"Tak usah cerita. Aku tahu apa yang terjadi pada dirimu. Aku akan menjemputmu ke sana. Jangan ke mana-mana Pram! Aku dan Mak Supi akan segera datang pakai taksi. Sebutkan nama hotelmu!"
"Ak... aku... aku lupa namanya," kata Pramuda dengan suara lemah sekali.
"Baiklah. Akan kucari sendiri asal kau tidak pergi dari kamar hotel itu!" ujar Kumala Dewi dengan mata terpejam.
Sampai gagang telepon diletakkan, mata gadis itu masih terpejam. Rupanya ia mencari hotel tersebut dengan kekuatan supranaturalnya. Ternyata gadis cantik yang pagi itu menggulung rambutnya asal-asalan itu berhasil juga menemukan Pramuda di sebuah hotel. Kekuatan supranaturalnya begitu kuat dan cukup besar sehingga dalam waktu singkat ia dan Mak Supi segera membawa pulang Pramuda ke rumah.
Kumala Dewi yang menyetir mobil Pseudo merah hati itu, karena Pram masih belum punya kekuatan untuk mengemudikannya. Tentu saja Kumala mampu mengemudikan mobil tersebut, karena ia telah menyerap kemampuan yang dimiliki Pramuda dan beberapa orang lainnya.
Tepat ketika mereka tiba di rumah, Santos baru saja datang dan belum sampai masuk ke halaman rumah. Santos terkejut melihat Pramuda, si kakak sepupunya itu. dipapah Mak Supi dengan langkah pelan-pelan saat turun dari mobil.
"Pram... ada apa?! Apa yang terjadi, Pram?!" tanya Santos dengan tegang.
"Entahlah. aku sendiri tak tahu apa sebenarnya yang sedang menimpaku ini, San! Masuklah, akan kuceritakan padamu kengerian itu."
"Kengrian apa?! Wah, kau ini ada-ada saja?! Pagi pagi sudah cari penyakit," sambil Santos mengambil alih memapah Pramuda dan membawanya masuk ke kamar.
"Sebenarnya aku kemari mau minta ongkos buat ke kampung. Aku di panggil Paman Danu untuk urusan tanah milik ibuku yang sudah laku dijual itu. Tapi... aku jadi tak tega mau minta ongkos buat ke Magelang. Habis kau sedang sakit begini sih!"
"Dia akan sembuh, tak sampai setengah hari," kata Kumala Dewi yang baru kali itu melihat Santos. Mereka segera berkenalan. Lalu, Pramuda menceritakan pengalaman ngerinya kepada Santos.
"Kami hampir saja bercumbu kalau saja tubuh itu tidak melayang bagai ditarik satu kekuatan gaib dari luar kamar hotel," ujar Pramuda menjelaskannya.
Santos tertawa geli. "Makanya jangan rakus. Kalau mau kencan lihat-lihat dulu dong, cewek benaran atau setan jelalatan. Ha, ha, ha, ha..." canda Santos, dan ternyata canda itu segera terputus karena Kumala tiba tiba berkata kepada Santos.
"Jangan menertawakan kakak sepupumu itu! Kau sendiri bisa mengalami hal yang serupa. Karena roh Wenny masih berkeliaran di sekitar kalian. Ia merasa sakit melihat kalian tak mau hadir dalam pemakamannya. Semalam ia sempat lolos dari genggamanku!"
Santos tersenyum tak percaya, tapi Kumala Dewi tak merasa tersinggung dan berkata. "Percaya atau tidak. itu terserah pribadi masing-masing, Mistik memang sulit dipaksakan untuk dipahami oleh seseorang."
"Jangan hiraukan kelakarnya, Mala. Santos memang orangnya begitu. Tapi dia tak bermaksud menertawakan nasibku secara serius."
"Tak ada masalah bagiku. Aku hanya mengatakan ia bisa mengalami nasib seperti yang kau alami tadi malam." Setelah berkata begitu, Kumala keluar dari kamar Pramuda.
Pandangan mata Santos mengikutinya dengan kesan menyepelekan kata kata Kumala.
"Jangan main-main sama dia, San! Dia keturunan Bidadari."
"Oh, ya...?! Pantas cantiknya bukan main?! Pantas kau tak ceritakan padaku. Takut kusambar, ya?!"
"San, apa yang dikatakannya itu bisa menjadi kenyataan pada kamu. Jangan cengar-cengir begitu kau!"
"Amin! Omong kosong semua itu. Aku tak percaya!" sambil Santos mengibaskan tangannya menandakan tak mau mengingat-ingat apa yang dikatakan Kumala tadi.
****
DUA hari setelah peristiwa itu beberapa koran memuat berita tentang meledaknya sebuah pabrik kimia terbesar di Jakarta. Sehari kemudian, termuat juga berita kebakaran di sebuah rumah mewah yang menewaskan satu keluarga. Pabrik kimia dan rumah mewah itu adalah milik papanya Wenny.
Pramuda memang terkejut mendengar kabar tersebut. Tapi ia segera ingat cerita yang pernah dituturkan oleh Mak Supi tentang bayangan hitam yang dilawan oleh Kumala Dewi. Menurut Mak Supi hancurnya keluarga Wenny itu akibat tindakan si bayangan hitam yang takut oleh ancaman Kumala.
"Benar-benar mengerikan sekali!" gumam Pramuda di depan Mak Supi pada saat menunggu Kumala selesai mandi pagi, Pram sudah duduk dikursi makan, sementara Mak Supi menyiapkan beberapa keperluan yang masih kurang.
"Jika begini, lengkap sudah seluruh keluarga Wenny lenyap tak tersisa, termasuk kakeknya yang terkenal tukang santet itu. Aku sama sekali tak pernah menduga kalau Wenny berasal dari keluarga black magic."
"Kata Non Kumala, kekayaan yang diperoleh keluarga Non wenny dari hasil tak halal. Apa benar begitu Tuan?"
"Kalau setiap saat membutuhkan tumbal nyawa manusia tentu saja kekayaan itu adalah barang haram. Untung aku tak sempat menjadi korbannya."
"Non Kumala memang gadis misterius, ya Tuan?" ujar Mak Supi dengan suara pelan sekali. Takut ucapannya didengar oleh yang bersangkutan.
"Menurut pengakuannya, dia sebenarnya adalah Dewi Ular yang dibuang, dari kehidupan para dewa."
"Dewi Ular...?! "
Pram menghela nafas panjang. "Entahlah.Aku sendiri tak tahu, apakah dia memang Dewi Ular atau orang gila karena kebanyakan ilmu, tapi di depanku dia mengaku sebagai anak dewa yang dibuang dari kahyangan dan turun ke bumi sebagai manusia."
"Ajaib sekali! Sepertinya tak masuk akal. Tuan." Mak Supi makin membisik.
"Memang tak masuk akal dan... mengerikan juga jika benar ia adalah Dewi Ular."
"'Tapi... tapi menurut saya dia orang baik, Tuan! Dia melawan kejahatan dan membela kebenaran kok. Menurut Tuan bagaimana?"
"Yaaah, yang kita tahu memang begitu. Tapi entah ada apa di balik kebaikannya ini, Mak." Pram melirik ke arah kamar mandi sebentar. Kamar mandi belum dibuka, berarti Kumala masih belum keluar dari sana.
Pram melanjutkan bisikannya kepada Mak supi. "Yang jelas, kemarin dia sudah bikin para dokter yang merawat kakakku menjadi kebingungan. Kanker yang ada di otak Prasetya hilang tak berbekas sedikit pun setelah Kumala mengusap kening Prasetya, Mak."
"Oh, jadi... jadi Tuan Pras telah sembuh dari sakitnya?!"
"Benar. Tapi justru belum boleh pulang oleh pihak rumah sakit."
"Lho, kenapa begini, Tuan?"
"Karena tim dokter sedang kebingungan mencari ke mana perginya gumpalan kanker di otaknya Prasetya itu, mengapa bisa hilang?"
"Wah. Jangan-jangan diambil oleh Non Kumala, Tuan," bisik Mak Supi lirih.
"Dugaanku memang begitu. Karena ketika ia ingin mengusap kening Prasetya, ia meminta izin padaku dengan nada mendesak. Ketika Prasetya dan istrinya mengizinkan dan hal itu dilakukan oleh Mala seperti mengusap kening anak kecil, Pras mengaku seperti terlena sejenak."
"Mungkin saat itulah penyakit Tuan Pras diambil oleh Non Kumala, Tuan."
"Kurasa memang begitu, karena pihak dokter segera bingung kehilangan kankernya Prasetya."
"Wah, ajaib sekali!" Mak Supi geleng geleng kepala penuh rasa kagum.
"Memang ajaib sekali. Aku sendiri tak menyangka akan bertemu dengan gadis seperti dia. Seandainya aku tidak kenal dia, entah apa yang terjadi pada diriku saat berada dalam kamar hotel bersama rohnya Wenny itu."
"Tentu saja Tuan akan celaka, karena tidak ada yang mengambil roh itu dari sini. Karena ada Non Mala, maka roh itu dapat diambilnya dari sini melalui kekuatan gaibnya yang sungguh dahsyat menurut penilaian saya, Tuan. Dan menurut saya, tak ada jeleknya jika Tuan punya istri seperti Non Mala itu, Tuan."
"Aku...?! Aku punya istri macam dia?! Ooh apa aku sanggup?!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Roh Pemburu Cinta✓
ParanormalSilakan follow saya terlebih dahulu. Serial Dewi Ular Tara Zagita 1 Ketika langit terbuka bagaikan terbelah, sinar hijau itu memancar ke bumi dalam cuaca amat buruk; hujan lebat dan angin badai seakan ingin menggulingkan permukaan bumi. Gadis canti...