Januari,2045
"Setiap orang pasti ada masanya, dan disetiap masanya selalu ada kenangannya".
Kata-kata bijak yang relate bagi perempuan berumur 47 tahun itu. Matanya berkaca-kaca ketika sedang merapikan barang dan karya peninggalan suaminya. Sekarang hanya ada kenangan dalam bentuk memori dan karya fisik saja. Raut wajahnya yang selalu tampak setiap hari, tingkahnya yang mengesalkan, kini sudah tidak ada. Biasanya, suaminya yang selalu bernyanyi sambil bermain gitar,bergantian memasak makanan,memberi ceramah kepada anak gadisnya, kini sudah tidak akan pernah seperti itu lagi.
Matanya tersorot dengan banyaknya buku² perjalanan kisah hidup mereka berdua, dan kisah awal mereka bertemu. Ia membuka isi dari semua buku itu satu persatu. Tanpa disadari, air mata dari perempuan kepala 4 itu berjatuhan. Memorinya masih melekat didalam kepalanya."Aku bersyukur kepada tuhan, ia memberikanku penglihatan yang normal sehingga dapat melihat Denaraku yang cantik tiada tara."
Salah satu dari isi buku tersebut, rasa hati perempuan itu campur aduk.
Jika tuhan memberikanku kesempatan untuk mengulang kembali kemasa lalu, aku akan menerima itu. Bahkan jika bisa, biarkan aku hidup dimasa lalu bersama suamiku Syahdan Ardhana Putra. Hidup berjalan seperti biasa, namun umurnya terus menambah dan akan menjalani hari biasa tersebut sendiri. Tanpa ditemani lagi dengan sosoknya. Butuh waktu lama untuk menerima kenyataan tersebut baginya.
Ia menghapus air matanya, dan membereskan buku-buku itu lagi. Semua dirapikan dengan rapi, tanpa adanya goresan atau gesekan. Barang peninggalannya harus dijaga dengan baik.
Ketika tengah membereskan barang-barang itu, tetiba anak gadisnya mengkejutkannya."DORR!!" Anak gadisnya yang iseng mengejutkan mamanya. Ia juga penasaran apa yang sedang mamanya lakukan.
"Astagfirullah adek, ngagetin aja" jawabnya terkejut dan sedikit melotot
"Hehehe maaf ma, mama lagi ngapaain. Adek liat dari tadi beres beresnya lama banget" Ucap si Anak gadis itu dengan penasaran.
Perempuan itu seketika terdiam sejenak, ia menatap anak gadisnya dalam beberapa detik. Lalu, ia tersenyum padanya.
"Mama lagi beresin barang-barang punya papamu."Anak gadis tersebut menatap sorot mata mamanya, ia paham betul bahwa mamanya masih merindukan suaminya. Sebagai anakpun, ia juga masih merindukan sosok papanya itu. Namun, apa yang membuat mamanya serindu dengan almarhum papanya itu? Anak gadis itu duduk disebelah mamanya dan membantu merapikan barang papanya.
"Mama, papa itu orangnya pas muda kaya gimana sih?"Ia tersenyum tipis sambil merapikan barang suaminya itu.
"Gak beda jauh kok kak. Bedanya pas muda romantisnya cuman buat mama, kalau pas udah berkeluarga dibagi deh""Seandainya kalau papa ngga ngerokok ya ma?" Ucap anak gadisnya sambil melihat buku-buku kenangan dari papanya.
Seketika hati perempuan berkepala 4 itu terasa tertusuk jarum. Ia terdiam sambil menatap anak gadisnya itu. Ia tersenyum dan tangannya membelai kepala anak gadisnya.
"Hush namanya juga takdir adek! Udah kamu mandi aja sana" ia mengecup pipi anaknya dan menyuruhnya bergegas mandi.
Anak gadis itu langsung bergegas mandi walaupun menatap raut wajah mamanya dengan bingung. Sebenarnya, ia masih penasaran dengan apa kisah perjalanan hidup mereka berdua. Terkadang, ketika ia memikirkan sosok papanya itu.. benar benar tipenya. Bagaimana bisa lelaki yang bisa memasak, humoris, bisa bermain alat musik, sabar ++++ , tegas , ga neko-neko, paket lengkap banget ga ada yang mau? Namun sangat disayangkan, baginya Lelaki perokok sudah diblacklist duluan dari daftar tipe lelaki.
Setelah melihat putrinya beranjak ke kamar mandi, ia melanjutkan membereskan barang² milik suaminya. Memang cukup banyak barang peninggalannya. Omongan putrinya tadi, masih terputar di isi kepalanya. Ia merasa bersalah, seandainya dari awal ia kekeh melarang suaminya untuk tidak merokok, mungkin anak-anak mereka masih mendapatkan kasih sayang dari papanya. Ia sedikit termenung dan tetiba teringat buku buatan suaminya tentang anaknya itu.
Buku 1 ( "Shena Adiyaksa" ) buku yang dibuat oleh suaminya itu, berisi tentang kisah pengalaman memiliki anak lelaki pertamanya itu sekaligus menceritakan pengalaman papanya pertama kali menjadi sosok "papa" .
Bibirnya tersenyum, namun matanya sedikit berkaca-kaca. Teringat perjuangan awal hamil anak pertamanya itu, banyak sekali merepotkan suaminya itu. Masih teringat,dulu mereka masih membesarkan anak pertamanya itu dengan searching google dan buku-buku yang dibeli di toko buku. Namun sekarang, ia sudah memiliki 2 anak bahkan semuanya sudah beranjak dewasa.Ia mengembalikan buku itu lagi disudut lemari, dan sekarang mengambil buku 2 yang letaknya persis disebelah buku 1 itu.
Buku 2 ( "Niskala Mesha Adhisti" )
Cerita alias chapter terakhir sosok Syahdana membuat buku. Karena anaknya cukup dua saja, jadi tidak ada tambahan kenangan lagi. Perempuan itu kembali bernostalgia, ketika mengurus anak keduanya ini lebih gampang dan berpengalaman. Sebenarnya, buku ini jauh lebih tebal dibanding buku pertama. Bukan karena banyaknya foto mereka yamg tempel dibuku itu. Namun,tebalnya 1001 peraturan dari Syahdana itu. Syahdana masa lalu, ingin anak perempuannya tumbuh besar sebagai gadis baik-baik bukan gadis malam yang nakal keluyuran sana sini.Perempuan itu melihat ulang halaman itu satu persatu. Hingga tiba dihalaman terakhir. Mata perempuan itu sedikit meneteskan air matanya.
Niskala anakku sayang. . .
Ketika umurku tidak sanggup lagi menemani masa-masamu. . .
Ketika mataku tidak sanggup lagi memantaumu hingga melihat sosok pemimpin keluargamu itu. . .
Maka, jagalah diri kamu sendiri. Ingat nama Niskala berarti kokoh. Walaupun ragaku tak menemanimu, tapi aku yakin bahwa tanpaku pun kamu bisa melindungi diri kamu sendiri.Tertanda, Syahdana [2028]
Tangannya sedikit gemetar, bukan karena tulisan simple itu saja yang membuatnya menangis. Ia teringat, kala itu. . .
*FlashBack*
Tangannya yang besar itu, membelai perutku. Matanya menatap ke perutku yang sudah membesar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau adalah "SeniKu"
Teen Fiction27-02-2040. "Denara manisku" Sebuah buku usang yang ditemukan seorang anak gadis dilemari koleksi buku Papanya dahulu. Buku yang tebal hampir seperti buku kamus, anak gadis itu penasaran dan membuka buku itu. Lembar demi lembar anak itu membaca isi...