Yogi kini berada bersama Jimmy. Seperti yang dia katakan tadi kalau mereka harus membicarakan mengenai urusan perusahaan. Hanya saja, saat bersama dengan himikoma Yogi masih penasaran dengan sebenarnya ada hubungan apa di antara Jimmy dan juga Rei dulu.
"Sebenarnya gue penasaran, gimana hubungan lo sama Rei dulu?" Yogi bertanya pada Jimmy.
Pertanyaan dari Yogi membuat Jimmy menoleh, menatap sepupunya itu. "Emangnya kenapa? Kenapa tiba-tiba lo tanya kayak gitu?"
"Gue itu cuma penasaran aja, gimana hubungan lo dulu sama dia."
Jimmy terdiam sejenak, sebenarnya ragu juga untuk menjawab pertanyaan itu. Apalagi dengan sifat Yogi yang cemburuan. "Ya kami biasa aja. Dia adik kelas, dan gue kakak kelas sudah gitu aja."
Jawaban yang diberikan justru membuat Yogi semakin penasaran. apalagi dia melihat ketidak seriusan dari jawaban Jimmy barusan. "Yang bener? Cuman kayak gitu aja?"
Jimmy kesal dan bingung juga kenapa Yogi begitu penasaran. "Emangnya kenapa sih? Lagian itu kan juga udah masa lalu. Lagian kan tahu, sekarang gue itu udah punya tunangan dan kita bakal nikah sebentar lagi."
"Iya, gue cuman mau tau aja, nggak boleh?" Yogi bertanya lagi, dia masih mendesak dan tentu saja tidak akan menyerah sampai mendapat jawaban yang membuatnya yakin.
"Dulu, kami memang sempat dekat. Gue sempet PDKT, tapi nggak berjalan lama. Karena dulu dia itu banyak banget yang suka, jadi gua ngerasa insecure aja jadian sama perempuan yang dikejar banyak laki-laki." Jimmy pada akhirnya mengakui apa yang terjadi di antara dirinya dan Rei sewaktu mereka SMA dulu.
Dan kini setelah mendengar jawaban dari Jimmy ,Yogi jadi menatap ke arah sang sepupu dengan tatapan serius. "Kalau gitu, lo nanti nggak usah datang ke acara pemotretan."
"Loh?! Gue kan memang biasanya datang buat ngecek dan nemenin lo di sana. Kenapa sekarang tiba-tiba gue nggak boleh datang? Nanti yang notulen semua kegiatan lo siapa? Padahal lo kan juga males kalau ditemenin sama Sarah." Jimmy bertanya, karena biasanya Yogi malas jika ditemani oleh sekretarisnya Sarah.
"Ya, gue nggak mau Lo deket-deket dia. nanti ada sesuatu lagi di antara kalian berdua."
Jimmy menggelengkan kepalanya. Tidak menyangka, kalau sepupunya itu seposesif ini. "Kenapa sih mau posesif banget? Lagian gue tuh nggak mungkin selingkuh ataupun macam-macam sama Rei. Lagian gue udah nggak ada perasaan sama dia. Dan hubungan kami berdua itu kan udah berlangsung bertahun-tahun yang lalu."
Yogi sadar, kalau dia memang posesif dan juga cemburuan titik apalagi dia tahu kalau Rei sempat memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Jimmy. "Iya, cuman gak mau aja sesuatu hal yang aneh terjadi di antara kalian berdua."
"Ya udah, kalau lo nggak mau ditemenin, malah akan lebih enak. Gue bisa istirahat di kantor."
Yogi terdiam, karena harus ada yang mencatat situasi di sana. seperti kebiasaannya setiap melakukan kegiatan pra-launching harus ada yang mencatat semua hal yang terjadi untuk dijadikan bahan pembicaraan di launching produk lainnya.
"Kalau gitu lo harus tetap seperti biasanya. Ikut ke sana, tapi gue nggak mau terlalu dekat sama Rei."
***
Sementara itu malam ini Rei di rumah bersama kedua orang tuanya. Malam ini tengah menonton televisi bersama. Ketiganya suka menyaksikan acara reality show dari channel Korea. Acara yang mereka tonton adalah tentang idol yang mencoba menebak restoran mana yang asli atau restoran palsu yang dibuat oleh staf.
Ratih memijat-mijat punggung sang suami, seharian tadi cukup lelah karena bermain dengan Bebe.
Rei memerhatikan. "Lagi ngapain sih tadi papi pakai main kuda-kudaan segala? Jadi capek kan?"
Bram terkekeh geli mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya. Meskipun hari ini melelahkan, tapi rasanya sangat menyenangkan karena bisa menghabiskan waktu dengan sang cucu. "Kamu kok ngomong kayak gitu, justru papi ngerasa seneng banget bisa main sama cucu hari ini. Rasanya senang sekali bisa main dan kumpul."
"Iya, biarpun capek, tapi hati senang. Kamu sih kelamaan kemarin, nggak mau nemuin Mami waktu Bebe masih bayi." Ratih sedikit menyesal karena tidak bisa menemani sang cucu saat masih bayi dulu. menurutnya hal itu akan lebih menyenangkan lagi.
Rei dulu terlalu takut, lagi pula dia melawan kedua orang tuanya hanya untuk menikah dengan Bumi. Dia terpaksa bersembunyi dari kedua orang tuanya dan membesarkan putrinya sendirian. Dia mungkin masih akan tetap bersembunyi sampai sekarang, jika saja Jun tak menghampirinya hari itu.
"Maaf mi, Pi, waktu itu masih malu banget. Aku juga tahu kalau mami sama papi pasti marah. Aku benar-benar takut untuk kembali. Jadi, berusaha untuk hidup mandiri sama Strawberry."
Ratih menatap putri kesayangannya itu. Si bungsu yang kini sudah benar-benar dewasa dan mandiri. Memang sejak dulu kedua putra-putrinya itu telah dididik untuk mandiri. Meskipun mereka berkecukupan, Bram tidak lantas memberikan semua hal yang dimau oleh anak-anaknya. Dia benar-benar mendidik Jun dan Rei dengan keras.
Ratih lalu memeluk Rei. "Jangan kayak gitu lagi ya nak. Kalau kumpul kayak gini kan enak. Papi, mami, kamu, Mas Jun, sama Bebe. Kalau kumpul itu bahagia, bisa deket sama keluarga itu senang."
"Iya mi," ucap Rei. "Maafin kalau aku egois dengan berusaha jauh dari papi dan mami. Sebenarnya aku tahu, kalau papi sama mami bakal maafin aku. Cuma aku tetap aja malu dan nggak enak."
Bram menepuk-nepuk bahu si bungsu. "kalau mau kembali ya kembali aja, papi mungkin marah. Tapi nggak akan marah sekali. Mana mungkin papi marahin kamu yang lagi bersedih, ditinggal sama suami, diselingkuhin lagi."
"Maafin aku ya Pi?" Rei kini beralih memeluk sama ayah.
Apa yang terjadi membuat Ratih merasa terharu, Dia kemudian mengusap bulir air mata yang menetes di pipinya. Rasanya bahagia sekali melihat dan merasakan bisa berkumpul kembali dengan bungsu kesayangannya.
"Aku jadi ingat, tadi waktu ke kantornya Mas Yogi aku ketemu sama Mas bumi."
"Hah?!" Bram dan Ratih berseru bersama terkejut sekali dengan apa yang dikatakan oleh putrinya itu.
"Bukannya dia lagi ada di Australia?" tanya Ratih karena seingatnya, Bumi berada di Australia dan bekerja di salah satu kantor majalah.
"Aku juga baru tahu kalau dia ternyata ada di Indonesia dan dia kerja jadi fotografer di kantornya Mas Yogi."
"Bagus dong, kalau kayak gitu. Kamu bisa balas dendam sama dia. Apalagi papi tahu kalau Yogu itu sayang banget sama kamu. Dia pasti bantu kamu." Bram buka suara. Entah mengapa ia ingin putrinya itu membalas apa yang telah dilakukan oleh Bumi.
"Papi kok gitu sih? Aku enggak ada niat buat balas dendam."
"Mami enggak mau ya kamu balik sama dia." Ratih mewanti-wanti takut Rei kepincut lagi.
"Enggak lah mi, aku tuh juga punya perasaan. Masa balik lagi setelah diperlakukan kayak gitu?"
"Awas kalau kamu dekat lagi, mami akan maju buat jauhin kalian lagi."
"Strawberry gimana? Dia tau ada bebe?" Bram bertanya penasaran.
"Dia aja enggak ngakuin Bebe Pi. Katanya enggak mungkin anaknya." Masih ada rasa sakit ketika mengingat apa yang dikatakan oleh Bumi.
"Sialan memang!" maki Bram kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
one night stand with janda Gendut
Romance🍓Sudah tamat di karyakarsa 🍓 Reisya Clemira terbangun dengan Persentase 0% benang melekat pada tubuhnya. Tatapannya mengedar lalu menemukan sebuah note tertempel di cermin. Dengan menutupi tubuh dengan selimut, ia berjalan, lalu mengambil kertas t...