Tak terhitung berapa kali Jungwon menghela napas pagi ini. Praktikum herbologi kemarin gagal total dan Profesor Herbert tampaknya kecewa dengan kelasnya. Meskipun kelompok Jungwon melaksanakan tugas seperti yang diharapkan Profesor Herbert, tapi Jungwon tetap saja merasa gelisah.
"Kacau sekali."
"Jungwon!"
Jungwon berbalik saat namanya dipanggil dan dia menemukan Sunoo melambaikan tangan padanya. "Tunggu aku!"
Meskipun keadaannya sudah lebih baik, kaki Sunoo belum benar-benar pulih. Anak itu masih memakai perban dan sandal di kaki kirinya. Yang paling membikin tidak nyaman sebenarnya adalah kenyataan bahwa Sunoo sama sekali tidak berjalan selama di sekolah.
Sunoo melayang.
"Sungguh tidak mau dipanggilkan healer keluargaku saja?" tanya Jungwon.
Bukannya apa, Jungwon benar-benar tidak nyaman setiap hari melihat Sunoo melayang seperti ini. Dia kelihatan seperti hantu apalagi dengan kulit pucatnya.
Sunoo menggeleng. "Bentar lagi juga sembuh."
Begitu sampai di depan gerbang, mereka berhenti. Kini, halaman sekolah telah dipenuhi oleh lautan manusia. Stand-stand aneh berdiri di sepanjang jalan menuju pintu masuk dengan berbagai jenis kostum dan atraksi.
"Ada apa ini?"
"Ah, sekarang hari apa?" bukannya menjawab, Sunoo malah bertanya balik. Dia memeriksa ponselnya dan mengecek tanggal.
Sudah hampir tiga minggu mereka bersekolah di Akademi Polaris. Seharusnya ini adalah saatnya.
"Berburu klub!" pekik Sunoo antusias.
Alis Jungwon bertaut. "Klub?"
Tangan Jungwon ditarik begitu saja. Mereka berkeliling dari satu stand ke stand lain bersama-sama. Sunoo bilang, saat hari berburu klub kemungkinan seluruh pelajaran di hari itu akan ditiadakan.
"Kamu ingin masuk klub apa, Jungwon?"
"Entahlah."
Di SMP-nya dulu, ada beberapa klub olahraga dan kesenian. Jungwon yang kuper dan kutu buku itu tentu saja tidak pernah bergabung dengan klub manapun. Lebih tepatnya, Jungwon memang tidak punya hobi tertentu. Bagi Jungwon, hobi itu butuh uang dan uang adalah sesuatu yang hampir tidak pernah dia miliki di masa lalu. Tapi sekarang semuanya sudah berbeda. Jungwon bisa memilih hobi apapun yang dia mau dan bergabung dengan klub manapun tanpa perlu mengkhawatirkan soal uang lagi.
Di Akademi Polaris, ada berbagai jenis klub dan sebagian besar berhubungan dengan sihir seperti klub penelitian sihir, klub kerajinan alat sihir, dan sebagainya. Ada pula yang tidak berhubungan dengan sihir seperti klub sepak bola atau klub menari. Jungwon suka bermain sepak bola saat dia kecil, tapi dia tidak berminat masuk klub itu.
"Kalau kamu mau ikut klub apa?" tanya Jungwon pada Sunoo.
Belum sempat Sunoo menjawabnya, seseorang menghampiri mereka. "Niki!"
Niki datang dengan wajah merengut. Matanya lebih tajam dan galak daripada biasanya.
"Ada apa denganmu? Sudah daftar klub mana?"
Helaan napas Niki panjang sekali, Jungwon jadi merasa sungkan. "Aku tadinya mau daftar di klub seni karena aku suka menggambar."
"Terus?"
"Aku diusir."
Jawaban Niki sontak membuat Jungwon dan Sunoo terkejut. "Kenapa?" tanya mereka bebarengan.
"Katanya aku bisa menghancurkan motivasi anggota klub yang lain."
Jungwon mengangguk paham. "Gambarmu memang bagus sekali, Niki. Seperti nyata."
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
Fiksi PenggemarJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!