Sebuah kamar dengan luasnya ruangan, nuansa tenang dan warna baby blue yang memenuhi kamar ini. Seorang remaja dengan piyama biru terangnya terlihat tertidur tenang di kasur empuk itu.
Dia adalah Alferza Alverendra, bungsu keluarga Alverendra yang mempunyai takdir buruk hingga akhir hayatnya.
Namun Alferza yang ini bukanlah Alferza Alverendra, namun Alferza Bagaskara yang menggantikan jiwa si bungsu. Pria yang lebih tua 3 tahun dari si bungsu itu, menatap datar pada tubuhnya yang sungguh kurus dan kecil, berbeda dengan tubuhnya yang di dunia nyata.
Apa lagi melihat suasana baby blue yang ada di kamar si bungsu ini sangat cerah berbeda dengan kepribadian nya yang gelap.
"Sialan, Eza bener-bener seperti bayi yang di tinggalkan." Ucap Alferza memanggil si bungsu dengan sebutan Eza.
Apa lagi ingatan menyebalkan yang memasuki ingatan Alferza, yaitu ingatan Eza yang di penuhi dengan tatapan dingin orang tua Eza dan kedua Abang Eza yang juga mengabaikannya karena amarah dengan kedua orang tua nya.
"Shit.. keluarga ini benar-benar rusak." Gumam Alferza mengacak-acak rambut nya hingga berantakan.
Alferza berjalan memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setelah selesai ia keluar dengan kaos hitam polos dengan ukuran yang agak kebesaran pada tubuhnya. Jangan lupakan celana jeans panjang berwarna biru pada kaki jenjangnya.
Alferza membiarkan rambutnya berantakan, dan berencana untuk keluar, mengubah suasana cerah kamar ini dengan suasana hitam sesuai gaya nya. Karena dunia Alferza hitam, seperti hati para pembaca.
Becanda :v
Alferza melihat lemari milik Eza dan melihat banyaknya baju yang tergantung di sana. Beruntung saja ada jaket hitam yang lumayan keren di mata Alferza, dan pria itu akan memakai jaket itu untuk keluar nanti.
Satu kata untuk baju yang lain. Imut.
Bisa di bilang kepribadian seorang Eza adalah menjadi pria imut-imut hueekk yang tidak sesuai dengan wajahnya. Apa lagi wajahnya yang sangat tidak terawat. Bukan seperti perempuan, namun Alferza selalu merawat tubuhnya agar tidak kusam, Alferza belajar dari kakak laki-laki temannya yang berkata bahwa merawat diri itu penting untuk diri sendiri. Maka dari sana lah, Alferza mulai merawat dirinya sendiri.
"Ada jerawat, kusam, ada minyak juga.. oke." Gumam Alferza melihat wajah Eza di cermin.
Alferza mengambil jaket, memakainya, lalu mengambil tabungan Eza yang isi nya sudah lumayan banyak, bisa di bilang Eza rajin menabung 100 ribu setiap hari, dari umur kecil hingga SMA ini. Tujuan Eza sih, dia ingin membeli sebuah gedung untuk memulai bisnis nya sendiri.
Tapi, karena sekarang Eza telah berganti dengan Alferza, maka tujuan itu berubah untuk mengganti dekor kamar baby blue ini menjadi dark blue.
Kaki nya yang jenjang melangkah keluar kamar yang berada di lantai atas. Sesuai dugaan, keadaan rumah sedang sepi. Karena ini masih dalam chapter di mana si anak adopsi masih belum di adopsi. Namun tetap saja kedua ibu bapak Dajjal itu mengabaikan ketiga anaknya.
"Mau kemana kamu."
Suara berat nan basah memenuhi indera pendengaran Alferza, ruang tengah, seorang pria yang masih muda, di perkirakan dia adalah kakak kedua Eza yang selalu fokus dengan pekerjaan nya, dan mengabaikan adiknya yang kurang kasih sayang.
"Keluar." Jawab Alferza menatap datar pada kakak kedua nya itu.
Jika kalian bertanya, siapa nama nya, maka nama kakak kedua Eza adalah Aljendro Alverendra. Seorang mahasiswa yang berada di jurusan dokter, pria itu tidak ingin menjadi seorang pebisnis, karena Aljendro tau, pebisnis sangat merepotkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is ALFERZA Life
Teen FictionRemaja berusia 17 tahun dengan keluarga yang tak pernah menganggap nya ada dan bertahan hanya karena teman-teman nya. Remaja yang di penuhi dengan kehidupan toxic, semua keluarganya sekali pun itu ayahnya, semuanya membenci dirinya. Tak ada yang ped...