10

839 124 13
                                    

WARNING

MATURE CONTENT

.

.

.

.

Kau merasa kesengsaraan yang sebenarnya baru saja dimulai. Setelah mengetahui segalanya tentang multi-universe dan cara membuka portal, Woozi mulai memperlihatkan sifat aslinya. Ia membatasi segala aktivitasmu. Bahkan ia tak segan-segan memukul dan melukaimu jika kau melawan kata-katanya.

Buku dan jam tangan yang ia bawa sebelumnya, sudah disembunyikannya entah dimana. Apakah itu artinya kau tak akan bisa kembali ke duniamu? Tidak, jika kau berhasil menemukan buku itu.

Kau harus bisa menghancurkan jam tangan pembuka portal itu dan kembali dengan membawa buku diary Lady J. Setelah itu, kau harus melenyapkan buku diary Lady J di dunia mu agar tidak ada lagi yang bisa saling melewati batas universe satu sama lain. Seharusnya memang seperti itu sejak awal. Bodohnya dirimu.

BRAK!

Pintu kamarmu terbuka dengan sangat keras disusul dengan Woozi yang memasuki kamarmu dengan bersiul ringan. Sejak ia memukul dahimu dan membawamu paksa ke dunianya, kau mulai menatapnya berbeda. Kau menganggapnya sebagai musuh sekalipun kau selalu ketakutan jika berdekatan dengannya. Kau bagaikan anak kucing kecil yang siap diterkam seekor harimau dewasa.

"Selamat pagi, sayang. Apa aku membangunkanmu? Maaf pintunya agak rusak, jadi aku dobrak saja." Ucapnya seolah mendobrak pintu adalah hal yang bisa dimaklumi. Padahal kau memang sengaja menguncinya dari dalam agar Woozi tidak bisa seenaknya masuk.

Kau tak membalas sapaannya melainkan memalingkan wajahmu ke arah lain. Enggan menatap dan menunjukan ekspresi kesalmu, karena kau tahu itu hanya akan membuatnya semakin puas menyiksamu.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya ke arahmu dan duduk di sisi ranjang, lebih tepatnya di depanmu yang menekuk kaki.

Ia mencengkram rahangmu dan memaksamu untuk menatapnya.

"Kau tak bisa bicara ya? Kenapa tidak membalas sapaanku, huh? Aku paling benci diacuhkan." Ucapnya dingin

"Tidak ada kata 'pagi' bagiku. Hari-hariku telah sepenuhnya menjadi gelap sejak aku kembali kemari." Balasmu

Persetan dengan kebohongan, lagipula ia sudah mengetahui segalanya. Tak ada yang harus kau tutupi lagi.

Ia menyeringai sebelum melepaskan cengkramannya dan berganti mengusap pipimu lembut.

"Aku membawa warna, tapi kau lah yang menghitamkannya. Jangan salahkan aku jika hari-harimu menjadi gelap, (y/n)."

Kau menepis tangannya dengan kasar. Kau tak bisa mentolerir perlakuan lembut lagi darinya. Semua itu hanya sebuah ilusi untuk membuatmu terlena padanya.

"Tidak usah banyak bicara. Cepat katakan apa yang kau inginkan dariku?" tanyamu.

"Aku ingin memberikanmu hadiah kecil. Hitung-hitung salam perpisahan karena kau tak akan ku biarkan kembali lagi. Kau akan tinggal disini selamanya. Bersamaku."

"Maksudmu dengan hadiah kecil?"

"Kau akan bertemu dengannya untuk yang terakhir kali."

.

.

.

.

.

.

Setelah sarapan, Woozi membawamu ke pabrik manusianya. Di sebuah ruangan terpencil yang begitu pengap, ia memenjarakan Jihoon di dalam sel buatannya. Begitu melihat keadaan Jihoon yang memprihatinkan, kau ingin mendekatinya tapi tanganmu dicengkram kuat oleh Woozi sehingga kau meringis kesakitan dan tak bisa mendekati Jihoon.

Woozi Universe Factory [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang