan lupa diminum juga ya om obatnya agar om gak masuk angin, obatnya manjurr banget kok om sama seperti nama kemasannya dijamin om gk akan masuk angin he...he...he..."

"Kebetulan tadi aku bawa dua payung, karena payung temanku tertinggal tadi di club dan aku membawanya. Nanti Om pakai saja payungku ini untuk pulang. Aku duluan ya Om hati-hati di jalan"

Gadis muda itu memberikan payung kuningnya di samping kaki Arga, setelahnya gadis itu membuka kembali payung lainnya dan pergi meninggalkan Arga seorang diri di halte bus tersebut. Arga mulai melirik kearah perginya gadis muda tersebut dan tak sengaja dia menyenggol payung yang kuning di sebelahnya

"KLING"

Suara lonceng terdengar, ternyata suara itu berasal dari payung kuning pemberian dari gadis tadi. Gadis itu menjadikan lonceng sebagai gantungan di payungnya

"hm, gadis aneh", gumam Arga

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLINKING OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang