Roh Pemburu Cinta 16

70 8 0
                                    

SESUATU yang dilihat Kumala Dewi itu adalah sesosok bayangan hitam yang berdiri di seberang jalan. Bayangan hitam itu mempunyai bentuk seperti kumpulan asap yang berwujud manusia, tinggi besar, dan mempunyai sepasang mata merah.

"Siapa kau sebenarnya?!" tegur Kumala Dewi kepada bayangan hitam itu.

Mak Supi, Maryati, dan Kasmi ikut memandang ke seberang jalan. Tetapi mereka hanya melihat tembok putih yang memanjang. Tembok itu adalah pagar bumi dari gedung sekolah yang memang letaknya berseberangan dengan rumah Pramuda. Tentu saja ketiga pelayan itu saling terheran-heran mendengar suara Kumala Dewi.

"Siapa yang ditegurnya itu?" bisik Kasmi kepada Mak Supi.

"Entah Aku sendiri tak tahu," jawab Mak Supi yang masih memandang ke arah seberang jalan.

"Pasti ada sesuatu yang dilihat oleh Non Kumala, tapi kita tidak bisa melihatnya."

"Ih, ngeri!" ujar Maryati bergidik merinding lagi.

"Aku mau masuk ke dalam saja, ah! Aku takut di luar begini!" Maryati bergegas masuk ke rumah tuannya.

Tapi agaknya Kasmi masih penasaran dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di depan rumah Pramuda Itu.

"Hei, apa kau tuli?! Kutanya siapa kau sebenarnya, mengapa kau tidak menjawab?!" bentak Kumala ke arah seberang jalan.

Mak Supi dan Kasmi semakin heran. Akhirnya Mak Supi memberanikan diri berkata kepada Kumala. "Nona, di seberang jalan tak ada siapa-siapa, Non."

"Mundurlah, Mak! Jangan mendekatiku. Agaknya dia ingin menyerangku."

"Dia siapa, Nona?" Mak Supi sendiri jadi penasaran.

"Bayangan hitam itu!" jawab Kumala Dewi sambil melangkah ke samping dengan mata tetap memandang ke seberang jalan.

Kasmi menarik tangan Mak Supi dan berbisik. "Jangan dekati dia, Mak! Kurasa dia melihat sesuatu yang tidak bisa kita lihat! Bayangan hitam itu... oh, kurasa dia berhadapan dengan Genderuwo, Mak!"

"Genderuwo...?!" Mak Supi menggumam tegang, lalu melangkah mundur mengikuti tarikan tangan Kasmi.

Kumala Dewi segera memungut batu sebesar buah kedondong. Batu itu diremas remas dengan kedua tangannya sambil bicara ke arah seberang jalan.

"Kalau kau tak mau menjawab pertanyaanku, aku akan menyiksamu tanpa ampun lagi!"

Bayangan hitam yang dilihat Kumala Dewi bergerak gerak. Ia seperti orang serba salah. Lalu suaranya mulai terdengar dengan besar dan serak. Sangat tidak enak di dengarnya.

"Aku... penunggu rawa ini..."

"Jangan mengaku-aku penunggu rawa! Di sini tak ada rawa!" gertak Kumala sambil masih meremas-remas batu dengan kedua tangannya.

Mak Supi dan Kasmi dapat menyimpulkan jawaban dari bayangan hitam yang tak dilihat mereka itu dari kata kata Kumala.  Maka, Kasmi pun berbisik kepada Mak Supi. "Mungkin tempat ini sebelum dibuat perumahan berupa rawa, ya Mak?"

"Sst... diam dulu. Lihat, batu yang ada di tangan Non Kumala menjadi bersinar merah."

"Astaga! Benar, batu itu jadi seperti besi membara, Mak!" Kasmi bernada tegang.

Mereka mendengar Suara Kumala mengancam bayangan hitam tersebut.

"Ku hitung tiga kali kalau kau tak mau mengaku siapa dirimu, ku hancurkan kau dengan batu ini!"

Hening sejenak, kemudian Kumala mendengar bayangan hitam itu bersuara lagi.

"Kaaau... tak perlu tahu... siapa akuuu..."

1. Roh Pemburu Cinta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang