"Sensei, aku titipkan adikku padamu."
Begitulah ujar Izumi seusai selesai mengantarkan Sasuke memasuki ruang kelasnya. Gadis itu mengeluarkan permintaan tersebut sembari menundukkan tubuhnya sembilan puluh derajat ke arah Iruka.
Iruka mengangguk pelan. "Ya, Izumi. Aku akan menjaga adikmu."
Izumi menghembuskan nafasnya lega. "Terima kasih, sensei."
Sasuke yang menatap dan mendengar percakapan antara Izumi dengan Iruka hanya mampu terdiam.
Anak laki-laki itu mulai mengalihkan pandangannya kala Izumi melangkahkan kakinya menjauh sementara Iruka memasuki ruang kelasnya.
Kepalanya bersandar ke arah tangan kanannya. Lalu, menutup manik mata kelamnya sebentar. Pikirannya bergerak. Menjauhi pembelajaran yang sedang ia alami.
Setelah sekian lama, terbayang oleh pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di kepala kecilnya, kini sebuah jawaban telah ia dapatkan. Namun, anehnya, rasa lega tak kunjung ia dapat. Justru jawaban yang ia harapkan kini berubah menjadi jawaban yang dapat meningkatkan rasa kesalnya.
Anak laki-laki itu bergumam pelan seraya kembali menyimak Iruka yang sedang mengajar di depan. "Bodoh sekali."
✧-'-✧
Izumi melangkahkan kakinya tenang. Sekilas, ia melirik seorang perempuan yang tengah menunjukkan jalan ke ruangan.
Izumi mendengus pelan. Suasana diantara keduanya sangatlah hening. Tidak ada percakapan sama sekali selain percakapan awal tadi.
Sejujurnya, Izumi memang mewajarkan hal ini. Ia sudah memprediksi ini di jauh-jauh hari. Tentunya, sosok mana yang mau berbicara dengan seseorang yang berasal dari klan terkutuk seperti dia kan? Apalagi perempuan itu ikut serta bergosip seperti warga sekitar sebelum ia menyadari kedatangan Izumi.
Izumi menghembuskan nafasnya kasar. Sebenarnya, hal ini sudah berlangsung semenjak Sasuke dirawat di rumah sakit. Namun, karena gosip bahwa posisi Izumi sebagai murid Tsunade tersebar, hal tersebut mulai berkurang. Setidaknya ketika mereka mengetahui bahwa Izumi berada di sekitar mereka, percakapan semacam itu tidak akan menyapa pendengarannya.
"Di sini ruangan anda, Uchiha-san."
Perempuan tersebut membukakan ruangan yang memiliki plakat nama Izumi. Izumi mengernyitkan dahinya. Lalu, melontarkan pertanyaannya. Gadis itu menghadap ke arah perempuan itu dan menatapnya.
"Kenapa plakatnya hanya menuliskan namaku saja? Mengapa tidak ada margaku? Apa agar orang tidak takut kepadaku?"
Perempuan itu mengangguk kaku. "Benar, Uchiha-san. Yang mengetahui marga anda hanyalah pekerja rumah sakit. Ini pesan Tsunade-sama. Tsunade-sama juga berpesan jika beliau telah memberitahukan hal ini kepada anda, Uchiha-san."
Izumi mengernyitkan kepalanya. Gadis itu berusaha menggali informasi di otaknya. Rasanya, otaknya begitu penuh hingga mengingat hal kecil saja terasa begitu sulit akhir akhir ini.
Izumi menepuk jidatnya pelan begitu menemukan ingatan itu. Ia lupa. Ia lupa bahwa gurunya pernah berpesan demikian. Pesan yang gurunya beritahukan sewaktu ia mengunjungi Sasuke yang tengah dirawat di rumah sakit kapan hari lalu.
"Baiklah. Terima kasih."
Perempuan itu mengangguk pelan. "Saya undur diri terlebih dahulu, Uchiha-san."
Izumi mengangguk. Gadis itu segera memasuki ruangannya begitu mendapati langkah perempuan yang memandunya telah menjauh.
Jemarinya bergerak cepat menutup ruangan yang kini menjadi ruangan kerjanya. Manik mata hitamnya mengedar ke berbagai arah. Memindai ruangannya dengan teliti.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] The New Izumi
Fiksi Penggemar[Anime Fanfiction | Story Series] Cover cr: pinterest Tidak pernah terpikirkan bagi [Name] Canary untuk masuk ke dalam dunia 2d dan bertemu dengan sosok karakter yang [Name] sebut mendekati sempurna. [Name] yang hanya hobi menonton anime, membaca ma...